•بسم الله الر حمن الر حيم
•Happy Reading
Hari itu cuaca sangat tidak bersahabat, seorang gadis yang terbalut seragam SMA mengeluh khawatir. Bagaimana tidak? Jam yang melingkar dipergelangan tangannya sudah mengarah ke angka tujuh. Waktunya hanya tinggal lima belas menit lagi, sedangkan jarak rumah ke sekolahnya sekitar tiga puluh menitan.
Sudah dua puluh menit ia menunggu jemputan dari seseorang yang biasa selalu datang menjemputnya.
"If, di mana, sih? Nggak biasanya kaya gini," ucapnya khawatir.
Gadis itu mengeluarkan ponsel dari sakunya, lalu mulai mengutak-atik layar persegi tersebut.
"Direject?" tanyanya cengo.
Tidak ada waktu lagi untuk menunggu, Def tidak ingin ia dihukum karena terlambat. Walaupun pada dasarnya dia sendiri tidak yakin bisa sampai ke sekolah dengan tepat waktu. Def berlari kecil ke arah halte, berharap ada taksi atau teman satu sekolah dengannya yang bisa ia tumpangi.
Sesampainya di halte, Def tersenyum ketika mendapati teman satu kelasnya yang masih asik menyesap rokok.
"Rey ...," panggilnya ngos-ngosan, orang yang dipanggil , menatap Def heran.
"Ape?" tanya Rey dengan logat melayunya.
"Lo sendiri?" Rey mengangguk dan kembali menyesap rokok dengan mata fokus ke arah jalanan.
"Nah pas banget," ucap Def tersenyum bahagia.
Rey mengalihkan tatapannya ke arah Def yang tersenyum bahagia.
"Ha?" tanyanya dengan Alis bertaut.
"Lo sendiri, gue juga sendiri."
"Hubungannya?" tanya Rey bingung.
"Skuy kita ke sekolah," balas Def semangat.
"Oh, jadi lo mau numpang?" Def mengangguk.
"Gue nggak sekolah, lo berangkat sendiri."
"Yah kok gitu?" tanya Def mengambil posisi duduk di samping Rey yang kembali menatap jalanan.
"Ayolah Rey, kita udah hampir telat, nih," bujuk Def.
"Gue nggak sekolah, lo ngerti nggak sih?!" Rey menatap Def jengah.
"Tapi gue mau sekolah," balas Def.
"Yaudah pergi sendiri," ucap Rey membuang muka, sejahat-jahat dirinya, ada rasa tidak tega ketika melihat raut khawatir dari gadis di sampingnya.
"Masa jalan kaki."
"Apa salahnya?"
"Ih lo kok gitu, setidaknya lo anterin gue aja deh. Nanti gue traktir cilok, mau nggak?" tanya Def lagi.
"Gue maunya lo, gimana?" tanya Rey menatap Def dengan sebelah alisnya yang terangkat.
"Gue kan punya If," balas Def kesal, ia memukul kepala Rey tanpa belas kasihan, membuat si empu mengaduh kesakitan.
"Sakit bego!" marah Rey sembari memegang kepalanya.
Tanpa menghiraukan Rey, Def bangkit, berniat ingin pergi sekolah dengan berlari.
"Yaudah iya, gue anterin. Tapi nggak gratis," putus Rey pada akhirnya.
Rey menyerahkan helm miliknya yang dan disambut baik oleh Def.
"Thanks, Rey."
•••
Pada aula parkir, tampak Naqi dan Anji sedang memarkirkan motor kesayangan mereka. Setelah merasa motornya aman, keduanya segera berjalan beriringan menuju kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Katakan 'Jealous'
Teen Fiction"Sudah saya katakan, dia BUKAN ANAK SAYA!" Terkadang hati yang terluka, perasaan yang tanpa sengaja tergores, meninggalkan kesan yang tidak baik pada raga. Meninggalkan keegoisan dengan cara menenggelamkan hati nurani. "Kamu cemburu 'kan? Apa susah...