"Kau tau? Kau sangat cantik, terlebih lagi tertidur seperti ini. Lain kali jangan suka banyak bicara, kau selalu galak padaku mulai sekarang tidak ok?"
Jimin membaringkan tubuh terlelap Jeeya ke atas ranjang, Jeeya pingsan seketika saat Jimin mulai melecehkannya maksudnya memberikan cinta kata lain melecehkan bagi Jimin tapi hanya ia lakukan pada Jeeya, Jeeya seorang.
Jimin beranjak menaikan selimut guna memberi kehangatan pada tubuh Jeeya yang terlihat pucat. Jimin bergegas meninggalkan Jeeya guna mengganti pakaiannya yang sedari tadi basah akibat menutupi tubuh Jeeya.
Mungkin di mata orang lain Jimin seperti seorang pedofil yang dengan seenaknya melihat seluruh bagian tubuh wanita tanpa sehelai benang pun, tapi ini Jimin sudah hampir berpuluh-puluh wanita yang ia kencani dah bahkan silih berganti singgah pada ranjang nya. Namun berbeda dengan Jeeya dia berhasil membuat Jimin tertarik dengan sikap dingin dan cerewetnya yang selalu memarahi Jimin hingga terus ingin menganggu nya.
Dalam pikiran Jimin taruhan yang ia lakukan tidak sia-sia lagi pula Jeeya tidak jauh berbeda dengan wanita lain yang ia temui. Bertubuh indah, cantik, pintar namun tidak seperti teman-teman wanita nya yang lain yang tidak mandiri itu kelebihan dari seorang Im Jeeya.
"Mungkin aku sudah gila, kenapa aku menyukai gadis itu. Ada apa denganku" Jimin mendengus tat kala air shower membasahi tubuhnya.
.
.
.
"kepalaku sakit sekali, aku ada dimana?"
"Di kamarku."
"Kenapa kau membawaku kemari Park Jimin?!"
"Kita belum selesai bukan, Ayolah lanjutkan."
Jeeya benar-benar tertegun, ini diluar akal sehatnya. Ia ingat bahwa terkahir kali Jimin melecehkan nya itu sudah membuat harga dirinya hancur, tapi Jimin membawanya ke rumahnya dalam pikiran Jeeya apakah Jimin telah berbuat lebih?
"A-apa kau yang menggantikan pakaianku?" Jimin mengangguk.
"K-kau yang membawaku kemari?" Jimin mengangguk lagi.
"Hanya kau?" Jimin menatap lekat mata Jeeya yang sedang duduk di ranjang nya.
"Kau tau aku menyukaimu tau."
Sungguh sebuah candaan yang tidak membuat Jeeya bergeming.
"Apa yang sudah kita lakukan?"
"Banyak." jawab Jimin mutlak. Mata Jeeya membelalak.
"Milikmu sangat pas aku masuki."
Seketika Jeeya menangis, ini pertama kalinya ia merasa sehancur ini. Benar-benar hancur. Jimin terlihat sedikit panik dan berusaha mendekat, namun Jeeya menjauh dan terlihat begitu ketakutan dengan air mata yang terus mengalir.
"Maaf, tenang aku belum melakukan apa-apa." Jimin berusaha menenangkan, dan perlu di ketahui bahwa ini pertama kalinya Jimin mengatakan maaf bahkan pada seorang gadis, dan itu Jeeya.
"Baiklah berhenti lah menangis, lihatlah wajahmu. Cantiknya bisa hilang."
Jeeya berusaha berhenti menitih kan air matanya. "K-kau tidak berbohong padaku?"
"baiklah mari kita perjelas. Mengapa kau bisa menangis seperti itu? Bukankah hal yang biasa bila hal itu terjadi?"
Jeeya mulai mengangkat kepalanya yang tetunduk dan menatap Jimin. "A-ku..."
"Jangan katakan bahwa kau."
"A-ku belum pernah melakukan itu." jawab Jeeya dengan diikuti gelengan kepalanya.
"Sial"
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Could We?
Fanfiction[Park Jimin Fan Fiction] Setelah enam bulan lamanya, Jimin kembali datang menghancurkan semua harapan dan menggores lagi luka yang telah lama sembuh. *** Sebelumnya Jimin adalah laki-laki paling menyebalkan yang pernah Jeeya temui namun ada saat di...