Yudhis tersenyum tipis melihat Ayu yang baru saja keluar dari pelataran sekolah.
"Ay! Itu Mas Yudhis?" bisik Wulan seraya menyenggol lengan Ayu.
Atau mengikuti gerakan mata rekannya. Dia melihat Yudhis tengah tersenyum ke arahnya dengan tangan dilipat di dada.
"Ngapain dia ke sini? Kok dia bisa tahu kalau ...."
"Mana kutahu, Wulan!" Potong Ayu seraya merapikan jilbabnya.
"Sana temui pria aneh itu!" sindir Kiki seraya menarik lengan Wulan menjauh.
Ragu Ayu tersenyum lalu mendekat.
"Apa kabar, May? Aku lihat kamu benar-benar bahagia."
Ayu tersenyum tipis.
"Mas Yudhis kok tahu aku ...."
"Mama yang kasi alamat ini. Kebetulan aku pegang bengkel juga showroom di kota kabupaten, satu jam perjalanan dari desa ini."
Kembali dia tersenyum. Ada kekakuan yang Ayu rasakan saat bertemu kembali dengan pria di depannya. Meski hatinya tetap tak bisa mengelak dari sebar yang masih sama.
"Kenapa? Kamu nggak suka aku datang?"
"Bu ... kan, bukan itu, tapi aku kaget. Nggak nyangka."
Yudhis tersenyum.
"Mas Yudhis pasti belum makan siang, kan? Aku tahu bahwa penjual mie ayam yang enak di sini," tutur Ayu berusaha mencairkan suasana.
Pria bertubuh atletis itu menautkan alisnya kemudian mengangguk.
"Oke, kita ke sana sekarang?"
Ayu mengangguk kemudian mengikuti isyarat Yudhis untuk masuk ke mobil. Mereka berdua menikmati mie ayam dengan suasana yang lagi-lagi membuat Ayu harus berkeras membuat semuanya seperti biasa. Namun, tetap saja ada denar halus menyapa hatinya.
"Mas tinggal di ...."
"Ada, aku kontrak rumah di dekat showroom," potongnya seraya meneguk air putih di depannya.
"Papa Mama apa kabar?"
"Baik! Oh iya, mereka titip salam buatmu."
Ayu tersenyum.
"Kamu setelah ini biasanya ada kegiatan lagi?"
"Nggak, Mas. Sore baru kami ada ekstra kurikuler."
Yudhis mengangguk paham.
"Kalau gitu, aku bisa minta tolong dong?" tanyanya. "Kebetulan desa ini kan nggak jauh dari kota kabupaten tempat aku buka showroom. Nah, aku butuh bantuanmu untuk mencari furniture untuk rumah kontrakanku. Kamu bersedia?"
Ayu bergeming sejenak. Diabtak menyangka pria itu mengajaknya memilih perabot rumahnya.
"Kenapa harus aku?"
"Kenapa? Kamu keberatan?"
"Bukan itu ... eum ...."
"Oke nggak apa-apa kalau kamu keberatan. Sori, May. Aku pikir kita bisa seperti dulu lagi. Ternyata aku salah. Maaf," tuturnya kecewa.
Mendengar pernyataan Yudhis, Ayu merasakan hati pun kecewa. Dia pun sesungguhnya ingin keadaan kembali semula, tetapi entah kenapa dia merasa sulit untuk mengubahnya.
"Nggak gitu, Mas. Tapi ...."
"Nggak apa-apa, May."
"Oke, aku mau! Aku mau temani Mas Yudhis cari perabot untuk rumah kontrakan Mas!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Selalu untuk Selamanya (Sebelumnya When The Sun Goes Down)
RomanceBlurb : Menjadi anak asuh dari keluarga berada dan keturunan terpelajar adalah sebuah kebanggaan. Keinginannya untuk membuktikan bahwa dirinya bisa dibanggakan akhirnya tunai, meski setiap hari dirinya harus berlomba dengan perasaan cinta yang tak b...