Tay sedang membiarkan Arthit menghisap penisnya ketika bayangan New lalu terlintas di kepala. Seperti yang sudah dipikirkannya hari itu, ada sesuatu pada diri si anak muda itu yang membuat pikirannya bergairah. Sementara Arthit memain-mainkan lidahnya yang lihai di kepala penisnya, pikiran Tay mengembara kemana-mana. Seperti apa rasanya dihisap si New dengan madu yang kerap ia minum tiap pagi di kondonya? Apa sama seperti saat semalam ia melakukannya, atau lebih hebat lagi? Tapi selalu ada kemungkinan kalau hisapannya lebih buruk. Kalau hisapannya ternyata buruk, lantas bagaimana dengan jepitannya?
Sial! Kenapa pikirannya selalu pada New?
Arm akan menertawakan Tay atau bahkan mengejeknya gila setelah memberitahunya perihal New. Namun memang begitu adanya, Tay sangat menikmati layanan New tadi malam. Ia bukan pria yang mengingkari omongannya sendiri. Begitu New mampu membuatnya puas hanya dalam waktu kurang dari sepuluh menit, Maka ia mengijinkan New untuk tinggal semalam. Meski belum benar-benar menyetujui partner seks mereka.
Otak Tay beberapa kali membenarkan tentang ide gila yang New utarakan semalam..
Friend with Benefit
"Tay...fuck me." bisik Arthit manja di antara pangkal paha Tay.
Tay menggumam samar. Arthit sudah melepas bajunya sendiri, menyisakan celana dalamnya untuk dibuka Tay nanti.
Tay bangun dari sofa, sambil memegangi pinggang celananya yang sudah tersibak menampilkan batang penisnya yang mengacung lurus, dia mengikuti Arthit menuju sofa.
"Oh fuck! Aku tidak bisa berhenti memikirnya. Kau siapa tadi namamu?"
"Arthit."
"Keluar dari kondoku sekarang juga. Aku sudah tidak bernafsu padamu."
Hell, bagaimana bisa dewa seks seperti Tay bahkan tidak bisa bernafsu sekarang? Ya, di otaknya kini hanya ada New seorang. Gila!
KAMU SEDANG MEMBACA
Poxn Without Plot
Short StoryNew yang mengemis pada Tay. 21+ inspirasi dari queer as folk