(HER WALK IS SO MEAN AND EVERY JAW DROPS WHEN SHE'S IN THOSE JEANS ALRIGHT) (gabisa move on dari OTRAT) (niall ganteng banget aslinya baNGSAAAaaaT)
Niall menggantungkan jaketnya di balik pintu kamarnya lalu pergi ke kamar mandi untuk mencuci kakinya. Dia baru saja selesai makan siang dengan Amanda (dan senangnya, Niall ditraktir).
Niall membasuh seluruh kaki dan wajahnya karena Niall tidak bisa membayangkan dirinya penuh debu dari polusi (Niall punya masalah paranoid terhadap kuman.) Setelah selesai, cowok itu keluar dari kamar mandinya dan melihat Harry masuk ke kamarnya, membawa bungkusan plastik yang Niall sudah tahu isinya.
"Thank you, sweetcheek," Niall tersenyum menggoda sambil mencubit pipi Harry pelan (yang langsung ia tepis dengan jijik).
"I couldn't find teddy bear so I bought this," kata Harry sambil melempar plastik itu dan merebah di kasur Niall.
Niall membuka isinya dan tersenyum melihat boneka salju yang super imut. Amanda bilang, dia tidak mau kado. Tapi Niall punya siasat lain; dia berpura-pura makan siang tanpa membawa kado, lalu memberinya kado saat malam hari.
Amanda tidak mungkin menolak dan mengusir jika Niall datang ke rumahnya nanti malam.
"It's cute," komentar Niall sambil mengeluarkan boneka itu. "I have to spray perfume all over the doll, so it won't stinks."
"Are you sure you don't like Amanda?" Harry memutar bola matanya, benar-benar geli dengan tingkah Niall yang bersikap seolah kado itu harus sempurna.
"Yes," Niall mengeluarkan dua botol parfumnya lalu menjejalkan parfum itu ke hidung Harry. "Which one smells the best?"
"This one," gerutu Harry sambil menunjuk satu parfum lalu mengusap hidungnya yang terasa gatal akibat bau menyengat parfumnya.
Niall mengangguk lalu menyemprotkan parfumnya ke seluruh bagian tubuh boneka itu, sementara Harry melihat-lihat meja di sebelah kasur Niall. Terdapat dua kaset, masing-masing berlabel.
"When you're feeling sad," Harry membaca tulisan di atas kaset itu, membuat Niall menoleh. "When you're feeling happy," Harry membaca tulisan di kaset yang satunya lagi.
"It's mixtape," Niall mengendikkan bahu. "I was bored so I made these."
"And you're going to give these to..."
"Amanda," Niall memotong. "Please just put them down."
"Yeah, you don't like her that's why you made 2 mixtapes for her," Harry mencibir lalu memeluk guling Niall sambil berguling ke arah kiri, menghadap tembok.
"I really don't," Niall cemberut lalu mengganti kaosnya dengan kaos hitam bertuliskan 'Los Angeles' yang ia beli saat mengunjungi Amerika tahun lalu.
Setelah semuanya siap—Niall sudah membereskan rumah sebelum orangtuanya pulang dan Harry sudah membungkuskan kado Amanda—Niall menatap jam dinding yang menunjukkan angka 7 lewat 8 menit.
"Let's go. I'll drive you home," ajak Niall pada Harry sambil menutup pintu kamarnya. Cowok itu mengangguk lalu mereka segera meninggalkan rumah Niall.
Setelah mengantar Harry pulang, Niall segera mengemudi ke rumah Amanda. Kebetulan gadis itu sedang membuang sampah di halamannya ketika Niall sampai, dan Niall bersumpah wajah Amanda terlihat bingung.
"What are you doing here?" tanya Amanda ketika Niall turun dari mobilnya, membawa bungkusan kadonya.
"Hey, can you please give this to Amanda for me?" Niall tersenyum sambil menjulurkan kado itu.
Amanda menutup mulutnya tak percaya lalu menggeleng-geleng. "No, Niall, I swear to God..."
"It's okay," Niall tertawa geli, membuat Amanda akhirnya tertawa juga. "Come on, take it."
Amanda meraih bungkusan kado itu lalu memeluk boneka itu sambil tersenyum geli. "Thank you so much, really."
"No problemo," Niall balas tersenyum sambil mengangkat satu jempolnya.
Selang beberapa detik, tidak ada yang bicara. Niall melirik jamnya dengan canggung lalu menggerakkan tumitnya ke atas ke bawah, sebelum akhirnya bicara.
"I think I should get going... my parents are going to be home soon," kata Niall pelan sambil meraih kunci mobilnya di saku celananya.
"Where do your parents work?" tanya Amanda, menahan agar Niall tidak pergi secepat itu.
"My dad works at a holdings company, and my mum owns a bakery shop," ujar Niall lalu tersenyum tipis. "Um, I have to go. Have a nice day."
Lalu hal yang tidak ia duga terjadi. Amanda menarik kerah kaosnya dan mencium Niall di bibir, secara sengaja. Niall tidak bisa berpikir.
Ayo pikirkan sesuatu, batin Niall mengerang.
Niall ingin melepas ciuman itu, tapi insting cowoknya tidak membiarkannya. Oke, bagaimanapun Niall adalah seorang cowok, dan cowok normal tidak akan menolak kalau dicium gadis semanis Amanda.
Niall nyaris jatuh ketika Amanda menarik nafas, yang terdengar seperti... Entahlah, desahan? Niall tidak tahu. Dia belum pernah mencium seseorang sebelumnya. Dan Tuhan, suara itu membuat Niall nyaris pingsan. Dia terlalu polos untuk hal-hal seperti ini.
Ketika Niall ingin membawa ciuman itu ke level yang lebih panas (oke, jangan salahkan Niall, dia kan hanya seorang cowok), Amanda melepas bibirnya dan mengerang.
"Whoa, what?" Niall terkesiap ketika melihat Amanda menutup mulutnya sambil meringis.
"Fuck, fuck," Amanda meringis dan untuk sesaat, Niall mengira gadis itu menangis. Dia memegangi bibirnya yang mengeluarkan sedikit darah.
"Amanda what happened? Did I bite you?" Niall menunduk, mencoba menyamakan levelnya dengan Amanda. Niall harus mengakui dia panik, tapi dia harus tetap stay cool.
"P-please just go home, Niall," ringis Amanda di tengah-tengah kepedihannya.
"Amanda why are your lips bleeding?" tanya Niall, lebih terdengar seperti pertanyaan memaksa.
"Niall please," Amanda menggeleng lalu mengelap darah di bibirnya dengan kaosnya.
"I'm sorry if I bit you, I'm sorry I'm sorry I'm sorry. I never kissed someone before," Niall menggigit bibir bawahnya dan berharap Amanda bisa melihat bagaimana wajah puppy Niall sekarang.
"Thank you for the present," kata Amanda pelan lalu berbalik menuju rumahnya. Terdengar pintu ditutup setelah itu, dan meninggalkan Niall sendirian di halaman rumah gadis itu bersama pikirannya yang kalut.
Kini Niall tidak tahu harus apa. Pertama, gadis itu menciumnya. Kedua, gadis itu pergi seolah mencium Niall adalah kesalahan terbesar yang pernah ia lakukan.
+++
i'm so sorry if you 12 years olds (& under) have to read that kissing scene... please grab ur holy Qur'an or holy Bible and keep in touch with God because He's watching
CAN I GET AN AMEN
KAMU SEDANG MEMBACA
untouchable ft. niall james h
FanfictionThe more you touch her, the more she gets bruised. Let's just say, her skin is... untouchable. Narration written in Bahasa Indonesia // Dialogue written in English. Copyright © 28thOfJuly 2015