Hari ini aku berangkat sekolah. Seperti biasalah. Aku berangkat dengan berjalan kaki. Sendiri.
Dan sekarang aku sedang duduk di bangku kelasku. Sendiri. Teman sebangku ku belum datang karena ini kepagian. Baru jam enam lebih lima menit. Biasanya orang-orang datang ketika waktu sudah pukul 7.30. Sekolah mulai ramai.
Untuk mengisi waktu luang ku, aku menyempatkan untuk menulis. Oh ya, sebelumnya perkenalkan diriku, tidak ada nama lengkap untuk saat ini, kau tidak perlu tahu siapa namaku. Tapi kau bisa memanggilku. DS. Ya semacam inisial. Dibaca seperti biasa 'de es'. Panggil saja aku seperti itu.
Aku murid kelas satu SMA, umurku 16 tahun. Ya itu termasuk telat menurut ibuku. Teman-teman kelasku kebanyakan 15 tahun saat ini. Itu karena pada usia ku yang ke 6 tahun, aku malah masuk ke taman kanak-kanak dulu setahun. Jadi aku telat.
Aku adalah seorang laki-laki. Tidak terlalu tampan sih, tapi aku tidak jelek juga. Biasa-biasa saja. Untuk lebih detailnya akan kuceritakan saja.
Aku memiliki kulit kuning langsat. Dengan berat badan 50 kg, tinggi 165 cm. Ya itu rata-rata tinggi laki-laki asli Indonesia. Rambutku hitam kecoklatan, warna mataku coklat tua. Aku asli orang Sunda. Ayahku dari Sunda begitu juga ibuku. Oh iya, aku juga memiliki kantung mata, karena aku sering gadang dan, ya sudahlah nanti aku ceritakan.
Aku memiliki satu adik laki-laki dan dua adik perempuan.
Hobiku, aku tak punya hobi. Keahlian? Emm.., mungkin ada sedikit bakat menggambar tapi aku tak yakin terhadap itu. Gambarku jelek.
Oh ya, aku baru ingat, aku termasuk manusia yang mudah trauma.
Maksudku, aku tak tahu apa itu termasuk trauma atau bukan. Maaf kalau salah. Jadi begini, kita menyelami dulu masa lalu ku. Dulu waktu zaman kanak-kanak mungkin sekitaran empat tahun umur ku itu, aku suka banget sama yang namanya 'laba-laba'.
Pada waktu itu, aku sering bermain dengan tetangga, tapi jangan salah, bukan dengan teman sebaya, atau dengan anak-anak, aku bermain dengan seorang bapak-bapak yang bernama 'Pak Kohar'. Setiap bertemu denganku, pak Kohar selalu menjanjikan ku atau mengajakku berburu 'laba-laba', bahkan ketika dengan bibi ku pun, aku selalu meminta laba-laba padanya, dan mereka pun benar-benar selalu memberi ku laba-laba, entah itu memakai plastik, toples, atau pun hanya disimpan dalam tongkat kayu. Pokoknya aku menyukai semua laba-laba itu. Jika tidak dibawakan laba-laba, maka aku sendiri yang akan berburu nya tentunya dengan pak Kohar tadi, atau bibiku, karena laba-laba nya pada di atas pohon atau di tiang-tiang yang tinggi, laba-laba yang di semak-semak atau di tumbuhan yang pendek. Telah habis diburu olehku. Ketika ibuku mengajarkanku menggambar, aku memintanya untuk menggambar laba-laba dan aku pun akhirnya bisa menggambar laba-laba ketika itu. Seolah aku terobsesi sekali dengan laba-laba.
Hingga tiba saatnya, aku melihat laba-laba bergelantungan di lampu ruangan tv rumahku. Laba-laba itu memiliki perut yang bulat sempurna, dengan kakinya yang delapan. Bergelantungan di tengah-tengah ruangan, sepertinya sedang membuat rumah. Perut laba-laba itu berukuran seperti satu kaleci mini.
Aku terus memperhatikan laba-laba itu. Ibuku sedang mencuci piring di dapur. Ayahku sedang tidur di depan tv. Waktu itu suasana di pagi hari. Sekitar jam setengah 6. Aku tidak bisa meminta tolong kepada siapapun untuk membantuku mengambilkan laba-laba itu. Aku pun membawa sapu untuk meraihnya, tetap tidak teraih. Hanya sedikit tertiup oleh angin yang dihasilkan dari ayunan sapuku. Laba-laba itu menjadi bergelantungan ke kiri dan ke kanan. Aku menunduk untuk berpikir, dan tiba-tiba ada sesuatu seperti mendarat di leher bagian belakangku. Aku pikir itu pasti laba-laba!! Aku berniat meraihnya. Ku ayunkan tangan kananku ke belakang leherku dan 'cret!', kenyal dan berair. Seketika terbayang keluar cairan dari perut laba-laba itu dan laba-laba itu mati! Aku panik, tanganku merasakan cairan. Aku lihat tangan kananku dan benar, cairan putih ada di tanganku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Nolep
Ficción GeneralIni adalah ceritaku. Sayangkan kalau gak diceritain? Hehe. Kenapa? ya gimana ya, menurutku aku ini aneh dan different dari yang lain. Tapi tidak apa, itu sudah jalan takdirku.