Gelap
|
Hanya imajinasi manis seorang penulis.
|
Cerita ini murni hasil kerja otak saya, berdetik-detik, bermenit-menit, berjam-jam, berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan ada yang sampai berbulan-bulan. Jadi, tolong hargai karya saya.
Terima kasih.
[*******]"Iya, nyebelin banget. Masa aku dikurung di tengah hutan gini," celoteh Nazmi sebal.
Saat ini Nazmi sedang menelepon teman dekatnya. Dia akan mengadukan betapa membosankannya berada di vila yang jauh dari pusat kota.
"Ghan ... Ghan, eh? Kamu dengar gak, sih?" Nazmi menjauhkan sedikit ponselnya. Melihat apakah masih tersambung atau tidak.
"Iyaa, aku bilang, aku dikurung sama Papih di tengah hutan," lanjut Nazmi di saat tahu temannya yang bernama Ghani masih mendengarkan.
"Apa? Yang jelas kalau ngomong, kresak-kresek gitu!" sebal Nazmi.
"Ghan? Ghan?" Nazmi menjauhkan kembali ponselnya. "Ih, pantesan. Gak ada sinyal." Nazmi kesal seketika, saat melihat bar indikator sinyal hanya menampilkan satu batang.
"Ghan ... tunggu, aku keluar dulu." Gadis tersebut bergegas keluar dari kamarnya. Lalu menuruni tangga dengan cepat.
Di lantai bawah para bodyguard tengah sibuk mendirikan tenda. Nazmi heran, untuk apa mereka mendirikan tenda di ruang tengah dan ruang keluarga. Padahal kamar di vila cukup banyak.
Tanpa mau memedulikan tingkah para lelaki itu, Nazmi kembali melanjutkan langkahnya sampai keluar.
"Ghan .... Aiihh!" Nazmi mendengus. Saat sudah sampai di teras, sambungan teleponnya dengan Ghani malah benar-benar terputus.
Ia berusaha menelepon lelaki tersebut kembali. Namun nihil, malah tak bisa menyambung sama sekali. Dicoba berkali-kali pun hasilnya sama.
Di saat mengirimkan chat, malah simbol jam kotak yang muncul di sana.
"Non," suara Malik mendekati dari arah dalam. "Belum tidur?" tanyanya ketika berada di samping Nazmi.
Nazmi langsung menoleh, meliriknya sinis. "Ini baru jam tujuh, Maliikk! Emangnya aku anak kecil?!" ujarnya sewot.
Dia sedang kesal karena masalah sinyal. Eh, Malik malah memancingnya untuk berkata kasar. Tidak tahu saja jika sedari tadi tanduk sudah mulai tumbuh di kepalanya.
"Nona itu anak kecil." Malik bergerak lebih mendekat. "Menurut Tuan Sergio, Nona Nazmi itu anak kecil. Akan selalu menjadi anak kecil."
Bisikan Malik semakin membuat Nazmi kesal. Dia melotot ke arah si bodyguard, lalu menabrak bahunya sembari melewati tubuhnya. "Nyebelin!" sewotnya kencang.
Di perbatasan ruang tamu dan ruang keluarga, Nazmi berhenti. Membuat semua bodyguard menghentikan kegiatannya.
"Kenapa ya, sinyal tiba-tiba gak ada kayak gini? padahal tadi bagus, loh," gerutu Nazmi. Entah pada siapa.
"Wajar, Non. Kita 'kan berada di tengah hutan. Pedalaman. Sinyal memang sedikit susah," kali ini Jaka yang menanggapi. Dia yang berada paling dekat dengan Nazmi.
"Iya, juga ya," perempuan manis tersebut mengiyakan. "Eh, kalian ngapain, sih?"
"Mendirikan tenda, Non," Malik kembali bersuara. Dia sudah berada di dekat tenda yang belum sepenuhnya berdiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
BODYGUARD
RomanceNazmi terpaksa ikut berlibur dengan mamih dan papihnya ke vila di pelosok desa. Dia pikir semua akan baik-baik saja. Selama ada papih yang punya segalanya dan mamih yang selalu menjadi penenang, Nazmi tidak akan takut tinggal lama di tengah hutan. N...