Warung Kecil
|
Hanya imajinasi manis seorang penulis.
|
Cerita ini murni hasil kerja otak saya, berdetik-detik, bermenit-menit, berjam-jam, berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan ada yang sampai berbulan-bulan. Jadi, tolong hargai karya saya.
Terima kasih.
[*******]"Ayo, kita beli lilin yang banyak buat Nona Nazmi. Biar Nona bisa tidur nyenyak malam ini," ujar Jaka antusias.
"Ayo! Aku ikut!" Nazmi bersemangat. Dia gembira sekali. Bibirnya tanpa diperintah sudah membentuk sebuah senyuman.
"Tidak, Nona lebih baik di sini saja," Seokjin berujar tegas.
"Enggak. Ikut!" gadis mungil tersebut mulai cemberut.
Suga menghela napas kasar. Kalau terus seperti ini, lilin keburu mati. Dan susah untuk jalan di luar jika tanpa penerangan. "Jin. Sudahlah. Biarkan Nona Nazmi ikut. Jangan buat dia sedih."
"Asyiik, Gula tumbenan baik." Nazmi melompat kecil. Lalu menatap Suga dengan kepala dimiringkan.
"Saya memang baik, Non," dengus Suga kesal. Terlebih ketika mendengar panggilan Nona Mudanya.
"Ya sudah. Sekarang yang mau jaga vila siapa?" Juni bertanya dengan ragu. Inginnya sih dia yang berjaga di vila. Tapi dia tidak akan mengambil keputusan sendiri.
"Sudah. Saya saja yang menjaga vila dengan Seokjin. Kalian segera berangkat. Jangan sampai lilin yang tinggal setengah ini mati di sini," Suga mengusir secara halus.
Dia sebenarnya sudah cukup lelah. Ingin langsung tidur saja. Biarkan Seokjin yang menjaga vila seorang diri. Hahaha! Suga tertawa jahat di dalam pikirannya.
Keenam bodyguard dan Nazmi tak terlalu memperhatikan ekspresi Suga yang cukup aneh. Mereka terlalu fokus pada masalah yang tersaji di hadapan mereka.
"Benar kata Suga, kita tidak punya banyak waktu," Ilham menyetujui.
"Ayo, kita berangkat sekarang saja," Imin ikut bersuara. Berjalan ke arah ruang tamu terlebih dulu.
"Tunggu!" Nazmi buru-buru melilitkan selimut di tubuhnya. Di luar pasti dingin, pikir Nazmi. Ia tak mau sampai kedinginan.
"Yuk!" serunya setelah berada di dekat Imin. Namun bukannya melangkah, Imin dan yang lainnya malah berhenti. Menatap penuh tanya pada Nazmi.
"Untuk apa bawa selimut, Non?" tanya Juni heran. Selimut yang besar, berat dan tebal tersebut bahkan sampai menyentuh lantai. Terseret-seret ketika Nona Mudanya berjalan.
"Iihh, biar gak kedinginan atuh. Juni mahh." Nazmi menatap kesal pada Juni. Bibirnya cemberut lima senti.
"Ya, tapi, tidak harus pakai selimut segala, Non." Juni menghela napas kasar. "Pakai jaket, ya?" bujuknya. "Saya ambilkan."
"Jangan!" Nazmi menahan pergelenganan tangan Juni. "Kelamaan."
"Udah, gini aja," ujarnya yakin.
Suga dan Seokjin yang masih bisa mendengar perdebatan, melangkah mendekati mereka.
"Nanti ada tahi ayam yang terseret-seret, Non," Suga berujar santai. Tangannya bersedekap di dada.
Nazmi sontak saja melotot. Menoleh cepat ke arah Suga. "Gula. Jorok, ih!"
"Iya, Non, jijik." Jaka ikut menimpali. Dia bergidik kala membayangkan si Nona Muda benar-benar menyeret tahi ayam di selimutnya.
Nazmi beralih pada Jaka. Masih dengan matanya yang melotot. "Jaka, gak usah dibayangin!
"Selimut itu besar dan tebal, sulit mencucinya, Non," Seokjin ikut berpendapat. "Harus ke laundry, sedangkan di sini tidak ada laundry."
"Sudahlah, kalian ini apa-apaan!" Ilham berusaha menengahi. "Bukannya memberi saran, malah bicara yang tidak-tidak."

KAMU SEDANG MEMBACA
BODYGUARD
RomanceNazmi terpaksa ikut berlibur dengan mamih dan papihnya ke vila di pelosok desa. Dia pikir semua akan baik-baik saja. Selama ada papih yang punya segalanya dan mamih yang selalu menjadi penenang, Nazmi tidak akan takut tinggal lama di tengah hutan. N...