5. SEGITIGA

8 0 0
                                    

Bintang pojok kiri🖐️

Happy Reading

Hanya ada keheningan yang menyelimuti meja makan di pagi hari ini. Fiona enggan membuka suara, karna ia tahu pasti tak akan ada yang memperdulikannya kecuali kakanya--Naura.

"Na, muka kamu kok pucet gitu? Kamu sakit?" Ucap Naura, ia hendak menempelkan punggung tangannya di kening Fiona, namun Fiona segera menghindar.

"E-mm, e-ngga kok kak. A-aku seh--" belum sempat melanjutkan perkataannya, Kiran lebih dulu menyela ucapana Fiona.

"Alah, palingan juga dia caper. Udahlah, mama sama papa berangkat dulu ya sayang. Jaga diri baik-baik di rumah. Kalo uang kamu abis minta transfer papa aja" Naura bangkit menghampiri kedua orang tuanya dan memeluknya.

"Nanti kalo ada waktu luang mama Video Call ya sayang" ucap Kiran dengan lembut. Naura mengangguk di dalam dekapan sang mama.

Naura mencium punggung tangan Kiran dan mencium pipinya. Ia pun melakukan hal sama kepada sang papa. Renzo pun membalas dengan mengecup pucuk kepala Naura dengan sayang.

Fiona yang menyaksikan adegan di depannya itu pun menunduk. Ia memejamkan mata saat merasakan sensasi yang menjalar dari kerongkongannya dan sesak di dadanya. Fiona meremas rok sekolahnya menahan isakan yang akan lolos.

"Fiona" suara yang terkesan dingin itu memanggil namanya. Seolah perintah itu sangat mutlak dan tak bisa di bantah, Fiona langsung mengangkat pandangannya dan menatap tepat di manik hitam pekat milik ayahnya.

"Papa juga akan mentransfer uang bulan kamu. Jangan boros!" Ucap Melvin. Fiona mengangguk cepat.

Kedua orang tuanya pergi meninggalkan luka yang sangat dalam pada hati Fiona. Luka yang lagi-lagi menggores hati kecilnya yang belum sepenuhnya terobati.

"Na, kakak berangkat dulu ya" pamit Naura.

Kini di meja makan hanya tersisa Fiona. Ia menghela nafas lalu tersenyum cerah.

"Kyaaa!!! Masa anak kuat cengeng si?! Semangattt dongg Fionaa cantikkk!!!" Teriak penyemangat keluar dari bibir gadis yang sekarang sedang tersenyum cerah.

============

Gang Calaveras memasuki halaman sekolah dengan motor sport nya dan Axellion selaku ketua gang yang memimpin di depan. Sontak hampir seluruh siswi menjerit histeris dengan kedatangan gang Calaveras.

"Serasa jadi artis tiap pagi gue" ucap Brandon dan di setujui oleh Gallen.

Brondon dan Gallen memiliki sifat yang ceria. Mereka berdua yang paling gencar menjahili Axellion dan Elard karna mereka sama-sama orang yang cuek.

"Bos, tu cewe yang kemaren nyamperin lo kan? Cantek dia bos, sabi lah di sikat" ucap Brondon sukses mendapat tatapan mematikan dari Elard. Yang di tatap hanya cengengesan.

Elard memang tidak menyukai spesies yang bernama 'wanita', karna menurut Elard wanita itu manusia berisik dan rempong. Tapi, ia tidak akan membiarkan laki-laki menyakiti wanita, karna ibunya pun wanita dan calon masa depannya pun wanita.

Axellion menghampiri Fiona yang baru turun dari motor tukang ojek online langganannya. Hampir semua yang melihat Axellion berjalan mendekati Fiona menghela nafas lelah. Pasalnya, akhir-akhir ini Fiona dan Axellion seperti kucing dan anjing yang tidak ada akurnya.

"Stt, cewe" goda Axellion mengedipkan sebelah matanya.

Fiona menatap Axellion dengan pandangan datar. "Ngapain?".

"Apanya?" Tanya balik Axellion. Karna ia merasa tak mengerti dengan pertanyaan dari Fiona.

"Ngapain ke sini?" Perjelas Fiona.

"Jualan cangcimen" jawab Axellion asal.

Fiona masuk ke dalam ke dalam sekolah sebelum pak satpam menutup gerbangnya. Ia melewati parkiran dengan santai tanpa menghiraukan sorakan dari gang Calaveras.

Brondon bersiul, ia yang paling heboh di antara yang lainnya.

"Na! Axellion ngajakin damai!" Seru Gallen. Axellion memelototi Gallen, namun Gallen hanya acuh saja, Toh dia sudah biasa mendapat tatapan tajam dari Axel.

Fiona memberhentikan langkahnya, karna Marchel menghampirinya dari arah belakang. Kebetulan Marchel ada dekat gerbang. Setiap hari Marcel selalu menjaga dekat gerbang untuk memastikan tidak ada murid yang telat.

"Na, lo naik ojol berangkatnya?" Tanya Marchel basa basi.

"Iya" jawab Fiona sekenanya.

Di samping kanannya ada Axellion yang menatap Marchel dengan malas.

"Kak, gue ke kelas dulu" pamit Fiona. Ia berjalan di koridor dengan santai tanpa menghiraukan tatapan dari siswi-siswi yang iri dengannya.

"Aaaaa Fionaaaa lo trending topik sekarangg!! Omaygatt, omaygatt, lo gak kejang-kejang di deketin sama kedua Cogan sekolaahhh??!" Tanya Felysia histeris. Sedangkan Fiona hanya memutar bola matanya.

"Apasi sia, alay banget!" Ucap Fiona.

"Serius Fiona! Lo ada suka gak dari salah satu mereka?" Tanya Felysia antusias.

Fiona menggelengkan kepalanya.

"Sia, gw mau ke toilet dulu. Lo duluan aja ke kelasnya, kasian Megan sendirian".

"Iya, jangan mojok dulu sama ketos hensom!" Ucap Felysia dengan sedikit berteriak. Sengaja biar siswi-siswi panas dengan berita hoaxnya.

"Kyaa!!!" Fiona hendak memukul pundak Felysia, namun Felysia sudah lebih dulu berlari sambil cekikikan.

Fiona berjalan ke toilet sendirian. Tiba-tiba suara seseorang masuk ke gendang telinganya secara halus namun membuat merinding.

"Pulang bareng gue. Gada penolakan! Gue tunggu di depan gerbang" bisik Marchel. Ya, seseorang itu Marchel.

Sesaat Fiona membeku di tempat, jantungnya sedikit berdetak tak normal dari biasanya.

"Setan? Tapi masa ganteng?" Batin Fiona.

Ketika tersadar, Fiona memukul-mukuli kepalanya merutuki dirinya sendiri.

Marchel yang melihat itu terkekeh di pojok koridor. Sangat lucu pikir Marchel.

Typo di tandai ya

Lanjut or berenti?..

Menurut kalian cerita ini nge feel gak?

Komen di bawah ya^°^

Sampai jumpa lagi piyiknya SEGITIGA🖤🖐️



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 02, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SEGITIGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang