13. Were Toxic

349 41 5
                                    

Hari ini, hari setelah dimana Jeeya dan Jimin menghabiskan malam penuh cerita di perpustakaan sekolah waktu itu. Mereka bercerita. Bercanda. Bergurau bersama, bahkan sesekali Jimin menyuguhkan kecupan-kecupan manis untuk Jeeya, membuat keduanya merasakan dunia bahagia mereka berdua hanya semalam. Mereka terkekeh bersama hingga fajar tiba dan berhasil menyadarkan realita bahwa waktu tidak bisa dihentikan. Semua kembali seperti semula.

Jeeya dan Jimin selalu berangkat menuju sekolah bersama, bahkan Jimin yang sama sekali tak punya pekerjaan lain selain mengganggu para siswa yang ia tak sukai kini merubah aktifitasnya yang hanya diisi oleh Jeeya. Mungkin gadis itu merasa agak sedikit kurang nyaman karena Jimin yang selalu menemaminya kapan pun dan dimana pun. Pertengkaran sering terjadi, dan selalu di akhiri dengan Jeeya yang mengalah dan selalu kembali kepelukan Jimin. Hubungan yang tidak sehat tetapi keduanya tidak menyadari itu.

"Aku akan ada jadwal part time hari ini, aku tau kau ingin menjagaku dan melindungiku. Tapi aku mohon untuk kali ini tidak perlu melakukan hal itu lagi Jim, aku bisa menjaga diriku sendiri." Kata Jeeya sambil terus menatap kearah Jimin yang tengah duduk menyendok puding di hadapannya.

Jimin berdehem tak suka, "Aku percaya padamu kok, tapi aku tidak percaya pada orang-orang yang mungkin saja bisa merayu, menggoda atau bahkan melukaimu diluar sana." Sambungnya dengan nada mengancam.

"Itu sama sekali tidak pernah terjadi padaku ok? Bisakah aku pergi sekarang hm, ada banyak tugas yang menungguku" laki-laki itu melebarkan kedua matanya saat melihat sang kekasih pergi bangkit dan beranjak meninggalkannya tanpa adanya salam. Jeeya menghiraukan Jimin, dan kekasihnya itu tentu saja tidak suka, mungkin gadis itu tak bermaksud. Hanya terburu-buru.

Jimin marah, marah sekali. Pikirannya kalut, ntah sudah beberapa hari ini terjadi. Dirinya merasa tidak bisa membiarkan Jeeya lepas dari pandangannya, seakan-akan gadis itu hanyak hak miliknya, kepunyaannya. Jeeya jauh berbeda dengan gadis-gadis yang pernah Jimin kencani. Dia pintar, cantik, pengertian dan hal yang paling Jimin sukai dari segala bentuk kelebihan gadis itu adalah sikapnya yang mampu membuat Jimin tertantang. Iya tertantang, merubah gadis itu menjadi apa yang ia benar-benar inginkan. "Aku akan merubah semuanya Jeeya, sikap maupun tubuhmu."

•••

Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam dan akan ada pergantian shift karyawan toserba, Jeeya telah bersiap dengan tas ransel di punggungnya namun seorang pria dengan kasar mendorong tubuhnya kembali masuk ke area kasir.

"YA, kau memberikanku uang kembalian yang kurang. Cepat berikan uangku kembali." Pria asing itu dengan beraninya mengertak Jeeya.

"Tuan, selama aku menjaga kasir aku sama sekali tidak pernah melihatmu masuk sebagai pelanggan, mungkin saja kau salah masuk toko." Jelas gadis itu dengan masih mempertahankan kesabarannya.

Pria itu lantas mendorong Jeeya kembali dan beranjak mendekati meja kasir, menarik paksa komputer hingga beberapa barang yang ada disekitarnya berjatuhan. Jeeya panik dan menarik pria itu dengan sekuat tenaga, "Tuan! Apa yang kau lakukan! Hentikan atau aku akan memanggil polisi!" Teriaknya namun si pria asing tidak beranjak dan terus melakukan aksi nekatnya.

Bang

Suara keras itu terdengar seketika setelah kepala pria asing itu terkena pukulan dari pemukul baseball, pria asing itu terkapar begitu saja jatuh ke lantai setelah mendapat pukulan keras itu, tidak mati. Hanya pingsan.

"Cepat hubungi polisi, orang sepertinya harus dapat pelajaran!" Teriak laki-laki dengan tongkat baseball yang berada di balik meja kasir.

"Kau tidak apa-apa?" Laki-laki itu masih sempat melirik dan bertanya keadaan Jeeya dengan dirinya yang sudah naik keatas meja kasir dan turun dengan santainya mengikat kedua tangan pria asing yang sudah dalam posisi tengkurap itu dengan sabuk yang ia kenakan.

Jeeya terperanga melihat keberadaan laki-laki yang tak asing di matanya itu.

"Kau tidak apa-apa Jeeya-shi? Bisakah kau menghubungi polisi untukku?" Kata laki-laki itu lagi dan berhasil membuyarkan lamunan Jeeya.

Berselang lima belas menit beberapa petugas kepolisian datang untuk menangkap pria pembuat onar tersebut, gadis itu mulai merapikan kembali beberapa yang bertebaran jatuh berserakan di mana-mana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Berselang lima belas menit beberapa petugas kepolisian datang untuk menangkap pria pembuat onar tersebut, gadis itu mulai merapikan kembali beberapa yang bertebaran jatuh berserakan di mana-mana.

"Menurutku lain kali di jam seperti ini kau harus mengajak seseorang lagi untuk berjaga, kita tidak tau ada banyak orang yang bisa saja berniat buruk melihat seorang sendirian terlebih lagi seorang gadis." terdengar seperti ceramah tapi, perkataan laki-laki itu benar.

"Iya aku akan mendengarkan saranmu, terima kasih sudah membantuku." Ucap gadis itu, Taehyung yang ikut sibuk membersihkan kekacauan tersenyum,

"Tidak masalah, aku hanya kebetulan lewat dan melihat kau dan pria itu sedang berseteru tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tidak masalah, aku hanya kebetulan lewat dan melihat kau dan pria itu sedang berseteru tadi." Kekehnya.

Keduanya duduk berdua diluar toserba setelah karyawan pengganti datang, berbincang-bincang mengenai beberapa hal di tengah malam itu.

"Omong-omong sejak kapan kau ikut dalam tim baseball?"

"Belum lama ini, aku hanya suka memukul sesuatu dan tadi adalah pukulan terbaikku." Taehyung tertawa cukup kencang, dan Jeeya berhasil dibuat ikut masuk dalam humornya itu.

Awalnya semua baik-baik saja, sampai dimana suara hentakan sepatu mendekat kearah keduanya.

"Kalian bersenang-senang tanpa aku ya?" Itu Jimin, ia datang dengan wajah tak suka. Sangat marah.

"Jim, sedang apa kau disini?" Jeeya terkejut dengan keberadaan Jimin.

"Bisakah kau menyuruh Taehyung untuk pergi, Jeeya?"


Tbc~

Could We?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang