9. First

754 76 6
                                    

🎧[James Bay - Us]🎵

Nb: jika ingin lebih merasakan suasana dalam part atau bagian cerita ini, disarankan mendengarkan lagu yang memilki judul seperti diatas.





















Jimin menggendong Jeeya yang terlelap dengan pakaian yang berantakan tertutupi oleh jaket kulit milik Jimin. Meletakannya tepat diatas ranjang king size milik Jimin yang bernuansa hitam dan putih. Jimin sangat menyukai nuansa seperti ini, begitu simple. Ditambah dengan keberadaan Jeeya diatasnya, begitu indah bagaikan lukisan.

Tidak lupa melepaskan jaket yang menyampir pada tubuh Jeeya, pemandangan yang begitu indah bagi Jimin mungkin tidak besar tapi sangat pas di genggamannya.

"Apakah tidak apa aku menyentuhnya lagi?" tanyanya pada diri sendiri.

Dengan penuh rasa ingin yang membara. Jimin menarik sisa reseleting dress yang Jeeya kenakan hingga menyisakan sepasang dalaman yang memiliki warna senada.

Kemudian tersenyum melihatnya,

Jimin sebelumnya sudah mengenakan kembali kaos yang berhasil terlepas akibat ulah Jeeya, kini mulai melakukan hal yang sama, namun kali ini ia melakukannya sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jimin sebelumnya sudah mengenakan kembali kaos yang berhasil terlepas akibat ulah Jeeya, kini mulai melakukan hal yang sama, namun kali ini ia melakukannya sendiri.

Ini mungkin nampak seperti pemerkosaan atau pelecehan, tapi tidak bagi Jimin ia hanya penasaran dan melakukannya karena notabennya ia adalah kekasih Jeeya.

Jeeya sempat bergerak gelisah karena kecupan-kecupan yang Jimin berikan menyisakan saliva hangat yang bertempat pada permukaan kulitnya.

Tak hanya disitu Jimin juga menurunkan kecupannya hingga pada area yang paling sensitif bagi seorang wanita. Meski terbalut kain Jeeya masih dapat merasakan sesuatu yang kenyal tengah menempel dan menyesap area itu begitu intens.

Dalam keadaan setengah tertidur dan setengah mabuk, Jeeya mengarahkan tangannya mencari keberadaan sesuatu yang menyesap area kemaluannya. Menemukan kepala Jimin yang masih pada area itu, Jeeya menekan memberikan sinyal bahwa ia ingin lebih.

Jimin meraih tangan Jeeya yang meremas rambutnya, melepaskannya seiring terhentinya cumbuan pada area itu. Jimin yang merasa bahwa gairah sudah menguasainya bergerak melepaskan penghalang terakhir yang menutupi area kesukaannya, milik Jeeya.

Begitu pula dengan celana yang ia gunakan, menarik kuat sabuk hingga terlepas dan menurunkan resleting celana jins yang ia gunakan.

Jimin merubah posisi kedua kaki Jeeya, memegang kedua betis milik sang gadis dan menekuknya hingga pada posisi mengangkang. Celana Jimin kini turun sebatas lutut dengan bagian atas yang terbuka menampakan menaranya yang sudah menegang begitu tinggi, tidak pernah ia merasakan ereksi sebesar ini. Hingga saat tersenggol pun rasanya menara itu begitu sakit.

Jimin mengarahkan bagian tubuhnya yang menegang itu pada liang hangat milik Jeeya, menggesek sebelum memulainya.

Mencium kening Jeeya hingga turun pada bibir plum milik sang kekasih.

Jimin mulai menekan batang ereksinya, sangat susah untuk memasukinya dan begitu terasa sakit karena ini pertama kalinya untuk Jeeya,

Gadis itu terbangun dengan tangan yang otomatis memeluk Jimin, melimpahkan rasa sakit yang ia rasakan pada permukaan kulit punggung Jimin.

Jeeya tersadar namun masih dalam keadaan mabuk, "akh,---"

"Kau mau ak berhenti?" tanya Jimin pada Jeeya yang jelas-jelas dalam keadaan yang tidak begitu baik.

Jeeya terdiam dan membiarkan Jimin melakukan hal yang ia mau, dengan Jeeya yang hanya mengikuti.

Jimin kembali menekannya dengan sedikit lebih kuat membuat darah segar mengalir diantara penyatuan mereka,

"ah,---" desah Jimin merasakan bagaimana sempit dan hangatnya didalam sana.

Jeeya masih senantiasa memeluk erat Jimin dan mengigit sendiri bibir bagian bawahnya, menahan rasa sakit dan nikmat secara bersamaan.

"Hei, apakah begitu sakit? Kau ingin meneruskannya?" tanya Jimin pada Jeeya.

Jeeya menatap sendu Jimin dan berbisik,

"Aku mencintaimu Jim"

Kata itu berhasil membuat Jimin tertegun tak percaya, dan mulai mencium kembali bibir Jeeya, namun kali ini dengan pergerakan dibawah sana.

Darah segar terus mengalir setiap kali Jimin menggerakan dibawah sana, Jeeya hanya bisa terpejam dan sesekali mendesah pertanda nikmat dan rasa sakit yang menjadi satu.

Jimin mulai mempercepat pergerakannya, dan membuat ia ikut terpejam merasakan kenikmatan yang luar biasa dari kekasihnya, Im Jeeya.

Hingga sesuatu terasa berkedut dan membesar. Sesaat kemudian liang hangat itu semakin terasa hangat dengan cairan yang masuk kedalamnya, bercampur dengan darah dan cairan yang keluar dari tubuh Jeeya.

"Kau adalah gadis pertama."

Jimin mengecup kening Jeeya yang sudah terlelap, dengan dirinya yang mungkin akan ikut masuk ke alam mimpi bersama sang pujaan.

[]

Tidak bisa berkata-kata aku

Could We?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang