ARKAN : Distraksi

33 1 0
                                    

Masih di tahun 2013, proses perkenalan dan pertemuan dengan Arkan ketika itu tidak terlalu saya anggap serius. Menurut saya, waktu itu, di tengah dunia SMA saya yang super sibuk, Arkan ibarat sebuah iklan, hanya pemanis. Tapi saya lupa, salah satu sifat lain iklan adalah menarik perhatian.

Jarum jam menunjukkan pukul sembilan waktu setempat. Seperti biasa, Wanda baru saja menyelesaikan kelas di tempat les.

"Terimakasih kak, selamat malam!"

Wanda dan beberapa orang teman sekelasnya kompak mengucapkan terimakasih kepada tutor mereka yang baru saja meninggalkan kelas. Satu persatu murid meninggalkan ruang kelas menyisahkan Wanda yang sedang menguncir rambutnya. Gadis itu mengarahkan perhatiannya ke arah papan tulis sebelum akhirnya beranjak meninggalkan ruangan itu.

Ring~~

Suara dering ponsel mengalihkan perhatian Wanda. Telepon dari Pak Mulyono, supir ayahnya. Wanda diberitahu bahwa malam ini Pak Mulyono tidak bisa menjemputnya di tempat les karena ayahnya sedang dalam perjalanan ke Yogyakarta berdua bersama Pak Mulyono. Sepertinya malam ini Wanda harus pulang naik taksi.

Suara helm jatuh mengalihkan perhatian Wanda. Gadis itu mendapati beberapa orang masih berada di parkiran. Ada tiga orang laki-laki yang masih nongkrong di parkiran tempat les. Salah satunya adalah seseorang familiar, Arkan. Ketiga orang itu tertawa terbahak-bahak tanpa menghiraukan keberadaan Wanda. Gadis itu hanya menghela dan kembali mengalihkan perhatiannya.

Dari tempatnya, Arkan berhenti dan mengalihkan perhatiannya kepada Wanda. Dia terdiam sebentar dan menghela.

"Tolol banget malah ditendang!" kata Raihan, salah seorang diantara Arkan dan satu orang lainnya, Haris.

"Bangsat emang tolol banget dia." kata Haris, dia tertawa.

Arkan mengabaikan kedua temannya itu dan malah memakai helm.

"Kemana lo?" tanya Raihan.

Arkan hanya menatap Raihan sekilas.

"Balik?" Kali ini Haris yang bertanya.

"Jawab anjing!" kata Haris, dia menonjok lengan Arkan.

Arkan hanya tertawa, "Nyokap nelpon."

"Mana nelpon anjing!" kata Haris, "Hape lo aja dimana."

"Serius nelpon." kata Arkan.

"Bacot anjing." kata Haris dengan nada kesal.

Arkan hanya tertawa sambil menyalakan motornya.

"Tiati, Ar." kata Raihan.

"Oit." Arkan menjawab singkat tanpa menatap mereka.

"Awas diculik tante tante." kata Haris.

Ketiga laki-laki itu tertawa mendengar lelucon konyol yang baru saja dikatakan Haris.

"Balik ya." kata Arkan sebelum akhirnya menarik gas meninggalkan halaman parkir tempat les.

"Oke." Kedua temannya yang lain melambaikan tangan kepada Arkan yang baru saja berlalu.

Wanda mengalihkan perhatiannya sebentar melihat Arkan dan motornya meninggalkan tempat les. Gadis itu hanya menatap punggung Arkan sebentar lalu beralih ketika ponselnya berdering.

"Halo selamat malam kak, dengan Kak Wanda ya?"

"Iya betul."

"Saya driver taksi kak."

"Oh iya, posisinya dimana, pak?"

Wanda melangkah menuju gerbang dengan ponsel di telinganya.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 28, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Somewhere Written In The StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang