Tidak Berhenti (02)

10 7 8
                                    

Masa depan itu harus diperjuangkan dan dikejar, nah makanya Ayya tengah berusaha ngejar Devan.

Kring... Bunyi bel istirahat, membuat semua orang yang didalam kelas berhamburan keluar kelas, mereka semua ada yang mau ke kantin, perpustakaan, duduk ditaman untuk mengobrol atau menggosip ria, atau di dalam kelas, sama halnya dengan empat lelaki moswanted sekolah ini mereka memilih di dalam kelas karena tak mau ke kantin yang pastinya sangat ramai yang akan membuat mereka jadi sorotan. Mereka memilih pergi ke kantin saat kantin sudah mulai  sepi. Mereka sedang mengobrol namun tiba-tiba
"Devan ini bekal dari aku, aku bikinin sendiri pagi tadi. Dimakan ya." Kata Sinta sambil menyodorkan makanan di meja Devan. Sinta Maharani seorang siswi yang tinggi sama seperti Devan, Sinta sekelas dengan Devan dkk, ia menyukai Devan sejak lama. Sinta ini dikenal banyak orang karena sok kepolosan nya membuat orang kadang-kadang muak, ada juga yang takut karena dibully olehnya, atau lelaki buaya yang suka melihat body Sinta yang begitu wow menurut mereka.
"Aduh.. udah hilang satu muncul lagi satu."kata Alta melirik sinis Sinta, ia tidak menyukai Sinta, Sinta ini begitu pandai menutupi semua sikap dan tingkahnya dan berpura-pura lugu dan polos di depan orang agar disukai banyak orang.
"Ehh neng Sinta, sini buat babang Revan aja bekal nya, si bos ga bakalan nerima, jadi daripada ditolak mending kasih babang Revan aja." Kata Revan, ia tahu sahabat nya ini tak akan menerima, lebih baik untuk dirinya saja, pas bukan jadi ia tidak perlu ke kantin.
"Iya mending buat kita aja." Kata Vino
"Ini buat Devan, nanti aku buatin lagi untuk kalian ya." Kata sok lembut dari Sinta. Ia tidak mau Devan melihat sikap buruknya.
"Gue udah kenyang, kasih aja buat Revan dan Vino." Kata singkat berupa tolakan yang keluar dari mulut Devan membuat Sinta menunduk kesal meremas tempat bekal. sedangkan Alta, Revan, dan Vino senyam senyum sendiri. Akhirnya pun karena sudah malu ditolak dan kesal Sinta pun memberi bekalnya ke Revan.
"Nah gitu dong, enak ni Vin, rejeki orang ganteng, lain kali bawa double ya Sin." Kata Revan tak tahu malu seraya mengambil bekal tersebut ke meja nya.
"Yoi-"kata Vino yang belum selesai karena mendengar alarm suara dari daerah pintu kelas.
"Ihhh kok ada nek lampir sih kesini?ngapain nek lampir kesini? Mau ganggu calon pacarnya Ayya ya?" Suara teriakan introgasi yang membuat orang yang ada di kelas termasuk Devan dkk menoleh ke asal sumber suara yang tak asing lagi bagi mereka. Ya Audrey yang sudah berjalan sambil menggerutu menghampiri Devan dkk. Sedangkan Sinta menoleh kesal kepada Audrey dengan tatapan tajamnya karena malu dan marah, bagaimana mungkin dia dipanggil nek lampir oleh Audrey. Alta, Vino, Revan saling melirik satu sama lain mengeluarkan senyum tipis ternyata tidak sesuai dengan pemikiran mereka. Audrey tetaplah Audrey tidak akan putus asa atau menyerah.
"Aku duluan ya Van." Kata Sinta lembut membuat Audrey mual saja.
"Gausah sok sok an aku kamu, biasanya juga kalo ngomong ke Ayya lo gue." Cibir Audrey yang benar adanya. Sinta pernah mengancam Audrey untuk menjauhi Devan saat berada di toilet tentunya mana berani jika diluar. Namun ucapan Sinta tak dihiraukan oleh Audrey, dirinya berlalu saja karena tak mau membuat sisi asli dirinya keluar di depan umum karena ia sudah menahan marah setengah mati kepada Audrey. Awas aja lo Ya, batin Sinta.
Sedangkan Devan menghela nafas kasar, tak seperti pemikirannya juga bahwa cewek didepannya ini menyerah.
"Hai calon pacarnya Ayya, hai Vino, Alta , Revan." Sapaan manis dari Audrey.
"Hai juga dede gemesh." Serentak mereka menjawab sapaan dari Audrey namun tidak dengan Devan, ia hanya diam saja.
"Ngapain lo kesini?!" Tanya to the point Devan, ia sudah senang dan tenang karena gadis di depannya ini tidak menggangunya di pagi hari. Namun lihatlah sekarang gadis ini sudah di depannya saja, membuat ia kesal saja.
"Mau ngajakin ke kantin makan bareng, yokk!" Ajak Audrey sambil menarik pergelangan tangan Devan. Namun dengan cepat dilepas oleh Devan sedikit kasar.
"Gausah pegang pegang gue! Gue udah kenyang jadi lo ke kantin aja sendiri!" Jawab dingin oleh Devan yang tak sedikit pun membuat Audrey sedikit pun sakit hati, karena sudah terbiasa akan kata yang sering dilontarkan Devan.
"Yaudah kalau gitu ke kantinnya untuk nemenin Ayya aja gimana? Ayya belom sarapan tadi pagi jadi laper." Ucap dramatis sambil memegang perutnya yang sudah berbunyi.
"Lo siapa? Nyuruh gue!" Ketus Devan, Sedangkan Alta dan yang lain hanya melihat drama siang yang menarik ini tanpa membuka suara.
"Calon pacarnya Devan." Jawab Audrey ceplos begitu saja.
"Udah gue bilang gue gasuka sama lo. Siapa juga yang mau jadi pacar yang modelan kayak lo." Kata Devan sambil menatap tajam mata Audrey. Membuat Alta dan yang lain hanya merasa kasihan kepada Audrey.
"Emang Ayya model? Ayya bukan model Devan, ya walaupun Ayya cantik,manis,imut tapi Ayya bukan model." Jawab  polos Audrey yang membuat yang ada dikelas menahan tawa.
"Pfttttt buahahahaha... Astaga dede gemesh otaknya pinter banget sih, jadi pengen isi dikarung terus bawa pulang deh." Kata Vino mendapat tatapan tajam dari Devan membuat mereka kicep semua dan tidak tertawa lagi.
"Lo gak punya kelas ya? Sampe ke kelas orang terus?" Tanya Devan menyindir Audrey.
"Punya kok. Audrey kelas XII IPA 3. Devan mau ke kelas Ayya?" Tanya Audrey dengan binar di mata membuat Devan makin kesal saja, percuma meladeni Audrey tak akan sudah sudahnya dan akhirnya ia meninggalkan kelas yang akhirnya disusuli sahabatnya.
"Kita duluan ya dede gemesh. By." Kata Revan sambil melambaikan tangan berlalu juga yang diikuti sahabat lainnya.
"Yahhh Ayya ditinggalin padahal Ayya udah jauh jauh kesini walaupun hanya ngelewatin 1 kelas." Lirih Audrey, apa ia harus menyerah saja, benar kata sahabatnya perjuangan cintanya ini tak ada kemajuan sedikit pun. Membuat yang mendengar hanya merasa iba saja, namun ada juga kaum hawa yang merasa senang.

*****

Sedangkan Devan dkk sekarang berada di atas atap sekolah tempat mereka sering berkumpul kalau diganggu oleh Audrey.
"Van, Lo kayaknya udah keterlaluan ga sih, kasian juga Ayya lo gituin, pastinya dia sakit hati walaupun gitu gitu." Nasihat Alta, sudah dibilang Alta tu kadang kadang kalem kadang kadang juga rada gesrek.
"Iya bos, sakit tau gak hati dede gemesh." Ucap Revan dramatis sedangkan Vino memegang dadanya seperti menghayati drama tersebut.
"Ck, Lo pada ni sahabat siapa sih, bingung gue daritadi ngebela cewek tu terus." Malas Devan, namun ia juga berfikir apa ia sudah keterlaluan ke Audrey. Namun segera ia menepis pikirannya, lagian ia hanya menegaskan kepada Audrey bahwa ia tak menyukai Audrey.
"Oh ya bos, nanti sekolah ngadain acara untuk anak kelas XII aja untuk ngerayain kemenangan basket kita." Kata Vino mendapat anggukan dari mereka.
"Enak ye kan, hahahaha kasian banget sekolah lain kalah telak terus sama kita." Kata Revan.
"Tapi kayaknya mereka gak diam gitu aja deh,  liat gak tahun lalu pas mereka kalah, mereka bikin ulah disekolah kita." Kata Alta yang membuat mereka semua melihat Alta, benar saja kenapa mereka melupakan hal tersebut.
"Kita gak tau apa yang dilakuin mereka, jadi kita waspada terus, kalau ada hal yang mencurigakan." Jawab Devan mendapatkan anggukan dari yang lain.
"Balik ke kelas." Kata Devan, ya sepertinya Audrey sudah tidak ada di kelas jadi aman. Mereka pun turun dan menuju ke kelas, seperti hari Kamis ini mereka semua  tidak belajar. Yeay menyenangkan.
Saat di kelas mereka mengangga tak percaya, bagaimana tidak bekal sarapan yang sudah dikasih Sinta sudah habis dan ada sebuah kertas disana tertulis

Untuk Devan ganteng calon Pacar Ayya.

"Makasih ya bekalnya, tadi Ayya yang makan karena udah lapar, jangan salahin Ayya, salahin aja Devan karena gak mau nemenin Ayya ke kantin. Lain kali jangan makan makanan luar gak baik untuk kesehatan Devan. Sekalian Ayya mau ngucapin selamat atas kemenangan basket yang kemarin.

Tertanda
Ayya yang manis calon pacarnya Devan

"Ya.. makanan gue, hiks hiks makanan gue, dede gemesh parah banget sih itu kan makanannya babang Revan bukan punya Devan mana minta makasih nya sama Devan lagi." Kata Revan menatap nestapa makanan yang akan baru dimakan.
"Udah gue duga, mana ada tuh cewek bisa masak, cuma caper aja, sok sok an bilang masak sendiri" Cetus Alta kala melihat surat dari Audrey. Membuat mereka semua melirik Alta.
"Nih buat gantiin makanan lo." Menyerahkan uang selembar berwarna merah kepada Revan.
"Yesss.. makasihh bos."sambil tertawa Revan mengambil uang tersebut, rejeki ini mah namanya.
"Bagi dua Van, awas aja lo." Ancam Vino
"Iya iya tenang aja."kata Revan

Terimakasih sudah membaca, jangan lupa vote dan komen.

Sebuah RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang