LOVE 131 [ON GOING]

Nano-Nano Milky Coklat

Kadang menangis haru,
Kadang tersipu malu.

Kadang tertawa lepas,
Kadang mencoba ikhlas.

Kadang buka suara,
Kadang berdiam saja.

Menjalani hidup dengan segala kadang-kadangnya, membuat manusia semakin paham akan serba-serbinya.

Tak terkecuali dengan Aca.
Setiap hal yang dia kurang mengerti, pasti selalu ditanyakan. Tidak mau penasaran berlama-lama.

Tapi kadang,

Penasaran menjadi alternatif.

----------

"Lu, Aca ya?"

"Ooh berarti bukan Aca?, kalo Humaira?"

*******

"Aku penasaran, gengsi mau nanya. Ada ga sih alasan yang masuk akal? Kok dia tau nama panggilan aku dirumah? Gak mungkin kan dia temennya Reyhan? Kan baru pindah dari Palembang. Kalaupun iya, mana mungkin si jangkung itu cerita tentang aku ke temennya. Ngapain!" ucapku penasaran.

"Ah serius, Ca? Emang gak ada temen SD atau SMP kamu dulu yang namanya Abi? Atau mungkin pernah satu les?" jawab Anya turut penasaran

"Ih gak mungkin aku lupa, Nya. Kamu tau sendiri kan aku gimana. Nih, coba ambil duit ini" ucapku sembari menyodorkan uang dari saku

"Yaelah ni anak, mulai lagi kumatnya. Yaudah berapa?" sahut Anya

"WDJ544936, bener gak?" jawabku

"Iyaaa emang ingetan kamu kuat. Puas? Tapi, Ca. Coba pikirin, siapa dong kalo bukan temen lama kamu? Atau ada gak gelagat dia yang aneh waktu pertama masuk kelas? Dia stalker kali' " ucap Anya sedikit berbisik

"Lebih masuk akal kalo aku lupa nama temen aku sih daripada dia yang stalker. Instagram aku aja private, lagi pula kenapa dia stalk aku?" pungkasku menolak jawaban Anya.

"Udahlah, ini masuknya ghibah gak sih? Astaghfirullah banget kita. Tuh dah bel masuk, aku duluan" pamit Anya berlawanan arah

(di kelas)

Geometri Bidang Datar

Tulisan tersebut terpampang nyata di papan tulis putih.

"Bapak ini adalah.... Pak Wisnu" dalihku sembari melihat tabel pembagian guru mata pelajaran

Ternyata guru matematika ku beralih dari Ibu Desy menjadi Pak Wisnu.