37

5 2 0
                                    



Hari ini seperti judul buku Ibu Kartini "Habis gelap terbitlah terang" bagi seorang Arash azkiel.

Bagaimana tidak? Setelah seminggu tanpa kabar dari Kara, hari ini seperti titik terang baginya. Kara menampakkan wujudnya ketika ia kembali datang kerumah Kara.

Namun, wajah kekasihnya_eh apa mereka masih pacaran?_ tampak sedikit pucat dan badannya terlihat agak lemas serta kurusan.

"Kamu sakit?" Tanya Arash.
Saat ini mereka sedang duduk di sofa ruang tamu rumah Kara. Arash mendekat dan mengecek suhu badan Kara yang terasa agak panas.

"Udah enggak" sahut Kara singkat dengan badan bersandar ke sofa

Dahi Arash mengkerut "Udah enggak,maksud nya kemarin sakit?"

Kara hanya mengangguk, matanya menatap televisi yang membuat Arash mendengus.

Gue udah gak ganteng lagi apa ya?, batin nya

"Aku di samping kamu loh" sindirnya

"Terus" jawab Kara masih menatap televisi. Hanya menatap, tidak benar-benar memperhatikan. Tv hanya alasannya untuk menghindari Arash

"Aku masih ganteng banget loh"

Kelewat pede tetap sifat seorang Arash, batin Kara

Kara memutar bola matanya malas. Malas menanggapi manusia kelewat pede satu itu

Sementara Arash mendengus. Respon Kara sejak mereka kembali bertemu hari ini tidak seperti yang Arash harapkan.

Tapi, memangnya Arash siapa?
Ia seperti tidak pantas lagi jika menyebutkan bahwa ia masih pacar dari seorang Kara Larasati

"Kita perlu bicara" ucap Arash yang mulai agak jengah sebab masalah ini tak kunjung mendapat solusi

"Dari tadikan udah ngomong" Yah, Kara masih mempertahankan sikap cuek nya.

Padahal, dari hati kecil yang terdalamnya rasa Rindu itu sudah meraung-raung ingin segera dilepaskan.

Kara rindu Arash, itu lah kenyataannya

"Kamu tau bicara yang aku maksud Arah nya kemana Kara!" Oh baiklah nada suara Arash sudah naik satu oktaf. Pertanda kesabarannya sudah setipis tisu

Perlahan diraihnya kedua bahu Kara.
Tatapan dalam Arash dirasakan oleh Kara ketika mata mereka saling beradu.

"Tolong.... Tolong banget jangan kayak gini"

"Kayak gini gimana?"

"Jangan kekanak-kanakan" jawaban Arash berhasil menyentil ulu hati Kara

"Gue apa tadi? kekanak-kanakan?"

"Iya, jadi tolong hargai aku disini. Aku datang tiap hari nyariin kamu, berkali-kali aku chat dan coba buat telfon kamu sampai akhirnya kamu blokir. Bolak balik kantor kamu nanya kamu dimana. Kerumah kamu paginya terus pulang kantor sorenya hasilnya tetap nihil. Kamu gak mikirin perasaan aku Kara? Kamu pikir aku gak ada rasa capek?" Panjang lebar Arash memberitahukan dengan harapan Kara dapat mengerti.

"Kamu capek Arash? TINGGAL BERHENTI" ditepisnya Tangan Arash "BUKANNYA DULU AKU UDAH BILANG KALAU HUBUNGAN KITA BERAKHIR ARASH?"

Kara mengangkat tangannya dan menunjuk Arash "apa salah aku kalau kamu sekarang capek karena nyari aku seminggu ini, hah?"

Arash hendak menyela "Kar...."

"Diam, diam kamu. Kamu yang bikin capek diri kamu sendiri, kamu yang masih nyangkal kalau hubungan kita benar-benar udah berakhir. Tapi, kamu malah nyalahin aku disini. Sekalipun aku gak pernah nyuruh kamu cari aku Arash. Terakhir kali kita ketemu aku juga gak pernah minta kamu perjuangin aku dan hubungan kita. Aku udah nyerah Arash, kamu dengar AKU UDAH NYERAH!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 19, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KISAH LARA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang