01

295 40 6
                                    


Devanes Renata, gadis tercantik dan berkuasa bagai seorang ratu lebah yang dapat menggerakkan bawahan bawahannya sesuka hati. Selain itu, ia juga gemar melakukan penindasan, selalu memandang rendah lawan bicaranya, dan senang menciptakan masalah sesuka hatinya -dulunya. Itu deskripsi dirinya beberapa hari yang lalu, si gadis jahat.

Saat ini, Deva telah memutuskan bertobat karna gadis itu baru saja mengalami karma instan yang membuat hati nuraninya sedikit terbuka.

Hidupnya mendadak berubah total, dari si gadis jahat tukang bully menjadi Deva si baik hati gemar menolong.

Awalnya semua siswa dan siswi di sekolahnya menganggap jika Deva sedang di rasuki roh penunggu sekolah, mereka benar benar tak percaya jika Deva si queen bee tukang bully mendadak menjadi gadis kalem yang suka menolong.

Selain sifat, rupanya penampilan gadis itu turut berubah. Jika dulu, Deva lebih senang mengenakan seragam mini dan pas badan yang menampilkan lekuk tubuhnya- tapi sekarang, gadis itu memilih mengenakan seragam longgar beserta seluruh atribut sekolah lengkap yang terpasang dibadannya.

"Dev, lo gak lagi nyabu kan?" sebuah pertanyaan datang dari salah satu teman sebangku Deva, Elin Sanjaya namanya.

"Elin, bisa diem? Gue lagi ngehapal rumus trigonometri" Deva yang tengah fokus menghadap bukunya sontak kehilangan konsentrasinya.

Tanpa di ganggupun Deva sudah susah menghafalkan, apalagi jika ada yang mengganggu fokusnya.

"Anjir! Lo beneran Deva kan?!!" Elin berteriak kaget kala Deva menyahutinya tanpa mengalihkan pandangannya dari buku tebal matematikanya.

"Fak! Raihan! Buru sini!! Temen lo kemasukan!" Dengan heboh Elin memanggil Raihan- salah satu sahabat mereka.

"Teman teman, gue gak bisa konsen. Bisa jangan berisik?" sahut Deva dengan nada suara kalem.

Elin dan Raihan merasakan bulu kuduknya merinding. Seorang Devanes Renata baru saja memanggil mereka 'Teman', karna biasanya Deva lebih sering memanggil Elin dengan sebutan 'Ma bitch' dan memanggil Raihan dengan sebutan 'Si bangsat Raihan'.

Raihan segera menghampiri bangku Deva, tak lama kemudia lelaki itu menempelkan punggung tangannya ke arah dahi Deva untuk mengecek apakah gadis itu tiba tiba terkena penyakit kronis atau tidak.

"Raihan, tolong singkirin tangan lo" ucap Deva merasa terganggu. Otak pas pasannya saja sudah susah menghapal jika tidak di ganggu, apalagi jika mendapatkan gangguan tentu saja otak Deva lebih sulit mencerna serentetan rumus trigonemetri di bukunya.

"Sialan gue merinding! keknya si Deva emang kesambet" Raihan bergidik ngeri dan segera menyingkir dari hadapan Deva.

Deva yang Raihan kenal tak akan mau menyentuh buku, terlebih lagi buku matematika. Tapi, sekarang seorang Devanes Renata tengah menghafalkan rumus trigonometri seolah olah belajar matematika adalah hal yang paling menyenangkan.

"Kan! Apa gue bilang! Temen lo emang keknya lagi kemasukan Rai" ucap Elin pada Raihan dengan mata menyipit mengamati tingkah laku Deva yang tak lazim.

♚ ♚ ♚

Setelah seharian berkutat dengan buku, kini Deva akhirnya dapat kembali mengistirahatkan otak pas pasannya karna waktu pulang sekolah telah tiba.

"Teman-taman, gue duluan ya" dengan senyum manis yang terpampang di wajah, Deva melambaikan tangannya pada Elin dan Raihan.

"Oke Dev" ucap Elin, sedangkan Raihan hanya bisa terdiam dengan raut muka tak percaya. Mau bagaimanapun, keduanya masih belum terbiasa dengan perubahan Deva yang mendadadak. Masih segar di ingatan keduanya, jika Deva yang mereka kenal adalah sosok bak setan yang datang dari kerak neraka terdalam. Tapi kini, yang ada tinggal Deva si periang dengan senyum bagai malaikat.

Mengabaikan raut tak percaya kedua sahabatnya, Deva melanjutkan langkahnya meninggalkan ruang kelas. Gadis itu dengan senyum riang berjalan menuju parkiran tak lupa menyapa setiap siswa ataupun siswi yang ditemuinya- yang tentu saja memberikan respon tak jauh berbeda dengan Elin dan Raihan.

Setelah menemukan mobil kesayangannya, Deva segera masuk dan mengendarai mobilnya untuk pulang.

Jalanan sore yang padat membuat Deva memilih untuk mengambil rute menuju pegunungan. Siapa tau angin pegunungan bisa mendinginkan otaknya yang panas akibat di paksa belajar seharian. Lagi pula kedua orang tuanya juga tidak terlalu perduli jika Deva tak pulang, jadi dengan tekat bulat, Deva memutuskan untuk jalan jalan sore menuju pegunungan yang memerlukan 4 jam perjalanan.

Hari semakin gelap, dan jalanan yang Deva lewati mulai sepi dari kendaraan. Hanya beberapa satu dua motor yang melewati jalanan.

Merasa bebas berkendara, Deva menambah kecepayan laju mobilnya.

Ting!

Sebuah pesan dari nomor tak di ketahui masuk.

Deva mengalihkan pandangannya, yang mulanya berfokis pada jalanan di depannya kini berpindah fokus pada ponselnya. Mumpung jalan sepi bisa lah sambil main hp, pikirnya.

Gadis itu mulai membaca rentetan pesan dari nomor asing dengan raut bingung.

Selamat datang Deva, semoga perjalananmu menyenangkan.

Karna terlalu fokus pada ponselnya, Deva tak menyadari jika ada sebuah truk yang melaju kearah jalurnya dengan kecepatan tinggi.

BRAK!

Mobil yang Deva kendarai tertabrak dengan truk besar bermuatan. Bunyi nyaring dari gesekan keduanya berdentum membelah kesunyian malam.

Dan setelahnya, diujung rasa sakit yang Deva rasakan, hanya kegelapan yang menyambutnya.

♚ ♚ ♚

Di antara kegelapan dan kehampaan, Deva terbangun.

"Gue dimana?" Deva mengamati keadaan di sekelilingnya, dan hanya mendapati kehampaan pekat. Gelap dan tak ada apapun selainnya.

"Kau sedang menuju dunia baru untuk menebus semua dosa dan kesalahanmu di masa lalu, selamatkan tubuh barumu dari penderitaan, dan setelahnya jiwamu akan terampuni" ucap sebuah suara yang entah berasal dari mana.

♚ ♚ ♚

Deva merasa kepalanya terasa berat. Namun, ia samar samar dapat mendengar percakapan di sekelilingnya.

Dengan susah payah, gadis itu mencoba membuka matanya. Dan ketika membuka mata, bukannya panas api neraka yang menyambutnya- malah seorang lelaki tampan yang menampakan raut wajah khawatir.

"Dev, mana yang sakit?" tanya seorang lelaki berparas tampan dengan senyuman hangat menyilaukan mata.

"Siapa lo?" Bukannya menjawab, Deva balas bertanya dengan meringis pelan karna merasakan pening yang menyerang kepalanya.

"Aku? Pacar kamu" ucap lelaki tersebut.

Seperti tersambar petir di siang bolong, Deva serasa ingin pingsan mendengarnya.

Dirinya yang menjomblo seumur hidup, bagaimana bisa tiba tiba memiliki pacar?!!

▬▬▬▬ TBC ▬▬▬▬

- Jangan lupa vote dan komennya wahai para warga oren (つ▀¯▀)つ -


© 21-10-2021 Greynou

Queen BeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang