05. Dia bukan anak saya

19 10 0
                                    

•Happy Reading

Seperti hari-hari biasanya, keadaan sekolah akan tampak ramai meski jam baru menunjukkan pukul tujuh pagi. Diparkiran berbagai macam jenis motor serta mobil tersusun rapi.

Def  mengulurkan tangannya pada Naj yang menawarkan diri untuk mengantarnya ke sekolah pagi ini. Tentu saja Def tidak akan menolak, bahkan dia rela menyuruh Naqi agar tidak menjemputnya hari ini.

Setelah melambaikan tangan pada mobil sang Ayah yang kian menjauh, Def segera melangkah masuk. Bukannya berjalan menuju kelas, Def memutar haluan mendekati Anji, Arzian dan Harsa yang masih duduk santai di atas motor mereka sambil mengobrol dan tertawa.

"Gue merinding," ucap Harsa ketika melihat Def yang mendekati mereka.

"Merinding kenapa, lo?" tanya Anji bingung.

Arzian yang paham, juga ikutan mengusap tengkuknya.

"Bener kata lo Sa, gue juga ikutan merinding.

Anji semakin bingung, ia menatap aneh kedua temannya yang sesekali tertawa. Posisinya yang membelakangi Def, membuat ia tidak tahu apa yang menyebabkan Arzian dan Harsa mendadak merasa horor.

"If, mana?" tanya Def to the point.

Anji memutar badannya, menatap Def yang entah sejak kapan berada di belakangnya.

"Pantesan lo berdua merinding," ucap Anji tanpa sadar.

Def menautkan alisnya, "Merinding kenapa?  Kaya habis nonton horor aja."

"Ada yang lebih horor," balas Harsa menahan tawa.

"Lebih horor dari mbak daster," ucap Arzian tertawa keras.

"Mbak daster, Mbak kunti maksud lo?" pungkas Anji yang juga ikut tertawa.

"Nah itu maksud gue."

Ketiganya semakin tertawa, hingga wajah Harsa yang lebih putih dari Anji dan Arzian menjadi merah.

"Lo bertiga kesambet apaan, sih?" tanya Def bingung.

"If mana?" sambungnya lagi.

Dengan wajah yang memerah Harsa mengangkat suara, "Belum datang, bukannya dia bareng lo?"

Def menggeleng, ia mengambil posisi duduk pada salah satu motor yang entah milik siapa. Berniat menunggu Naqi datang, ah lebih tepat menunggu tugas matematika miliknya.

"Tumben banget, putus lagi?" tanya Arzian setelah meredakan tawanya.

Lagi-lagi Def menggeleng.

"Terus ke--

"Itu If ...," tunjuk Def ketika melihat cowok yang sedang memasuki aula parkir. Semua pandangan memandang ke arah yang ditunjuk Def, begitupula dengan Anji yang baru saja ingin bertanya.

Def segera mendekati Naqi yang sedang melepaskan helm, cewek tersebut menampilkan senyum manis sambil menyapa sang kekasih.

"Morning, If ...."

Naqi tersenyum kecil, ia mengusap pelan kepala Def kemudian meletakkan helm pada motornya.

"Gimana?" tanya Def.

"Apanya?"

"Tugas sudah selesai, kan?" Naqi mengangguk sembari membuka tas dan mengeluarkan buku milik cewek tersebut.

"Makasih," ucap Def tulus.

Naqi merangkul Def yang tingginya hanya sebahu cowok tersebut, membawa Def berjalan menuju kelas. Ketiga temannya mendengus kesal, apalagi melihat Naqi yang sama sekali tidak mempedulikan keberadaan mereka, bahkan cowok tersebut tidak menyapa temannya  walau hanya sepatah kata.

Katakan 'Jealous'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang