Prolog

40 9 0
                                    

Assalamualaikum
Haloo
Terimakasih udah mampir di cerita pertama aku, hmm sebenernya sih bukan cerita pertama, ada satu cerita lain yang pernah aku Up tapi aku Unpublis lagi karena buntu banget.

1. Di awal ini, aku cuma malu bilang sih atau sekedar antisipasi aja.

Ini cuma fiksi dan ini real hasil karya dan pemikiran dari otak aku yang kapasitasnya gak seberapa Hehe, roasting diri sendiri

Jadi, kalau kalian nemuin nama tokoh yang sama, alur yang mungkin rada mirip dengan cerita di karya orang yang lain, jangan kalian pernah mikir "Plagiat ni" "Nama tokoh nya sama dengan cerita sebelah atau tokoh nya sama dengan cerita si anu" "atau konflik hampir sama dengan cerita yang itu" mohon untuk tidak berburuk sangka

Yang namanya cerita fiksi pasti ada paling tidak sedikit kesamaan didalam nya. Dan bisa jadi juga nama kamu dan aku sama di dunia nyata.

Yang namanya plagiat itu kalau hampir keseluruhan ceritanya sama dengan cerita orang lain.

Dan itu enggak di cerita KISAH LARA Ini. Asli dari ide aku sendiri.

2. Karena ini cerita bener bener aku sendiri yang nulis, jadi dilarang keras untuk meniru cerita ini. Coba kamu posisi kan diri kamu sendiri sebagai penulis cerita terus cerita kamu di tiru oleh oknum oknum yang enggak bertanggung jawab. Sakit nya tuh disini kan? (Kit my heart) :)

Oke, kayak nya segitu doang yang pengen aku kasih tau.

Selanjutnya, Selamat membaca buat kalian. Semoga KISAH LARA nyantol di hati kalian:)

HAPPY READY NG GUYS
.
.
.
.


xxxxxxxxxxxxxxxxx





Hari itu, hujan datang dengan sangat deras.

Setetes

Dua tetes

Tiga tetes

Hingga beberapa tetesan air terus terjun bebas membasahi tanah.
Menciptakan genangan, menimbulkan gemercik air yang mengenai sebuah teras rumah.

Pagi itu, seorang gadis yang sedang berada di teras, menatap kosong kearah tanah, memperhatikan air hujan yang perlahan lahan membentuk genangan. Membasahi tanah juga membasahi sebagian kulit dan pakaian yang ia kenakan.

Tatapan nya kosong, pikirannya melayang jauh dan genangan air yang ia tahan sedari tadi di pelupuk matanya akhirnya pun tumpah. Ikut berjatuhan bersamaan dengan air hujan.

Ia benci terlihat lemah, ia membenci setiap air yang keluar dari matanya. Ia benci takdir, ia benci semuanya, ia benci dunia dan segala isinya. Ia juga membenci dirinya sendiri....

Namun, satu yang tidak ia benci. Sesuatu yang sedang ia nikmati saat ini, Hujan...

Ya, ia sangat menyukai rahmat tuhan yang satu itu. Dari sekian banyak rahmat yang tuhan hadirkan dan ciptakan. Hanya hujan yang paling ia inginkan.

Alasannya, tidak jauh dari kebanyakan orang yang sedang merasa hidup tidak adil. Ia sama, sama dengan mereka yang menyukai hujan karena dengan begitu air yang keluar dari mata akan dianggap sebagai air yang turun berkat rahmat tuhan.

Ia ingin melampiskan rasa lelah dan sesak di hatinya saat ini, sama seperti sound yang sering ia dengar di instagram miliknya

Lagit, bisakah kau turunkan hujan dengan petir?
Aku ingin menangis tanpa terlihat
Ingin menjerit tanpa terdengar

Itu yang ia inginkan, ketika hujan turun ingin menangis sejadi nya, ketika petir menyambar ia menjerit sekuat kuat nya hingga rasa sesak didadanya hilang. Setidaknya untuk sementara.

Tolong, tuhan tolong jangan tambahkan beban lagi untuk gadis ini. Ia terlalu rapuh untuk menampung beban sedirian. Bahu nya belum begitu kokoh untuk memikul beratnya beban yang sedang ia rasakan.

Tolong

Jangan ditambah lagi

Jangan lagi

Ku mohon...

KISAH LARA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang