Terik matahari di luar sana sangat menyengat mengingat sekarang adalah bulan bulan musim panas membuat orang yang lalu lalang mampir sebentar di kedai atau cafe untuk sekedar memuaskan dahaga mereka, sama seperti Liana yang sekarang sudah mendudukkan tubuhnya di sebuah cafe tak jauh dari lokasi tempat tinggalnya untuk sedikit menyesap es kopi capuccino kesukaannya.
" Ehh Liana " sosok perempuan berponi menyapa Liana.
Liana yang sedang fokus melihat orang lalu lalang pun sontak mendongakkan kepalanya dan melihat siapa yang memanggilnya tadi, kaget adalah hal pertama ia lakukan, benar saja temannya jova dengan menggandeng laki laki yang sama seperti di hari wisuda kalian mengingatnya ? Ya Brian, di susul dengan Aldar yang berpenampilan serba hitam dengan wajah yang tampan meskipun sedikit memberikan kesan garang, entah apa yang ia pikirkan ini kan musim panas apa tidak gerah pikir Liana.
Liana sontak menyuruh mereka duduk di kursi kosong tempatnya, dan melihat hanya ada 1 kursi kosong jova berdecak pelan lalu menyuruh Liana dan teman temannya yang lain berpindah tempat dengan kursi pas untuk mereka.
" Bagiamana kabarmu ana aku sangat merindukanmu kau tahu, bagaimana bisa kau tidak pernah menghubungiku? Kau tidak merindukan temanmu yang cantik ini ? Oh iya kau sekarang tinggal dimana? Kenapa ibumu mengatakan kalau kau sekarang tinggal jauh darinya? Dan yah kuliah di mana sekarang aouh astagaa kau pasti sangat sibuk melihat penampilan mu yang kurus? Hei hei lihat aldar sangat merindukanmu "
Di hujani banyak pertanyaan membuat ana pusing entah dengar atau tidak, sontak ana membukam bibir jova dengan tangannya.
" Sudah ? Aku akan menjawabnya ok "
Melihat 2 sahabat yang saling merindukan itu aldar hanya memiringkan senyumnya acuh tapi diam diam melihat kagum pada liana, Brian pun sama tak bergeming sama sekali, dan hanya makan es krim coklat dengan toping Oreo di atasnya, hmm terlihat segar di makan di musim panas.
Ana bingung apa yang harus ia katakan, apa ana harus jujur, atau sedikit berbohong agar sahabatnya tidak khawatir, ah persetan dengan itu ana memilih jujur, ia menceritakan banyak hal sejak sepulang sekolah sampai sekarang mereka bertemu di cafe, membutuhkan waktu lama bercerita hingga Brian tak berniat dan memilih tidur, berbeda dengan aldar yang menatap geram pada Liana, bukan marah pada Liana, tapi pada ceritanya yang seakan ikut kesal dengan perjalanan hidup yang ana lalui, apalagi mendengar kata pernikahan cukup membuat kepala aldar mengeluarkan asap di musim panas.
- Choco pie -
" Terima kasih atas kerja samanya, anda bisa datang sesuai jadwal yang di tentukan untuk melakukan pemotretan " Alares menggenggam tangan Chelsea sang idola ternama tahun ini, di pilihnya Chelsea untuk perusahaan mereka bukan lain karena keuntungan semata, ya seperti perusahaan lainnya, dengan senyuman hangatnya Chelsea membalas senyuman Ares.
" Ah baik kami permisi karena jadwal kami cukup padat dan banyak yang masih di persiapkan " potong David di sela sela salaman yang sungguh hikmat itu.
- Choco pie -
Ares membuka pintu rumahnya di susul oleh David yang mengekor di belakang Ares, di sambutnya Liana dengan membawa semangka yang sudah di potong menjadi dua hendak di bawa ke ruang tengah untuk dinikmati.
" Tuan sudah pulang, aku akan menyiapkan makan siang, ah ada tuan David juga, selamat datang " sapa ramah ana membuat David tersenyum.
Ares tak berniat membalas sapaan ana jadi ia langsung menuju kamarnya, seperti biasa dan ana memaklumi itu, David di landa kebingungan kenapa ana memanggil abangnya itu tuan, kenapa tidak sayang, by, Abi, papa, ayah, suami atau panggilan semacamnya, tapi setelah itu ia ingat oh ya benar mereka menikah karena paksaan.

KAMU SEDANG MEMBACA
CHOCO PIE
Teen FictionLiana, entah bagaimana menjelaskan cerita hidupnya, apakah beruntung ataukah malah menyedihkan. Berawal dari masalah uang, yang tentu saja kita semua tak akan pernah bisa terhindar dari urusan kertas bernilai untuk bertransaksi, uang bisa membuat ma...