Kentang
|
Hanya imajinasi manis seorang penulis.
|
Cerita ini murni hasil kerja otak saya berdetik-detik, bermenit-menit, berjam-jam, berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan ada yang sampai berbuan-bulan. Jadi, tolong hargai karya saya.
Terima kasih.
[*******]Di saat tengah mengulek bumbu, Nazmi teringat dengan keenam bodyguard yang lainnya. Sedari bangun, dia belum bertemu mereka. Hanya ada Seokjin yang sudah stand bye menunggunya di dapur.
"Yang lain pada ke mana, Jin?" tanyanya penasaran.
"Ada di dalam kamar." Seokjin menunjuk kamar tidur yang berada di dekat dapur.
"Mereka sedang melakukan video call dengan Tuan Sergio."
"Di sana?" Nazmi ikut menunjuk arah telunjuk si bodyguard.
Melihat Seokjin hanya mengangguk, Nazmi bertanya lagi, "Kok lama banget? Udah dari tadi, loh."
"Mungkin mereka sedang membahas masalah penting." Seokjin melotot ketika gadis tersebut malah menjatuhkan cabai merahnya. "Non, jatuh cabainya."
Setelah dibersihkan di dalam baskom, cabai itu dimasukkan kembali ke dalam cowet. Di saat Seokjin sibuk dengan bumbu masak tersebut, Nazmi malah sibuk memikirkan apa yang sedang para bodyguard-nya bicarakan dengan sang papih. (cobek)
"Kok gak kedengeran apa-apa, sih?" Padahal jarak kamar tidur dan dapur sangat dekat, bersebelahan malah. Tapi, sedari tadi Nazmi tidak mendengar suara sama sekali.
"Kamar itu kedap suara, Non. Jadi tidak akan terdengar apa-apa."
Nazmi mengernyit. "Aku gak tahu kamar itu kedap suara," gumamnya pelan.
Ya iyalah, soalnya baru dipasang kemarin-kemarin. Sengaja biar gak kedengeran, Non. "Sudahlah, Non. Fokus saja mengulek bumbunya. Tuh, pada jatuh cabai merahnya." Lagi-lagi Seokjin harus membersihkan cabai merah yang berjatuhan tersebut.
"Iya, iya. Bawel banget kamu, tuh." Nazmi cemberut, menatap kesal pada bodyguard tinggi di sampingnya.
"Biar cepat selesai, Non. Memangnya Nona Nazmi tidak lapar?" tanyanya dengan gaya meledek.
Lapar, sih. Lapar banget malah. Tadi cuma minum air putih doang. Nazmi hanya mendelik pada si lelaki. Lalu kembali melanjutkan kegiatan menguleknya.
"Kemiri-nya, Jin?" Bawang merah, bawang putih dan cabai merah sudah diulek secara sempurna. Nazmi merasa semuanya sudah cukup halus.
"Boleh, Non, masukkan sekarang." Seokjin langsung menuangkan semua kemiri ke atas cowet.
"Ih! Tong banyak-banyak teuing, atuh!" Nazmi memukul pelan pundak Seokjin. "Engke teh hese ngarendosna!" (jangan terlalu banyak; nanti tuh susah nguleknya)
"Uleknya satu-satu," usul Seokjin enteng. "Tapi digeprek dulu, Non."
Nazmi menuruti perintah bodyguard-nya, memukul-mukul terlebih dahulu kemiri tersebut. Baru digerus-gerus hingga halus. Langkah selanjutnya terus seperti itu sampai semua kemiri terasa halus dan tercampur sempurna dengan bumbu yang lainnya.
Tanpa Seokjin dan Nazmi sadari, pintu kamar tidur telah terbuka. Satu per satu orang di dalamnya keluar dari sana.
Karena terlalu serius dalam kegiatan mengulek, mereka sampai tak sadar keenam bodyguard telah berdiri di depan pintu. Memperhatikan interaksi asyik di antara mereka."Ekhem-khem!" Malik mulai bersuara. Mengintrupsi kedua insan yang tengah asyik tersebut. "Sudah sampai mana nih memasaknya?" ledeknya sembari berjalan mendekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
BODYGUARD
RomanceNazmi terpaksa ikut berlibur dengan mamih dan papihnya ke vila di pelosok desa. Dia pikir semua akan baik-baik saja. Selama ada papih yang punya segalanya dan mamih yang selalu menjadi penenang, Nazmi tidak akan takut tinggal lama di tengah hutan. N...