Tiga

129 32 24
                                    

Belajar Memasak
|
Cerita ini murni hasil kerja otak saya, berdetik-detik, bermenit-menit, berjam-jam, berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan ada yang sampai berbulan-bulan. Jadi, tolong hargai karya saya.

Terima kasih.
[*******]

"Ini jadwalnya?" tanya Nazmi kaget, matanya melotot tak percaya. Bagaimana bisa jadwal masaknya ada begitu banyak. Dari hari Senin sampai Minggu semuanya berbeda-beda masakan.

"Iya," Suga bersuara. "Hari ini sambel goreng kentang." Dia membacakan jadwal yang tertera di kertas tersebut tanpa harus melihat. Sudah sangat hafal di luar kepala. "Itu untuk paginya. Siangnya Nona akan masak oseng kangkung. Sedangkan malamnya, perkedel."

Astagfirullah. Udah mah ganti setiap hari. Di satu harinya ganti-ganti lagii. Nazmi memejamkan mata sambil menggertakkan giginya. Kembali duduk menjadi pilihan.

"Non." Seokjin menepuk pundak Nazmi. "Jangan semaput. Masih pagi." Lelaki tersebut berusaha untuk mencairkan suasana. Sedikit bercanda, bermaksud agar Nona Muda-nya tak terlalu tegang. (pingsan)

Suga yang ada di sebelah, meliriknya. Seolah memberitahu lewat tatapan, jika sekarang bukan saatnya untuk bercanda.

Lalu Seokjin ikut menatapnya. Seakan menjawab, "Lah, apa salahnya?"

Setelahnya, Suga hanya mendelik sebal. Merasa lebih baik kembali memperhatikan sang Nona Muda.

Nazmi membuka matanya. Melihat Suga dan Seokjin yang masih berdiri di hadapannya. "Suga, ini yang bikin jadwal siapa, siihh??" tanya Nazmi sewot. Sudah tahu dia baru belajar masak. Masa iya harus langsung berganti-ganti masakan begitu.

"Tuan Sergio." Suga kembali menjawab. "Semuanya sudah disiapkan. Dan, itu semua ... adalah makanan kesukaan Nona."

Perempuan berwajah imut tersebut melihat kertas jadwal kembali. Bener juga. Semuanya makanan kesukaan aku. "Gak bisa, ah," rengek Nazmi kesal. "Ganti, ya? Ini kebangetan tahu gak?! Aku 'kan baru banget belajar masak. Gak bisa langsung banyak gini atuh. Satu aja yah? Ya-yaa??" bujuk Nazmi penuh harap.

Gadis berumur dua puluh satu tahun itu menampilkan jurus mautnya. Wajah imut yang diimut-imutkan. Sedikit memelas sebagai tambahan. Agar mendapat belas kasihan.

Jika benar menurut Sergio. Maka mereka akan mengabulkan keinginan Nazmi.

"Iya. Saya bolehkan," Seokjin menjawab pelan.

Suga menatap tak percaya pada temannya. Segitu saja dia langsung takluk. Dasar lemah, cibirnya dalam hati. Bisa-bisanya langsung mengubah jadwal tanpa berpikir panjang terlebih dahulu.

"Hari ini hanya satu. Nona pilih dari ketiga makanan itu." Seokjin bersidekap. Mengabaikan tatapan Suga. Namun, si lelaki bermata sipit itu malah menyikutnya.

Tenang ajaa. Gue bukannya luluh sama muka imut-imut yang minta dicium ituu. Gue terpaksaa. "Gue juga laper, coyy," akhirnya hanya itu yang bisa ia suarakan. Bisikan kecil Seokjin dibarengi dengan sikutan juga.

"Hah? Apa?" tanya Nazmi heran. Dia yang sedang sibuk memilih, sepertinya sempat mendengar suara yang tak jelas tersebut.

"Ti-tidak." Seokjin berusaha terlihat biasa saja. "Nona pilih apa? Kita bisa langsung memulainya."

"Emm," Nazmi menunduk sebentar. "Aku mau telur dadar aja, ya? Yang gampang." Dia terkekeh malu.

"Okee. Baiklah. Yang mudah saja. Soalnya sudah ada yang kelaparan." Suga bertepuk tangan sekali. Lalu membantu Nazmi berdiri. Agar seterusnya mau mengikuti.

BODYGUARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang