Bintang pojok kirinya🖐️
Happy Reading
"Dunia akan begitu terasa tak adil bagi orang yang lemah".
Hari ini hari Senin. Hari yang paling dihindari oleh siswa-siswi SMA KHATULISTIWA. Ya apalagi kalo bukan Upacara Bendera di tengah teriknya matahari pagi."Untuk yang tidak mematuhi tata tertib di sekolah, mohon jangan dulu membubarkan diri!" Ucap Kapala Sekolah dengan pengeras suaranya.
Semua murid bubar kecuali yang tidak mematuhi tata tertib. Kalo ikut bubar bahaya bisa kena skors.
Setiap senin sehabis Upacara Bendera, semua anggota Osis SMA KHATULISTIWA mengadakan rajia untuk para murid yang tidak mematuhi tata tertib sekolah.
Pak Kepsek berdiri di hadapan murid yang tidak mematuhi peraturan sekolah. Ia memperhatikan delapan muridnya. Ada yang tidak memakai topi, ada yang memakai sepatu warna, ada yang rok nya di atas lutut, ada yang tidak memakai dasi, dan masih banyak lagi.
Di sampingnya ada Marchel yang pandangannya tak luput dari Fiona. Yap, Fiona tidak membubarkan diri, karna dia tidak membawa topinya.
Di hadapan Pak Kepsek ada lima siswa dan tiga siswi. "Alasan kalian tidak mematuhi tata terbib apa?" Tanya Pak Kepsek. Namanya Pak Abraham.
"Ya karna gak mematuhi lah pak. Gitu aja nanya" jawab Axellion asal. Entah kenapa setiap ada Fiona pasti ada Axellion.
"Axellion! Bantah aja bisanya. Gabisa apa kamu gak bikin ulah sekali aja?!" Tanya Pak Kepsek. Ia sudah naik darah kalo berurusan dengan Axellion.
"Kalo saya gak bikin ulah lagi, ntar sekolah sepi pak. Terus Fans saya pada pergi, karna gak liat kegantengan di antara kenakalan saya" ucap Axellion dengan santainya. Terbukti sekarang ia tengah membuka dua kancing teratasnya.
"Heh!! Tutup lagi kancing kamu. Gak sopan!" Bentak pak kepsek. Ia memijat pangkal hidungnya karna pening dengan tingakah murid satunya ini.
"Bilang aja bapak iri sama dada saya yang bidang" ucap Axellion. Tapi tak urung, ia pun mengancingkan lagi kancing baju teratasnya.
"Marchel, bapak serahkan tugas hukumannya ke kamu. Kalo di antara mereka ada yang gak nurut catet kasih bapak" ucap pak Kepsek sebelum dia pergi meninggalkan lapangan.
"Oke, sekarang kalian semua pergi ke taman belakang. Yang cewenya nyapu dan cowonya potongin rumput yang udah panjang-panjang. Paham?!" Tegas Marchel dan semuanya mengangguk kecuali Axellion. Mereka pun pergi ke taman belakang.
"Axel! Kenapa masih diem di sini?! Cepet ke taman belakang!" Perintah Marchel.
Axellion mengerutkan keningnya. "Lah? Emang gue tukang potong rumput apa? Gue di sekolahin buat jadi orang sukses bukan buat jadi tukang potong rumput sekolah!" Sarkas Axellion. Tapi tak urung ia pun berjalan ke taman belakang.
"Bayaran aja mahal ni sekolah, tapi tetep aja suruh motongin rumput! Dasar ketos sok kecakepan!" Gumam Axellion yang masih mampu di dengar Marchel.
"Gue denger ya!" Bentak Marchel. Ia pun menyusul Axellion untuk memastikan mereka menuruti hukuman yang mereka terima.
"Huft, kemana topi gue ya? Perasaan tadi pagi gue masukin ke dalem tas deh" gerutu Fiona. Ia menyapu taman belakang yang lumayan luas dengan panasnya terik matahari.
"Perasaan lo aja kali" sahut Axellion.
"Apaan si lo?! Gue gak ngomong sama lo ya!" Ucap Fiona dengan nada kesal. Ia melanjutkan pekerjaannya tanpa peduli kepada Axellion yang tengah memperhatikannya di bawah pohon rindang bersama Brondon dan Darel.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEGITIGA
Teen FictionSEGITIGA∆ Apa jadinya jika seseorang menyimpan dua rasa dalam satu hati? ∞∞∞ "Apa lo menyukai keduanya?" Tanya Megan. "Entahlah. Gue gak tau. Yang pasti perasaan gue beda-beda setiap deket mereka" jawab Fiona. Sudah ke...