1 | Bisu, Hampir

24 6 9
                                    

Semua Dewa Dewi mengerumuninya, sosok yang disangka tersangka pada malam hari itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semua Dewa Dewi mengerumuninya, sosok yang disangka tersangka pada malam hari itu. Bersamaan dengan kabarnya Dewa Zeus wafat, para Dewa dan Dewi lebih terkejut bahwa pelakunya adalah Dewi Athena, Dewi Perang. Dewi Athena terpojok di lantai, dia tidak bisa mengatakan apa pun dari mulutnya. Semuanya terasa terlalu cepat, bagaimana mungkin dia yang tidak tahu apa-apa dituduh menjadi pembunuh?

"Dewi Athena, aku benci mengatakan ini padamu, tapi," kata seseorang dari balik kerumunan. Seseorang itu melangkah dengan pelan dan anggun, dengan jubah megah di punggungnya. Dewa Astra, Dewa Astronomi muncul dari kerumunan itu, sambil memegang tombak di tangannya. "Tombak ini ditemukan di kamar tidurmu. Berlumuran darah emas Sang Dewa Zeus, keberatan untuk menjelaskan ini?"

"Aku tidak tahu apa-apa, sungguh!" Dewi Athena terisak, nafasnya sesak sekali. Dia melihat ke sekelilingnya, mata semua orang memandangnya dengan jijik, seolah-olah dia adalah pengemis.

"Anugerahku adalah penglihatan masa depan dan aku tidak melihat masa depan yang baik bila kau terus ada di sini, Dewi," ucap Dewa Astra. Halo yang melayang di kepalanya menjadi ciri khas sang peramal, membuatnya terlihat tinggi hati dan congkak. Dewi Athena menatapnya dengan tajam, penuh kebencian. Sungguh menyedihkan, posisinya sudah lebih parah dari skakmat.

"Kemungkinan yang paling baik adalah dikeluarkan. Lebih baik dari pada dibunuh, lebih baik dari pada diasingkan. Lihatlah ini, kau bahkan masih dikasihani," Dewa Astra berseru kepada semua orang di kuil. Para Dewa Dewi bertatapan dan mengangguk, mereka tidak ingin melihat si pengemis lagi.

"Maka, hukumanmu adalah pergi ke dunia manusia bersama para najis yang akan menjadi bawahanmu dan tinggallah selamanya di sana, ah aku masih ingat perkataannya," kata Dewi Athena pelan sambil menyilangkan kakinya. Dia mengisi ulang minumannya dan menyeruputnya perlahan. Anggur merah klasik membuatnya teringat akan Dewa yang memfitnahnya tanpa alasan. Dewi Athena menghela nafas, sedikit rasa kecewa tercampur di minumannya.

"Lihat Dewa, aku bersama para najis yang kau bilang ini sudah mendirikan kuil megah. Aku akan mengingat ini selamanya sampai ke anak cucumu, tidak akan berkurang rasa dendamku," geram Dewi Athena. Alisnya mengernyit dan emosinya naik, hampir saja Dewi Athena memecahkan gelas terakhirnya. Dewi Athena menaruh gelasnya dan berdiri, lalu dia menjentikkan jarinya.

"Pelayan, sudah saatnya. Siapkan anak-anakku".

SaviorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang