Hari ini, Senja terpaksa izin sekolah karena menghadiri panggilan guru dari sekolah Zidan. Awalnya, ia ingin izin telat masuk, tapi setelah dipikir-pikir mungkin ini masalah serius sampai Zidan dapat surat panggilan seperti ini.
"Maaf, kak, gara-gara Zidan, kakak sampe gak masuk sekolah begini," ucap Zidan tak enak hati.
"Gapapa. Kakak kan lagi menjalankan tugas sebagai orangtua wali. Udah yuk, jalan," ajak Senja. Lalu mereka berdua beriringan menuju ruang Tata Usaha.
Banyak pasang mata yang menatap keduanya. Tak banyak yang tahu bahwa Senja adalah kakak dari Zidan. Mungkin hanya teman sekelasnya dan beberapa orang yang sadar yang tahu.
Sampainya di ruang TU, Zidan masuk terlebih dahulu, tak lama diapun keluar dan menyuruh Senja masuk.
"Permisi, Bu. Saya wali dari Zidan Cakrawala," sapa Senja saat memasuki ruangan dengan ramah.
"Ah, iya. Silahkan duduk."
Bu Mela memperhatikan Senja dengan seksama, "Sepertinya anda masih muda?"
Senja mengangguk, "Iya, saya kakaknya, Bu. Orang tua kami sedang sibuk, jadi saya disuruh mewakilkan."
Lagi dan lagi, Senja berbohong.
"Yasudah kalau begitu. Ini, langsung intinya saja, ya." Bu Mela memberikan lembaran kertas pada Senja.
Senja memperhatikan isi dari lembaran tersebut. Matanya dengan jeli membaca setiap rentetan kalimat yang di ketik disana. Dahinya berkerut saat melihat nominal angka pada kalimat terakhir.
Bagaimana ia bisa lupa dengan uang SPP Zidan selama 5 bulan? Apa karena banyaknya pengeluaran dan beberapa masalah yang ia pikirkan sehingga ia bisa lupa hal sepenting ini?
"Bagaimana? Apa ada masalah keuangan di keluarga kalian? Begini, pihak sekolah tidak lagi memberikan dispensasi waktu untuk anak kelas 3 yang menunggak SPP. Apalagi, 3 bulan yang akan datang mereka itu harus ujian. Jika tetap tidak dilunaskan, maka terpaksa kami tidak mengikutsertakan Zidan di ujian kelulusan tahun ini. Ancamannya, Zidan tidak bisa lulus."
Senja menutup matanya sejenak untuk berpikir.
"Baik Bu, saya akan bayar kekurangan SPP besok. Dan, saya akan melunasi untuk 3 bulan yang akan datang," jawab Senja pada akhirnya.
Lagipula uangku emang buat Zidan semua. Aku kerja keras buat Zidan supaya dia dapat pendidikan yang layak.
"Baiklah, bagus jika seperti itu. Berarti 8 bulan, ya? 1 bulannya 125.000, jadi totalnya 1.000.000. Besok?" Tanya bu Mela meyakinkan.
Senja mengangguk dengan mantap.
"Baik, terimakasih atas waktunya, dek?"
"Senja."
"Iya, Senja. Saya tunggu besok, ya."
Setelahnya Senja pamit dan segera keluar untuk menemui Zidan yang sedang menunggu di depan ruangan.
"Gimana, kak?" Tanya Zidan saat sadar kakaknya telah keluar dari ruang TU.
"Udah beres, kok. Kamu tenang aja, oke?"
"Tapi..."
Senja dengan cepat menepuk pundak Zidan, lalu berjinjit untuk mengusak surai adiknya ini. Maklum, Zidan ini kelebihan kalsium.
"Adik kakak udah besar, ya. Udah gih, sana masuk kelas. Udah bel daritadi tau," suruh Senja. Sengaja, agar Zidan tak lagi membahasnya.
Zidan menghela napas, " Tapi kakak langsung pulang, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilu
Fanfic;Nct lokal fanfiction Tentang perjuangan, keluarga, pahitnya kehidupan dan sesaknya percintaan. -angst-