Tidak ada yang baru dari masa lalu, dan tidak ada yang menjanjikan dari masa depan. Bagaimana caramu berproses, itu adalah harapan!
Aku duduk terdiam di halte sekolah. Menatap silau mentari yang perlahan mulai sirna. Menyelidik tiang penunjuk jalan yang sebagiannya telah mengeropos oleh panasnya siang dan dinginnya malam.
Beberapa kendaraan lalu lalang dengan lancarnya. Meninggalkan sedikit sibaran air dari kubangan kecil setelah hujan tadi. Suara murottal dari masjid seberang sekolah membuat pendengarnya merasa tenteram.
Hari ini adalah hari yang indah, selain kenyataan bahwa Abi telat menjemputku.
"Tin..Tin..Tin.." suara klakson mobil Abi mengusik lamunanku.
Aku berlari kecil menyeberang, masuk ke mobil dengan keadaan gusar
"Abi mah telat. Aca udah nungguin dari tadi. Kenapa ga telepon dulu atuh" ucapku ngambek
"Iya Abi tadi ada urusan mendadak, biasa Pak Barnas ada klien baru" berusaha menjelaskan
Namun tidak semudah itu, aku harus mendapatkan kompensasi.
"Yaudah gini, kita ke minimarket dulu deh, terserah ambil apa aja. Mau?"
Abi menawari seolah tau apa yang ada di kepalaku
"Oh yaudah iya gapapa" jawabku sok ketus.
Mobil Abi melesat dengan cepat. Aku mulai lupa dengan keterlambatan hari ini. Benar saja, awan mulai gelap dan gerimis telah tiba membasahi jalan. Waktu telah menunjukkan hampir pukul enam sore. Kami mendahului beberapa kendaraan dan memulai aksi salip menyalip.
Akhirnya mobil Abi terparkir sempurna di depan sebuah mini market. Aku turun dari mobil setelah adegan meminta uang dengan meninggalkan Abi sendirian.
Tidak tau kenapa. Aku malah lebih tertarik dengan minuman dingin 10 ribuan dengan karakter pororo yang berada tepat didepan minimarket, dibandingkan dengan jajanan ala ala yang ada didalamnya.
Suasana Bandung yang dingin, terlebih lagi jam yang menunjukkan hampir waktu maghrib adalah alasan yang sedikit aneh untuk meneguk minuman dengan es tersebut.
Hanya minum es saat maghrib? Masih belum sebegitu aneh. Teman di kelasku sering berkata bahwa aku adalah orang yang 'unik'. Kurang mengerti kenapa mereka berpikiran demikian.
Aku terkadang menghafal setiap digit angka pada uang yang aku punya, sesekali berbicara sendiri, selalu memberikan nama pada setiap benda yang aku miliki, penasaran bagaimana rasanya diculik, dan pernah bercita-cita untuk menjadi kursi plastik hiasan ruang tamu.
Sepertinya itu hal yang normal bukan? Mungkin, kecuali yang terakhir.
----------
"Udah nih" ucapku sembari masuk ke dalam mobil.
"Yaudah ayo pake safety belt-nya dulu. Udah mau maghrib, nanti Umi ngomel lagi. Tau sendirikan Umi gimana" ucap Abi terkekeh
"Haha pasti Abi kena semprot deh" pungkasku meledek
Aku menyenderkan kepala di kaca mobil, membentuk gambar dengan embun yang tersisa sembari meneguk minuman es tadi.
"Bagaimana hasil lombanya?" Abi tiba-tiba bertanya
Aku menoleh mencoba mengingat "Hah? Oalah iya Alhamdulillah Aca dapet juara 1 lomba story telling" jawabku membanggakan diri.
"Waduh, kira-kira mau hadiah apalagi ya tuan puteri satu ini?" Abi bertanya dengan suara keras nada menyindir.
"Ih engga deh. Yang penting do'ain aja supaya bisa lulus SNMPTN hehe" jawabku menimpali.
Abi menoleh memastikan,
"Iya, Bi. Beneran".
Gerimis kecil berubah menjadi hujan lebat. Mobil Abi tepat memasuki garasi rumah. Suara konstruksi mesin rumah tetangga beradu dengan lantunan adzan maghrib.
"Pak Ade, punten itu udah adzan maghrib tuh. Berhenti dulu, biar besok dilanjutkan konstruksinya" teriak Abi kepada tetangga samping rumah.
"Oiya Pak, nuhun ini juga udah selesai tinggal beres-beres dikit" jawabnya menimpali.
Disisi lain, Umi sudah berdiri menunggu dengan khawatir,
"Kenapa Humaira pulang kesorean? Ini untung waktu adzan udah dirumah" Umi bertanya cemas.
"Gatau tuh, tanya aja sama Abi" jawabku menyalahkan
Aku tau ini akan terjadi, dan selalu seru. Jarang sekali soalnya. Kalau Umi udah ngomel, pokoknya cukup dengarkan sampai lelah sendiri. Jangan mencoba untuk menggubris. Atau jika tidak, drama ini akan berlanjut ke episode dua.
Aku pergi ke kamar mandi untuk bersih-bersih, meninggalkan adegan peperangan Abi dan Umi di ruang keluarga.
Besok adalah hari pertama aku resmi belajar sebagai murid kelas XII.
"Semoga bisa satu kelas sama Anya lagi!"
Temanku sekaligus tetanggaku tempat menumpang pergi ke sekolah. Aku selalu berangkat dan pulang sekolah dengan Anya, kecuali ketika les pasti pergi dengan Abi.
"Huh, kalimat yang paling aku benci. Kita tidak tau apa yang bakal ditemui, tidak tau apa yang akan terjadi, bahkan tidak mengerti apa yang ada di hadapan kita. Ya apalagi kalau bukan kalimat, ini adalah awal"
Besok, awal kelas XII ya?
******
Halo semua yang udah mau mampir. Plis banget ini mah komen ya apa yang bisa aku benahi untuk selanjutnya. Dari segi penyampaian isi cerita atau dari pembendaharaan kata yang aku pilih.
Disini menerima semua kritik dan saran yang membangun!! Bersikap solutif dan tanggung jawab juga harus aku kembangin lagi, kasih masukan yaaaa..
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE 131 [ON GOING]
Teen Fiction"Lu, Aca ya?" "Ha? Darimana dia tau nama aku?! Tebak-tebak berhadiah?" Bukan tentang apa yang kita suka atau apa yang kita tidak suka, tapi ini tentang apa yang Allah ridho. Aku masih disini, ga kemana-kemana. Tapi, aku bukan aku yang dulu. Salsa...