•بسم الله الرحمن الر حيم
•Happy Reading
Setelah perdebatan panjang, keduanya kini sedang berusaha menaiki pagar sekolah di samping gudang.
"Gue nggak mau ah, tinggi tau," ucap Def ngeri ketika melihat pagar yang akan mereka panjat.
"Terus gimana cara manjatnya? Mau jadi monyet lo?" sambung Def.
Rey sama sekali tidak mempedulikan Def, cowok itu membungkukkan badannya.
"Naik," ucap Rey pada akhirnya.
"Ha?" Def menatap Rey tidak mengerti.
"Naik atas punggung gue, terus lo bisa naik ke atas pagar, bego amat."
Tanpa membantah Def menuruti apa yang diperintah oleh Rey, ia naik di atas punggung cowok tersebut hingga pada akhirnya bisa naik diatas pagar batu sekolahnya.
Namun, masalahnya belum selesai. Saat menatap ke bawah membuat nyali cewek tersebut ciut, keringat mulai bercucuran, dan napasnya yang mulai tidak teratur.
"Lo tinggal lompat, yaudah gue pergi dulu," pamit Rey.
"Gue takut, Rey. Ini tinggi banget," cicit Def.
Mendengar itu Rey yang sempat berbalik kembali memutar badannya dan menatap Def.
Wajah gadis itu pucat dan basah, membuatnya menghela napas pelan dan pasrah. Dengan cekatan ia memanjat pagar tanpa merasa kesusahan, sudah seperti seseorang yang sudah terbiasa dalam hal memanjat.
Apa mungkin Rey benaran monyet?
Rey meloncat ke bawah terlebih dahulu, lalu kembali meminjamkan punggungnya untuk Def.
"Injak punggung gue," ucap Rey.
"Takut jatuh Rey, tinggi, gue takut," balas Def.
Rey menatap sekelilingnya, "Lo tunggu, jangan gerak-gerak," peringatnya.
Cowok itu berjalan ke arah sudut gudang, mengambil kursi yang sepertinya sudah lama tidak terpakai. Setelah memeriksa ketahanan kursi tersebut, Rey segera mendekati Def yang memejamkan matanya.
Dibalik garangnya cewek ada rasa takut yang terpendam. Takut kehilanganmu, misalnya.
"Sini gue gendong," ucap Rey setelah naik di atas kursi.
Def membuka matanya, menatap Rey yang sudah siap dengan rentangan tangannya.
"Emang lo kuat?" tanya Def.
"Ngeremehin gue, lo?" Def menggeleng. Ia segera memulai aksinya, turun digendongan si Rey.
"Lo nggak takut si Naqi, cemburu?" tanya Rey ketika Def sudah berada dalam gendongannya.
"Ha?"
"Hei kalian!"
Belum sempat Def menjawab, sebuah suara telah mendahuluinya. Keduanya menatap ke arah sumber suara hingga tatapan mereka berakhir akan bunyi kursi yang mereka naiki.
Brak!
"Aduh ...."
...
Suara ketukan pintu mengalihkan kefokusan semua murid, begitu juga dengan seorang ibu guru yang sedang menjelaskan.
"Kak Anji, dipanggil Bu Hanum."
Mendengar namanya dipanggil Anji menatap ke arah cewek yang sedang berdiri diambang pintu.
Anji mengangguk, "Oke, makasih, ya."
Cewek tersebut mengangguk dan segera pergi, begitu juga dengan Anji yang ikut berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Katakan 'Jealous'
Teen Fiction"Sudah saya katakan, dia BUKAN ANAK SAYA!" Terkadang hati yang terluka, perasaan yang tanpa sengaja tergores, meninggalkan kesan yang tidak baik pada raga. Meninggalkan keegoisan dengan cara menenggelamkan hati nurani. "Kamu cemburu 'kan? Apa susah...