"Hallo Hersa. Maaf soal Mei yang ingkar, ya? Tapi, percaya deh sama Mei, kalau Mei sudah berjuang. Hanya saja, maaf ya sadrah pada keadaan. Serius! Mei tidak bermaksud meninggalkan. Hersa, baik-baik, ya? Mei tahu sulit. Kali ini Mei egois lagi, titip bahagia yang belum sempat, ya? Hersa harus tahu, bahwa Hersa diijinkan untuk merasa sedih dan terluka. Tapi jagoan Mei ini jangan lupa bangkit, wakilkan bahagia untuk Mei di bumi, oke? Mei temani Hersa diatas sana, nanti Mei bisikkan pada semesta untuk berbaik hati."
"Terimakasih untuk waktu yang Hersa bagi pada Mei agar bisa ada di dalamnya."
Selamat tinggal.
-Puan Cantik-Bunga lili putih yang kemarin ia beli, sekarang telah menjadi hiasan cantik di pemakaman. Cincin yang sudah Hersa impikan akan melingkar di jari indah milik puannya pun tak sempat ia pasangkan.
"Mei, selamat tinggal. Jangan lupa jaga Hersa dari sana. Hersa pinta Mei untuk bujuk Sang Pencipta, biar kali ini walaupun tanpa Mei, buana mau menunjukkan belas kasihnya. Jangan khawatir, bahagia yang Mei titipkan, Hersa akan bantu wujudkan." Bisiknya pada anila.
Nah, semesta, sekali lagi, sama dan selalu sama pintanya, jangan lupa beramah tamah dengan insan satu ini, ya? Separuh hidupnya sudah duduk di pangkuan kebuminya, sekarang biarkan sisanya berbahagia.
-END-
Note:
Jujur ngga percaya sama cerita yang absurd dan menggelikan ini wkwk. Kalau bingung kenapa dan ada apa sih sama Mei dan Hersa kok kayanya rapuh, banyak duka, tapi ngga diceritain disini, itu memang sengaja dibuat "rancu". Selaku penulis, cia gayanya penulis, cerita ini memang cuman mau menunjukkan ada 2 insan yang berusaha menyembuhkan luka, tapi malah gagal menyembuhkan dirinya sendiri, jadi ada apa dan kenapa sama tokoh cerita ya gimana imajinasi pembaca. Sumpah cerita ini itu kaya nyempil di note hp, tapi karena dalam rangka memenuhi janji sama satu orang buat berani dan share ceritanya, ya udah terobos aja lah publish :)Ooo iya, untuk setiap yang "terluka", it's okey seek for help. Jangan denial soal rasa, manusia itu boleh dan diijinkan untuk lemah, tapi bukan menyerah. Mau nangis? Nangislah.
Mau teriak? Lakukan.
Bahkan mau membenci? Silahkan.
Tapi, jangan lupa bangkit, hidup itu bukan hal baik kalau hanya minta dikasihani. Aelah bisa aja ini penulis, maaf ya emang banyak omong.Tanggal berapa ya sekarang? Bentar check dulu.
23, Oktober 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Mei
Short Story"Aku ini sudah melebur dengan sendu, menyatu dengan pilu, Hersa. Bagian mana dari melankolia yang dapat disebut waras?" Hersa termenung. Sejujurnya jawaban apa yang diutarakan nanti, harus bisa membuat Mei tetap di sampingnya. Dengan membuncah Her...