Bab Satu : Perkenalan

24 3 1
                                    

Entah ini harus dimulai dari mana, saya juga bingung bagaimana membuka cerita ini. Biasanya cerita akan dimulai dengan perkenalan dan latar yang cantik. Tapi untuk cerita ini, bab perkenalan mungkin tidak akan dikemas secantik cerita lain yang sedang kalian baca. Bab perkenalan akan saya buka dengan kalimat : ini adalah cerita tentang Wanda dan apa yang terjadi disekelilingnya. Cerita-cerita tentang hal mendebarkan, patah hati, dan hal-hal lain yang terjadi di masa lalu.

"Aku juga cuma perempuan biasa." Kata Wanda setelah menggigit graham crackers, dia menepuk-nepuk tangan. "Aku juga pernah ngerasain one-sided love,"

"Kamu pernah?" Gadis berambut ombré di hadapannya memperlihatkan ekspresi terkejut.

Wanda terkekeh, "I told you, i'm just an ordinary girl."

Gadis itu menatap Wanda.

"Semua orang pasti pernah ngerasain hal-hal yang bikin mereka nggak semangat, merasa dipatahkan sampai akhirnya benar-benar patah... dan yang lain-lain." Kata Wanda, "Itu karna semua orang punya masa lalu." Wanda terdiam sebentar dan menghela.

"Pasti keren kalau time machine betul-betul ada. Kita bisa time travel terus undo semua hal-hal memalukan yang pernah terjadi dimasa lalu. Mencegah jangan sampe patah hati di saat kita patah hati. Bisa kan? Cause that would be great."

"Malah gak seru kali."

"Why?"

"Baru beneran seru kalo ada hal-hal yang kayak gitu biar buat diceritain kayak hey aku juga dulu pernah ditinggal pas lagi sayang-gayangnya loh,"

Tawa kedua gadis itu lepas setelah perkataan Wanda.

"Siapa sih?"

Wanda menoleh, "Hm?"

"Patah hati pertamamu."

Wanda terdiam sebentar menatap temannya bercerita sebelum akhirnya tertawa.

"Why are you laughing?" Gadis dihadapan Wanda bingung.

Wanda menyudahu tawanya dan memperbaiki kunciran rambutnya, "Kamu lagi gak ada kerjaan ya? Ujian akhirmu gimana? Hm?"

Gadis di hadapan Wanda memicingkan mata, "Jangan bawa-bawa itu."

Wanda terkekeh, "Sebagai teman yang baik,"

"Kurang sopan."

"Okay, kurang sopan." Wanda mengangguk, "My bad."

Gadis di hadapan Wanda itu hanya mendengus, "Kurang sopan ngomongin hasil ujian akhir di depan penyintas yang jelas nggak baik-baik aja."

Gelak tawa kembali memenuhi ruang tamu apartemen.

"Chloe itu hanya ujian akhir." Kata Wanda.

"Ugh!" Chloe mengeluh, "Itu adalah neraka!"

"Ujian adalah hal yang menyenangkan bukan? Seharusnya begitu."

"Siapa yang suka ujian saat pandemi?"

"Well,"

Chloe menatap Wanda, "Dan memang nggak ada yang pernah suka dengan ujian seperti kamu menyukai hal itu."

Wanda menutup mulutnya rapat-rapat dan mengangkat bahu.

Chloe hanya menggeleng sementara Wanda hanya bisa menghela napas.

"Tapi serius,"

Wanda mengalihkan pandang setelah gadis di hadapannya kembali berbicara. Teman mengobrolnya itu baru saja menarik salah satu cushion dan memangkunya.

Somewhere Written In The StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang