Ayya menggenggam tangan Arnold begitu erat, langkah kaki yang begitu excited, dengan wajah begitu semangat. Ya dia akan mengajak Arnold untuk jajan, oh ayolah dari awal matanya sudah mengincar yang akan dia pesan, ckckck ayya kau memang terbaik:v. Sedangkan Arnold tersenyum melihat begitu antusiasnya Ayya, bagaikan anak kecil yang diajak untuk membeli permen.
"Ayo cepetan Regar, Rey mau jajan es sama pentol Mba Mina.. nanti keburu abis." Tarik Ayya lebih cepat.
"Iya Rey, pelan-pelan aja jalannya." Gemes Regar pada Rey yang selama ini menjadi sahabatnya dari kecil.
Sesampainya Ayya dan Arnold di tempat stand Mba Mina, dengan cepat Ayya menarik Arnold kedepan untuk memesan. Untung saja badan Ayya yang kecil membuat dia bisa menyempil, dan jika bertanya bagaimana dengan Arnold? Mereka lebih memilih mengalah daripada mencari masalah, huh mengerikan:v
"Mbaaa Minaaa neng geulis Ayya udah dateng nihh.. kayak biasa ya mba kalau punyanya Ayya, kalau punya Regar minumannya yang kayak biasa aja mba." Ucap Ayya dengan begitu semangat.
"Ehh neng Ayya, yaudah ditunggu dulu ya." Jawab Mba Mina yang tak kalah semangat. Membuat semua yang berada disekitar standnya hanya geleng-geleng kepala. Apakah ini yang dikatakan satu sefrekuensi?
"Okeee mba.. yang bayarin Regar yaa mba, hehehe." Ucap Ayya sambil menengok Arnold yang disampingnya, wajah Ayya puppy eyes seolah memohon membuat Arnold terkekeh gemas sehingga mengacak rambut Ayya. Lagian tentu saja Arnold yang akan membayar, dia tidak akan membiarkan Ayya yang akan membayar.
Arnold merogoh uang selembar berwarna biru dan langsung memberikan kepada Mba Mina.
"Ini Mba uangnya sisanya ambil aja, pentolnya jangan terlalu pedes ya mba." Ucap Arnold yang membuat Ayya mengerucutkan bibirnya karena kesal, yang benar saja, Ayya menyukai pentol yang pedas. Tapi dengan biasa Arnold tidak peduli.
"Makasih atuh den. Ini esnya 2 sama 1 pentolnya den, perhatian banget sama neng Ayya, saya jadi iri nih." Mba Mina begitu gemas melihat hubungan Arnold dan Ayya, ya dia merupakan salah satu pendukung keras kapal nya Arnold dan Ayya.
Sedangkan Arnold tersenyum mendengar nya sambil melihat Ayya yang sudah begitu antusias memakannya. Ayya yang sedang mengunyah makanan pun hanya tersenyum karena tidak bisa menjawab. Mulut yang penuh membuat pipinya mengembung, membuat dia begitu menggemaskan.******
Sedangkan keempat lelaki yang sedang duduk di daerah pojok hanya melihat interaksi kedua pasangan sahabat tersebut. Bagaimana mereka melihat Ayya yang begitu semangat becerita dan Arnold yang begitu perhatian kepada Ayya, seperti sekarang Arnold membantu mengelap di ujung sudut bibir Ayya menggunakan tisu. Mereka seperti pasangan baru yang dimabuk kasmaraan.
"Aaaaa sosweet banget sih Arnold ke Ayya, kan gue jadi baper nih ngeliatin keuwuwan mereka. Pengen juga sama neng Sasa." Ujar Vino melihat yang dilakukan Arnold.
"Kayak pasangan gouls banget dah." Jawab Revan yang mendapat anggukan setuju dari Alta dan Vino, sedangkan Devan hanya memperhatikannya. Entah mengapa ada rasa aneh di dalam hatinya, melihat interaksi dari Ayya dan Arnold.
"Ada yang panas tapi bukan api kompor Mang Dadang." Ucap Alta, membuat Devan menoleh langsung kearah Alta.
"Gimana Dev??enak gak sekarang, udah dari kemarin gak digangguin lagi sama dede gemesh, kayaknya dede gemesh nya udah mundur tuh milih yang pasti aja apalagi yang kayak Arnold mah langsung sabi lah ya." Lanjut Alta yang membuat gelak tawa dari Revan dan Vino. Wkwkwk jual mahal sih sok kegantengan amat, walaupun emang ganteng sih, engga deng ganteng banget malah.
"Lo nyindir gue Ta? dan perlu banget ya gue jawab pertanyaan unfaedah lo" jawab ketus Devan yang membuat ketiganya mengelus dada, bukan apa apa hanya saja Devan ini membuat mereka gregetan, gengsinya besar amat dah.
"Iyain dah biar cepet." Ucap Alta.*****
Sedangkan dilain sisi Sasa dan para teman Arnold sudah menghampiri Ayya dan Arnold.
"Misi, misi, misi mau beli sosbar gak ni? Cuma 3 tusuk 10 ribu murah meriah. Apalagi yang lagi pacarannya, nengnya kalau dibeliin pasti makin sayang sama dennya." Ucap Davva yang membuat para temanya ketawa.
"Dunia serasa milik berdua ya, yang lainnya ngontrak." Balas Gerry.
"Sampai lupa kawan Ayya mah." Jawab Sasa yang ingin menggoda Ayya. Ayya hanya ketawa sedangkan Arnold menatap para temannya kesal, karena sangat mengganggu
"Nah lohh ti ati Dav, Ger. Pulang nanti jangan lewat jalan biasa." Lanjut Raska yang mendapat anggukan dari Dicky, sedangkan wajah Davva dan Gerry sudah pias.
"Kenapa Ka emangnya?" Tanya Ayya dengan watadosnya, membuat para temanya ketawa ngakak karena tidak bisa menahan kepolosan Ayya. Sungguh gemas sekali mereka huh pengen dikarung trus bawa pulang untuk oleh oleh mamanya jadi calon menantu. Etss:v
"Entar jadi berita gempar Ya, ditemukan dua remaja laki-laki diikat di tiang listrik oleh salah satu temannya karena menggangu waktu pdkt nya sama si doi." Jawab Dicky membuat mereka mengangguk cengengesan, karena Arnold melihat mereka dengan tatapan tajam. Mereka begitu senang menggoda Arnold. Sedangkan Ayya yang sudah diberi penjelasan hanya mengangguk seolah sudah mengerti.
"Ngerti gak Ya?" Tanya Sasa yang pasti sudah bisa ditebak jawaban olehnya.
"Ayya sebenarnya gak ngerti, tapi di iyain aja biar cepet." Jawaban Ayya yang membuat mereka melongo tidak percaya, sedangkan Arnold hanya terkekeh lucu dengan jawaban Ayya.
"Aaa bagii dong Davva sosbarnya." Pinta Ayya dengan wajah yang dibuat imut. Membuat mereka semua geregetan, bagaimana mungkin cewek kecil didepan mereka ini membuat wajah menggemaskan tersebut.
"Enak aja Ya. Beli nih 3 tusuk 10 ribu, minta sana sama Arnold pasti mau dibayarin." Jawab Davva sambil menjauhkan sosbarnya. Ayolah Davva sedang ingin mencari peluang bisnis yang dia pelajari selama ini di kelas, untuk dipraktekkan.
"Hahaha bayarin tu bos, Si doi mau tuh, kode peka dong." Goda Dicky yang membuat Arnold kesal, namun tak urung dia merogoh uang selembar berwarna hijau dan memberikan kepada Davva, dengan cepat Davva mengambilnya dengan tampang cengar cengir kesenangan.
"Yeay, makasih Regar." Ucap Ayya senang sambil memeluk Regar dengan cepat lalu melepaskan dan segera tangannya mengadah ke Davva untuk meminta sosbarnya, membuat Davva dengan cepat memberikan 6 tusuk kepada Ayya, untung sekali Davva hahaha.
"Ada yang cepat tapi bukan lari." Goda Raska melihat Arnold sedikit tegang saat dipeluk oleh Ayya.
Sedangkan Sasa hanya melihat dan tertawa, dia sempat melihat Devan dan para temannya melihat yang dilakukan oleh Ayya tadi membuat dia tersenyum miring kala melihat ekspresi Devan."Aaaa gue iri banget sama Ayya."
"Cocok mah mereka."
"Gue sih dukung Devan sama Ayya ya."
"Arnold perhatian parah banget sama Ayya."
"Keenakan tuh Ayya jijik gue ngeliat nya."
"Iya caper banget, kemaren ke Devan sekarang ke Arnold."
"Sok cantik dia mah."
"Emang cantik kali."
"Mereka pacaran ya, bukannya Ayya sukanya sama Devan?"
"Udah move on kali, Lagian Arnold gak kalah menarik kali."
Sedangkan Sinta melihat dan mendengar tersebut mengepalkan tangannya.
"Awas aja Ya, dasar cewek ganjen. Gak akan gue biarin lo ngalahin gue." Ucap Sinta dengan senyum smirknya. Sinta melangkahkan kakinya ke tempat Devan dan temannya berada.
"Emm hai Devan, Vino, Revan, Alta.. boleh gabung gak, soalnya aku gak ada yang temenin." Ucap Sinta sambil membawa minuman, yang membuat fokus mereka teralih ke perempuan yang ada di depan mereka.
"Gak liat kursinya udah gak ada." Cibir Alta, dia begitu tidak senang kepada perempuan yang ada di depannya ini.
"Gabung aja kali, gapapa kan Dev?" Jawab Revan.
Sedangkan Devan hanya bergumam saja tanpa melihat kearah Sinta, membuat Sinta senang karena diijinkan untuk bergabung.
"Makasih ya Devvan, btw kamu mau aku pesanin sesuatu gak?" Tanya lembut dari Sinta yang membuat Alta ingin mual saja.
"Gak usah gue udah kenyang, dan gak perlu apa apa." Jawab Devan membuat mereka terkekeh karena Sinta tidak bisa bertanya.
"Kamu ngeliatin Ayya sama Arnold ya?" Pancing Sinta membuat mereka menoleh ke Sinta. Membuat Sinta tersenyum karena benar mereka terpancing.
"Mereka itu udah sahabatan dari kecil, udah deket banget, banyak yang ngirain mereka pacaran, menurut aku sih mereka kayaknya mereka memang pacaran deh. Aku jadi iri deh jadi Ayya yang disukain sama Arnold." Ucap Sinta yang mengompori Devan. Entah Sinta yang salah melihat atau bagaimana dapat dia lihat perubahan wajah dari Devan.
"Gausah sok tau deh." Cibir Alta membuat Sinta mengepalkan tangannya yang berada dibawah.
Devan yang merasa aneh pada dirinya akhirnya berdiri dan pergi begitu saja tanpa mengucap satu kata pun, akhirnya diikuti oleh Alta, Vino dan Revan, meninggalkan Sinta sendirian yang tersenyum miring.*****
Di lain sisi Ayya yang melihat Sinta bergabung dengan Devan dan yang lainnya hanya menghela nafas, apakah Devan benar benar tidak menyukainya. Saat Ayya yang ingin gabung selalu diusir oleh Devan, sedangkan Ayya dapat melihat Sinta yang mudah begitu saja duduk untuk bergabung.
"Apa Ayya nyerah aja, kayaknya Devan beneran gak suka kalau Ayya deketin?""Huh gapapa Ayya tetap semangat, pasti si nenek lampir itu yang maksa duduk sama ayangnya Ayya positif thinking aja "
"Tetep happy kiyowo Ayya."
Batin Ayya
"Rey gapapa?" Tanya Arnold melihat Ayya melamun, Arnold tau Ayya melihat tempat yang diduduki oleh Devan dan para yang lainnya.
"Gapapa kok Regar, emangnya Rey kenapa?" Jawab Ayya tersenyum kepada Arnold untuk meyakinkannya.
"Pulang bareng Regar ya? Mamah mau Rey kerumah udah lama gak main katanya, kangen berat." Tawar Regar yang memang benar apa adanya, mamanya memaksakan Arnold untuk membawa Ayya kerumah untuk bermain.
"Iya, Rey juga udah kangen berat ni sama mamah." Jawab Ayya begitu antusias. Ayya begitu senang ketika Arnold membawanya kerumah, dia begitu kangen dengan mamah Arnold, Ayya bisa merasakan kasih sayang seorang mamah.Happy reading ya, maaf kalau ada kesalahan dalam tulisan, dimaklumi soalnya baru. Jangan lupa vote dan komen ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Rasa
Teen FictionHari dimana terus berlalu tapi ada sesuatu yang masih ditunggu, tak tau kapan namun berharap datang, mungkin mustahil tapi tak ada yang salah bukan~> Orang bilang cinta butuh perjuangan, sekarang aku sedang berjuang, entah itu kapan akan ada saatny...