" Kriiinggg kriiiingg " terdengar suara ribut di salah satu kamar berukuran lumayan luas yang berpenghuni 1 lelaki jangkung bernama Alares, sang pemilik ruangan terlihat menggeliat terbangun dengan badan kekar nan cukup berisi mematikan alarm di samping ranjangnya, sambil mengacak acak rambutnya yang masih berantakan itu ia mulai menggercapkan matanya, yah di lihatnya jendela yang tirainya sudah cukup terbuka lebar karena aktivitas yang di lakukan sang ibu, masuk cahaya pagi yang tak terlalu panas tapi dapat memberikan cahaya terang menembus jendela.
" Ahh pagi yang membosankan lagi "
Setelah Alares membersihkan badan, dan lengkap memakai setelan jas kerja yang biasa ia kenakan, Alares pun turun ke lantai 1 menemui keluarganya yang ternyata sudah siap untuk memulai sarapan, di sana seperti biasa ayah nya yang sedang membaca berita pagi di hpnya menunggu semua siap di hidangkan, ibu yang masih berkutat dengan peralatan masaknya, dan di sana terlihat david yang menatap sang kakak berjalan turun dari tangga.
" Bang cepat aku sudah lapar menunggumu "
" Maaf kau sudah menunggu ya " jawabnya sambil menempelkan pantatnya itu di kursi sebelah David.
" Selamat pagi ayah, ibu " lanjutnya dan di balas pagi juga oleh keduanya.
Suasana makan seperti biasa Alares dan David izin berangkat ke kantor di perusahaan mereka setelah makan, acara main game yang mereka rencanakan tertunda karena kesibukan masing-masing, suasana di dalam mobil cukup hening tak ada tanda-tanda percakapan dari pihak Ares maupun David, David yang sibuk dengan hp nya dan Ares yang cukup fokus dan lihai mengendarai mobil mereka.
---------
" Ayo ana, apalagi yang kurang, ah ya baju tidur kau tidak bisa tidur jika tak memakainya kan "
Nora yang terlihat sibuk mempersiapkan koper anaknya bingung apa yang kurang karena ia menghawatirkan anak semata wayangnya itu, tunggu, apa ? Menghawatirkan ? Padahal Liana akan di bawa menghadap bos besar dan akan di jadikan Jaminan hutang keluarganya.
Anak itu yang tidak lain adalah Liana hanya diam dan menunggu nasibnya nanti yang entah bagaimana pikirnya, apakah akan di suruh memuaskan om om berhidung belang, atau di suruh mengemis di jalanan, atau bisa saja yang paling parah organnya akan di jual terpisah seperti leggo, memikirkan saja dia sudah bergidik ngeri, tapi apa daya demi ibunya ana merelakan pendidikannya, mimpinya untuk kuliah di dunia seni pun lenyap.
Oh ya jika kalian penasaran dengan acara wisuda Liana, acaranya sangat menyenangkan, sesaat Liana lupa dengan kejadian kemarin, jjovanka sangat bersemangat, ia tampil cantik dengan busana serba pink kesukaannya, berfoto bersama pacarnya, kalian penasaran kan ? Atau sudah menebaknya ? Ya Brian haha Brian tidak membuang waktu dan langsung memacari jova dasar anak muda.
-------
Di ruangan kantor tak terlalu besar 4 orang sedang menghadap bos besar 2 adalah pesuruh dari bos, 2 lagi adalah ibu dan anak, ibu yang menyerahkan sang anak, dan di tatap tajam oleh penerima.
" Jadi yang kau maksud tadi .... " Bos besar menghentikan bicaranya dan menatap pada Liana yang menunduk takut.
" Dia ? Kau mau membayar hutangmu dengan menjadikan dia jaminan ? " Lanjutnya sambil menunjuk Liana
" I - iya bos " jawab Nora gugup
" Ahahaha cukup menarik, baiklah kalian pergilah tinggalkan aku dengan anakmu ini, dan jangan kembali jika kau tak membawa uang jaminannya mengerti ? "
" M-mengerti "
Nora pun pergi meninggalkan mereka di susul dengan 2 pesuruh bos besar, di tempat Liana masih terduduk menunduk takut, kira kira apa yang akan di lakukan bos besar ini, jantungnya benar benar rasanya ingin kabur saja, bukan hanya jantungnya, raganya saat ini ingin pergi jauh kalau bisa menemui kai kalian tau kai ? Oh ayolah siapa yang tidak tahu kai, oh sangat tampan.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHOCO PIE
Teen FictionLiana, entah bagaimana menjelaskan cerita hidupnya, apakah beruntung ataukah malah menyedihkan. Berawal dari masalah uang, yang tentu saja kita semua tak akan pernah bisa terhindar dari urusan kertas bernilai untuk bertransaksi, uang bisa membuat ma...