Bagian 4

9 3 4
                                    

Pernikahan berlangsung hikmat, suasanaya menjadi bahagia bagi para tamu dan keluarga kecuali 2 pasangan yang sedang menjadi pusat perhatian.

" Ini kau di kamar sana " ucap Alares pada Liana dan menunjukkan kamar yang akan di tempati ana, mereka sepakat tidak akan tinggal 1 kamar, mengerikan pikir mereka.

Liana segera menata dan merapikan semua barang barangnya tak ada satupun yang terlewat sangat rapi. Sedangkan Ares sangat malas ia hanya menaruh kopernya di samping ranjang dan malah tertidur di ranjang kamar bahkan ia tak melepaskan setelan jasnya, mungkin ia sangat lelah setelah semua yang terjadi terlalu mendadak.

Liana mengetuk pintu kamar suaminya itu " permisi tuan saya sudah menyiapkan makan malam " tak ada pertanda kehidupan Liana mengulang kegiatannya " tuan apa kau masih hidup di dalam sana ? " Ia takut dengan keadaan alares saat ini, mungkin dia bunuh diri atau kabur karena tak menerima pernikahan ini, mungkin saja, pikiran ana sekarang menjadi kalang kabut. Karena keadaan pintu kamar Ares terkunci Liana mencongkel pintu nya agar terbuka menggunakan linggis kalian tau kan alat kebun yang seperti tongkat panjang kalau tidak tahu cari di google aja.

Mendengar suara ribut Alares terbangun dan melihat pintu kamarnya sudah rusak, tentu ia kaget dan melotot mencoba mengerti apa yang terjadi.

" Apa yang kau lakukan " bentak Alares karena kaget dan juga bingung.

" Aku kira tuan mati tadi "

" Kau gila ? Kau ingin aku mati ? Lalu mengambil semua harta keluarga ku iya ? "

" Apa yang tuan katakan aku tidak seperti itu " tentu saja Liana sangat kesal dengan tuduhan itu, ia tidak punya pikiran itu yang ia pikirkan hanya bagaimana nanti nasibnya.

" Aku mengetuk pintu kamar tuan, aku sudah menyiapkan makan malam, tapi tuan tidak menjawabnya, jadi aku membukanya dengan paksa ternyata tuan tidur " jelas Liana sambil menunduk

" Kau ini polos apa bodoh, pergilah aku akan keluar 20 menit lagi, ck mengganggu saja, dan yah bawa alat panjang ini "

Liana segera melaksanakan apa yang tuannya perintahkan, oh bukan suaminya juga, entahlah.

Suara dentingan dari sendok dan piring yang bertabrakan menandakan 2 insan yang sedang makan dengan lahapnya, Ares tidak peduli jika istrinya Liana melihatnya entah dengan artian apa, ia sudah sangat lapar dan Ares tidak bohong jika masakan ini enak, masakan anak 18 tahun ternyata bisa seenak ini pikirnya.

Ares hanya mengambil cuti 2 hari untuk kepentingan pernikahannya, saat ia tak ada ternyata banyak pekerjaan yang menumpuk dan harus segera ia kerjakan, sepertinya Ares akan lembur entah 2 atau 3 hari akan menginap di kantor, tak peduli jika ia sudah beristri toh cuma paksaan dari orang tuanya, lagian Liana itu sudah besar pasti bisa menjaga dirinya sendiri kan.

Ares tak henti hentinya membaca berkas, mengetik di keyboard komputer nya, lalu menandatangi hampir semua kertas yang di bawa oleh sekertaris nya.
Lapar, ngantuk bercampur menjadi 1 tapi ia tak bisa bermalas-malasan dan memanjakan rasa kantuknya itu, ayo Ares banyak yang harus dilakukan.

Jam menunjukkan pukul 21.19 Liana menunggu Ares pulang ia sudah menyiapkan makan malam, melihat Ares makan dengan lahapnya kemarin membuat ana semangat terus memasak makanan lezat, bukan karena ana suka dengan Ares, tapi karena ia suka bagaimana cara Ares menghabiskan makanannya. Tapi sudah lama ana menunggu tidak ada kabar bahkan sunyi sekali tidak ada tanda kepulangan tuannya dan sebagai suaminya itu.

" Apa aku telfon saja ya makanannya sudah mulai dingin " ucapnya monolog

" Ah tidak aku akan menggangunya nanti, dia akan marah "

Kalian pikir ana akan menyerah dengan pikirannya itu ? Oh tentu tidak Liana malah menelfon Ares tapi tak di angkat, menyerah ? Bukan Liana namanya 23x Liana menelfon, dan hasilnya nihil menyerah ? Oh tentu iya sudah lelah ana mengetik, menunggu dan memandangi benda elektronik persegi itu. Ana tidak nafsu makan tanpa Ares. Tapi Liana lapar akhirnya ia makan seorang diri lalu membuang sisanya sayang sekali, setelah semua dirasa sudah bersih ana kembali ke kamarnya dan merebahkan tubuhnya, lelah, itu yang ana rasakan, rindu akan ibunya juga.

" Bukankah aku hanya dijadikan jaminan, kenapa ibu belum datang juga untuk menjemput ku , tapi apa kalau ibu menjemput ku aku juga harus membawa Alares pulang dia kan suamiku juga "

Liana sibuk dengan pikirannya itu tanpa sadar tertidur pulas.

2 hari setelah alares lembur ia pulang dengan wajah lesu.

" AAAAA siapa kau manusia jelek pergi dari rumahku " teriak ana membuat Ares terkejut, melihat Liana yang membawa bantal sebagai tameng Alares menoleh ke kanan dan kiri tapi tidak ada orang selain dia.

" Apa yang kau lakukan di mana manusia jelek itu, apa ada maling di rumah ini ? " Alares ikut panik

Ana mulai berani mendekat dan melihat ternyata manusia jelek yang ia sebut tadi adalah suaminya, ana melotot takut nanti kena semprot lagi, tak bosan bosannya ana selalu kena semprot bahkan untuk masalah sepele.

" o - ooh sudah pulang ya t - tuan " ucap ana terbata bata dan perlahan mengambil tas kerja alares untuk di taruh di kamarnya ia juga dengan hati hati melepas jas yang masih menempel di tubuh tinggi dan kekar itu.

" Astaga bagaimana bisa aku menikah dengan manusia idiot sepertimu " Ares mulai memijit kepalanya yang pusing dengan urusan kantor bahkan di rumahnya juga.

Ares merebahkan tubuhnya di ranjang setelah membersihkan diri, di buka benda persegi elektronik itu dan melihat banyak sekali panggilan dari istrinya, Ares hanya bisa menggelengkan kepalanya dan menghapus semua riwayat panggilan di hpnya.

" Sampah " ucapnya monolog.

Di lain sisi Liana dengan berfikir apa yang harus di masak hanya ada telur dan sawi di dalam kulkas ia tidak punya cukup uang untuk belanja, tuannya itu belum memberikan gajinya, apakah Liana harus minta uang belanja atau menunggu di kasih, kalau minta nanti kata kata harus di susun sebaik mungkin agar di kasih lebih.

Alares melihat ana yang sedang melamun di meja makan, menghampirinya lalu bertanya.

" Apa yang kau pikirkan ? "
" Ahh tuan tidak ada " pertanyaan alares membuat ana terkejut.
" Mana makanannya? "
" Tidak ada " ucapnya simpel tanpa melihat wajah suaminya yang sudah merah karena lapar.
" Ini sudah waktunya makan siang tadi pagi juga aku belum makan, dan kau bilang tidak ada makanan ? Apa yang kau lakukan selama di rumah hah ? " Alares sudah sangat kesal hari ini hidupnya hancur dengan menikahi wanita muda yang sangat idiot, ia tidak mengerti bagaimana pikiran orang tuanya.

" Tapi tuan di kulkas hanya tinggal telur dan sawi "

--------

Akhirnya setelah sedikit cek cok Alares mengantar ana ke supermarket, tidak ada komunikasi antar mereka.

" Girl im your candy " terdengar suara nada dering alares pertanda ada telfon masuk segera Ares pun mengangkat telfonnya.

" Pak kami sudah menghubungi manager Chelsea dan mendapatkan persetujuan kontrak tinggal kita menentukan jadwal pertemuan dan membahas pemotretan produk kita " ucap David dari kantor edzhar company tempat mereka bekerja.

" Ya baiklah atur dan perhatikan jadwal ku juga, kabari aku setelah itu "

Sibuk Ares menelfon, ana melihat dari jendela di samping kirinya terdapat kampus dan remaja seusianya yang lalu lalang ada yang masuk dan keluar kampus, di hati ana rasa ingin kuliah seperti mereka sangat besar tapi sayang semua hutang menjadikannya jaminan dan menikah dengan tuannya, setelah menelfon Ares menyadari tatapan Liana, Ares tau apa yang ana pikirkan tapi ia tak begitu berfikir lebih dalam karena ia sudah sangat lapar dan tidak sabar untuk mengisi perutnya.

CHOCO PIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang