Pagi hari ini cukup cerah, tapi tidak dengan penghuni rumah 2 lantai yang
dominan bercat putih itu sedang murung, berceceran gambar dan lukisan di kamarnya, berbagai coretan di mana mana memenuhi kamar bak seperti ruangan pelukis, tapi berantakan." Haahh " desah pelan Liana sambil mencoret kertas dengan malas.
" Apa kau akan terus seperti itu dan membuatku kelaparan ? " Suara Ares muncul tiba tiba sontak membuat ana kaget, ana berdiri dengan tergesa.
" Ma - maaf tuan aku lupa " ucap ana sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Ares melotot tidak percaya dengan apa yang di tuturkan wanita kecil di hadapannya itu, merasakan hawa panas di sekitar ana bergegas ke dapur untuk memasak takut dengan apa yang akan terjadi padanya nanti, ana harus melarikan diri.
- Choco pie -
" Kau sudah mendapatkan file itu kan ? "
" Tentu saja Chelsea, keuangan perusahaan itu sudah ada di tangan kita, keuntungan besar juga berpihak pada kita "
" Bagus, Ares .... Aku akan mendapatkan segalanya, cintanya dan hartanya, aku akan bahagia meskipun harus meninggalkan dunia ku, tidak masalah, lelaki yang polos, type ku "
Di balik obrolan 2 wanita itu ada 1 wanita yang mendengar dengan jelas pembicaraan mereka, ana, ana mendengarnya dengan jelas tapi ana tidak tahu maksudnya, jangan salahkan Liana, Karen otaknya masih muda, ini urusan manusia dewasa ia tidak paham itu.
Ares menepuk pundak Liana yang terlihat sedang bersembunyi, di balik tembok kantornya.
" Apa yang kau lakukan "
" Ah tuan tidak ada hehe "
" Cepatlah aku tidak punya waktu banyak "
Ares berjalan cepat dan di susul Liana yang mengekor di belakangnya.
Flashback on -
Ares dan ana begitu menikmati makanan lezat yang tersaji di meja makan, terkadang Ares melirik Liana sebentar lalu kembali dengan kegiatannya.
" Kau mau melanjutkan kuliah ? "
Ucapan tiba tiba Ares sontak membuat ana bingung, dan di balas anggukan dari ana.
Ares mengerti lalu ikutan menganggukkan kepalanya " bersiaplah universitas seni membuka pendaftaran untuk mahasiswa baru " tambahnya.
Ana masih belum mengerti, apa yang sebenarnya tuannya ini inginkan, lama berdiam diri, ana mulai memberanikan diri untuk bertanya apa maksud dari ucapan tuannya itu.
" Kau ingin kuliah tidak ? Kalau tidak ya sudah "
" Tentu aku mau tuan " ana mengangguk semangat.
Flashback off -
" Baiklah mbak kami akan mengurus semuanya, setelah registrasi pembayaran, dan bila sudah, kami akan menghubungi anda untuk tahap selanjutnya "
Ana mengangguk senang dan di balas senyuman, ana mendongak melihat Ares berdiri di belakangnya, ana melontarkan senyuman manisnya, tapi hanya di balas tatapan datar.
Di dalam mobil ana mengoceh bak anak kecil yang akan baru bersekolah.
" Tuan nanti kita akan membeli banyak alat tulis, dan saat ku lihat tadi aku sepertinya membutuhkan banyak peralatan lukis yang lebih lengkap, dari cat, kuas, kanvas, palet dan... "
Ares memberhentikan mobilnya, membuka pintu mobil di samping Liana, menarik sabuk pengaman dan mendorong pelan ana agar keluar dari mobilnya, tega ? Sangat. Seperti Ares tidak punya hati meninggalkan anak kecil di pinggir jalan karena terlalu banyak mengoceh, ana bingung dia hanya mengerjapkan matanya berkali kali mencoba mengerti.
" Pulanglah sendiri berisik " lalu Ares mengemudikan mobilnya yang benar benar meninggalkan ana.
Cukup jauh Ares mengemudi, tiba tiba Ares membanting setir ke arah kanan yang Ares tidak tahu bahwa di lawan arah terdapat mobil berkecepatan cukup laju membuat Ares kehilangan kendalinya. Tentu saja kecelakaan tidak dapat di hindari, benturan keras dan kaca mengenai permukaan wajah tampan dan berwibawa Ares, membuat kulitnya tergores, sakit di bagian kepala dan pundaknya begitu terasa, di dalam pikiran Ares hanya Liana, ingatannya hanya Liana.
Ana sudah sampai rumah dengan cemberut di mukanya dengan memanyunkan bibirnya seperti anak kecil yang tidak di belikan mainan, menggerutu tidak jelas karena Ares meninggalkannya tadi siang.
" Aduh aku capek sekali " ana terduduk lemas di sofa dan meluruskan kakinya agar peredaran darahnya lancar. Tak lama ana mulai tertidur karena lelah berjalan cukup jauh, tak apa meskipun di perlakukan seperti itu ana bersyukur bisa mendapatkan hadiah besar dari tuannya.
- Choco pie -
Dokter dan perawat lainnya sedang berlalu kesana kemari menuju UGD membawa pasien kecelakaan yang menimpa Ares dan korban lainnya, Ares sudah tak sadarkan diri, David dengan sigap menuju rumah sakit setelah mendengar kabar, menyuruh orang tuanya tetap di rumah agar tak terlalu khawatir.
David begitu cemas, ia hendak menelfon ana tapi urung, David benar benar kacau.
" Sial kenapa lama sekali " gerutunya di luar ruangan UGD.
Di lain sisi ana terbangun melihat jam sudah pukul 10 malam, tapi belum ada tanda tanda kepulangan suaminya, ana lapar... Ia memasak sederhana saja lagian pasti Ares tidak akan pulang seperti biasa.
Di saat makan hati ana gelisah, entah apa yang terjadi, fikir Liana mungkin karena ia lapar, ana tetap melanjutkan makannya dengan lahap sedangkan seseorang yang sebenarnya alasan yang membuat hati ana gelisah sedang berjuang antara hidup dan mati.
Chelsea begitu terburu buru memasuki rumah sakit menemui David, banyak mata menuju padanya, bagaimana tidak dia adalah sosok idola ternama tahun ini, memotret pun tak dapat di hindari tersebar luas foto Chelsea yang begitu khawatir bersama dengan David yang berusaha menenangkan, berita di mana mana, entah siapa yang di temui Chelsea.... Semuanya bertanya tanya..
Ponsel berkerja begitu cepat, bahkan ana mendapatkan kabarnya juga begitu terkejut, ada David di sana, wajahnya terlihat begitu khawatir, ana segera menelfon David dan bertanya siapa kira kira yang membuat mereka begitu gelisah.
" Halo " sambungan tersambung dan ana bertanya apa ya g membuatnya penasaran setengah mati.
David menjelaskan semuanya membuat ana ingin mengulang waktu, ia tidak ingin mendengarnya, berita kali ini begitu membuat hatinya hancur, sesak di dadanya begitu terasa, menolak percaya apa yang telah terjadi, bagaimana takdir nya begitu hancur seperti ini, siapa yang bisa menjelaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHOCO PIE
Fiksi RemajaLiana, entah bagaimana menjelaskan cerita hidupnya, apakah beruntung ataukah malah menyedihkan. Berawal dari masalah uang, yang tentu saja kita semua tak akan pernah bisa terhindar dari urusan kertas bernilai untuk bertransaksi, uang bisa membuat ma...