Hari Bersamanya

1.8K 183 18
                                    

Tiga bulan adalah waktu terlama yang pernah Off prediksi untuk seorang Tay Tawan menjalin kasih. Tapi ini juga suatu hal yang bagus. Karena Tay tampak lebih manusia. Hujatan serta makian jelas berkurang sejak Tay mendeklarasikan cintanya pada New dan tinggal satu rumah.

Off yakin jika New memiliki semacam trik dengan black magic, untuk menundukkan Tay. Karena tidak ada satupun orang yang tahan dengan Tay Tawan selama ini, kecuali Off. Itu juga karena uang. Karena Off bekerja dengan Tay yang mau memberikan gaji besar padanya.

Sementara New sudah terbiasa menyambut Tay ketika pulang kerja, karena ia hanya akan ngeGo-Jek siang hari, saat jam kerja Tay. New juga di larang untuk mencuci baju.

"Biar kita pakai jasa binatu saja. Toh memberi rejeki itu tidak buruk kan?"

Atau ketika New ingin mengepel rumah.

"No, No. sayang, kita pakai jasa pembersih rumah saja. Memberikan peluang pekerjaan pada orang lain, tidak buruk, kan?"

Bahkan ketika New ingin mencuci motor miliknya, dan mobil milik Tay.

"Tidak, sayang. Biar aku telepon Off, steam motor pasti bisa menyelesaikan ini kan?"

New begitu dimanja, hingga kini bergerak terlalu banyak bisa membuatnya sakit pinggang. Padahal dulu ia sering melakukan pekerjaan serabutan dan tidak pernah mengeluh pegal. Ditambah lagi hutang yang telah melilitnya bertahun tahun di bayar kan oleh sang kekeasih. Tentu saja ada imbalannya, menjadi pendamping Vihokratana. New tidak keberatan sebenarnya tapi kenapa malah seperti menjaul diri begini ya? Ah cinta itu memang buta.

Hanya ada dua hal yang tidak di larang oleh Tay.

Memasak.

"Kenapa hal yang lain tidak boleh, giliran masak, aku boleh?"

"Karena... dimasakkin oleh kekasih itu romantis."

New memutar bola matanya ngeri, gombal.

"Tapi... lebih karena masakanmu enak. Aku lebih suka."

Lalu yang kedua adalah... ngeGo-Jek.

"Boleh aku tanya sesuatu, mas Tay?"

"Tentu."

"Kenapa mas Tay masih ngebolehin aku ngeGo-Jek?"

"Itu karena alasan kita bertemu, kan?" ujar Tay menatap dalam mata New. "Jika saja bukan karena kamu ngeGo-Jek, kita tidak akan bertemu. Lalu kenapa aku harus memaksa mu berhenti dari sesuatu yang sangat berharga pada hidupku?"

New diam, sudut bibirnya naik. Ia menengadahkan kepala sambil menatap langit-langit rumahnya. Urung menjawab, urung bergerak. Apalagi kata yang pas selain beruntung?

New adalah orang paling beruntung menjadi driver Go-Jek. Karena ia bertemu dengan Tay Tawan, kekasih hatinya.

"Dasar Bucin."

Alis Tay bertautan menahan kesal. Benar-benar.

"Apa?"

"Kata Singto, mas Tay itu ciri-ciri Bucin akut."

"Kenapa Singto masuk dalam hubungan kita?"

New cemberut. "Memangnya kenapa? Singto kan sahabatku, sama seperti Off, sahabatnya mas Tay. Mas Tay memang bucin akut, kok."

Sudah berulang kali pemuda dihadapannya ini menghujatnya secara tidak senonoh.

"Hei, New Thitipoom." Tay mencekal pergelangan tangan New sembari mendudukkan kembali dirinya.

"Coba ulangi sekali lagi." Tay kali ini melarikan jemarinya yang bebas menuju lekuk leher New, membuat pemuda itu menggeliat kegelian.

"Ma—Mas Tay!" New meronta sambil berusaha melepaskan diri dari cengkraman Tay. Ia bukanlah tipe penggeli yang hebat. Namun, letak kelemahannya untuk urursan gelitik-menggelitik adalah leher dan pinggul.

"Mas  Tay rajin menabung, baik hati, tampan, dan juga—AHH!! Lepasin mas! Ampun! Ppffttttt!! Mas!—pffftt Hahahaha! AHH!"

"Tentu saja itu bukan pujian dari dasar hatimu, mengakulah wahai New Thitipoom." Tay menyahut sinis. Ia bangkit, membopong New layaknya pengantin baru lalu membantingnya ke sofa super empuk. Kesepuluh jari-jarinya dengan gencar kembali menyerang titik-titik sensitive New.

Lihat, betapa indahnya jatuh cinta.

"Dasar, bucin."- Off Jumpol.

MY OJOL - TAYNEWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang