>2

20 4 1
                                    

setelah beberapa menit berjalan dengan santai, akhirnya syera sampai didepan komplek perumahan mutiara, syera berjalan mendekati posts yang berada di depan perumahan komplek.

"Assalamualaikum" panggil syera karena tak melihat ada satpam di posts nya.

"ini sebenarnya satpam nya ada apa enggak sih?."

syera berdiri memerhatikan posts itu, ia kembali memanggil dengan nada
suara keras, siapa tau tadi satpam nya gak kedengaran kalau dipanggil.

" haloo ada orang."

lagi-lagi ia tak dapat jawaban dari panggilan nya, tapi syera bukan gadis yang mudah putus asa ia kembali memanggil dengan suara yang lebih keras dibandingkan tadi.

" ASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATU, BAPAK SATPAM YANG BERADA DI DALAM POSTS HARAP KELUAR, SAYA BUTUH PERTO."

"ngapain kamu berteriak di depan posts?."

syera sontak terdiam mendengar suara berat yang jelas suara laki-laki, bulu kuduk syera bangun karena merasa bahwa dibelakangnya berdiri seseorang dengan badan tinggi yang kini menatap ke arahnya, entahlah tebakan gadis itu benar atau tidak, yang jelas ia  merasa takut untuk berbalik, syera tau bahwa ini bukan Suara satpam komplek ini, karena ia cukup kenal suara pak  supri satpam yang menjaga komplek mutiara ini, karena sebelumnya pak supri pernah bergantian tugas menjaga komplek perumahan tempat syera sebelum dipindahkan ke komplek mutiara.

"kamu bisu?, Kalau ditanya dijawab jangan enggak sopan."

sarkas seseorang yang membuat syera membulatkan matanya, pasalnya ucapan orang dibelakangnya ini sangat pedas, sepertinya dia yang tidak pernah diajarkan sopan santun.

"Ck, gak punya sopan santun."

ok kesabaran syera hancur, ia  menggenggam erat lengan baju yang kebesaran di tubuhnya, berbalik dan langsung berkata kasar pada orang yang membuat nya emosi.

"eoh om-om rupanya" ucap   syera yang menatap rendah om-om yang membuatnya kalut emosi.

"maksud om apa bilangin saya enggak punya sopan santun hah!"

"emang saya salah?" tanyanya menaikkan sebelah alis.

  syera, ia membulatkan matanya rasa  kesalnya semakin memuncak dengan pria didepannya ini, bagaimana bisa ia begitu santai bertanya pada syera tampa rasa bersalah atas ucapan  pedas  yang baru saja ia katakan beberapa menit yang lalu.

"om enggak merasa bersalah?,tadi om umpat saya loh, om bilang saya enggak punya sopan santun."

"Oh."

gadis itu menggenggam erat bagian baju lengannya, menahan emosi untuk pria didepannya ini.

" om jawab oh doang!."

"jadi saya harus jawab apa hm?" ucap pria itu datar.

"astagfirullah om, om enggak merasa bersalah sama saya, tadi om umpat kasar buat saya, om tuh harusnya minta maaf sama saya, eoh atau om sendiri yang gk punya sopan santun!" Sarkas syera sambil menekan ucapan nya di bagian GK punya sopan santun.

"ngomong kasar dari kecil gimana besarnya nanti."

"terus bedanya om apa?, ini bukti nya kalau dari kecil om suka ngomong kasar kebawa Sampek tua."

"saya malas berdebat sama anak kecil."

pria yang disebut om itu memilih pergi meninggalkan syera yang masih dengan raut wajah kesal, namun tak sengaja pria ia berpapasan dengan satpam yang dari tadi dicari syera tampak mereka sedang berbicara serius, entah apa yang dibicarakan satpam dan pria yang Syera sebut om , syera memilih mengacuhkan nya karena masih sangat kesal dengan pria yang disebut om tadi yang kini sedang berbicara dengan pak satpam.

"Makasih pak saya pamit."

"eh iya sama-sama den" ucap pak satpam  dengan ramah sambil tersenyum Lalu menghampiri syera dengan raut muka penasaran.

"nak syera ada apa kesini nak?" Tanya pak Supri yang dibalas senyum dengan syera.

"Pak dari tadi syera nyariin."

"eh maaf nak syera tadi bapak kebelet buang air besar hehehe" jawab pak supri sambil garuk-garuk kepalanya.

"Ini pak syera mau nanyain rumah pak Mahendra, bapak bisa tolong anterin syera?."

Sebenarnya syera sudah kenal dengan pak satpam ini, karena sebelumnya pak Supri yaitu pak satpam sudah pernah berkerja menjaga komplek perumahan tempat syera tinggal sebelum digantikan menjaga komplek perumahan mutiara.

"lah tapi tadi itu anaknya pak Hendra syer."

"Hah."

syera melongo tak percaya, jadi tadi ia bertengkar dengan anak sahabat bundanya dong, ahh bisa rumit nih urusannya kalok begini,mana syera udah males kerumahnya lagi buat anterin cake, gadis itu mengumpat di dalam hati, meratapi nasibnya yang begitu sial hari ini.

"Jadi ke rumah pak Mahendra nya?"
tanya pak Supri kepada syera.

baru saja syera mau menjawab ponsel syera berdering dan yang benar saja tertera nama bundanya pasti nanyain soal kueh nya.

"Eh bentar pak, syera angkat telepon dulu."

"Silahkan bapak tunggu di post."

"Halo bun."

"gimana syer? Udah dianter cake nya?, Sahabat bunda bilang apa?."

"b belum eh iya bun ini syera baru Sampek di depan rumahnya bun"
syera terpaksa berbohong karena tak ingin sang bunda kecewa kalau tau ia bahkan belum menuju rumahnya sahabat bunda.

"eoh yaudah, langsung ngasih kuenya bunda tutup dulu."

"ia bun."

"ahh gimana nih."

"ok sampai dirumahnya ketuk pintu ucap salam terus ngasih kueh langsung balik."

Setelah cukup memberanikan diri ia
akhirnya  diantar pak supri ke rumah sahabat bunda nya.

"Bismillahirrahmanirrahim, jangan tegang syer insyaallah gak akan ketemu om tadi" ucap syera menatap pintu besar didepannya ini.

Syera menekan bel rumah tersebut dan pintu besar bernuansa coklat dengan hiasan mewah Jepara itu terbuka, ahh betapa leganya syera karena yang keluar adalah wanita yang seusia bundanya, syera langsung tersenyum dan mengucapkan salam pada wanita paruh baya namun masih terlihat cantik.

"assalamualaikum tan" syera menyalami sahabat bundanya yang membalas nya dengan senyuman hangat.

"wassalamu'alaikum syera kan?."  tanya wanita yang disebut Tante oleh syera.

"iya tan."

"ya Allah, cantik banget kayak tiara."

"hahaha makasih tan, ini bunda suruh ngantar cake."

syera menyodorkan kotak berwarna hitam yang dibalut dengan plastik putih kepada Tante didepannya ini.

"makasih banget, masuk dulu syer tante buatin minum" tuturnya lembut sambil menerima plastik putih yang syera berikan.

"e  enggak usah tan, syera enggak mau repotin tante."  ucap syera terbata-bata, bisa gawat jika ia masuk dan nanti malah bertemu dengan pria tadi.

"eh enggak kok, ayo masuk dulu, tante juga pengen ngobrol sama kamu yuk."

tangan syera ditarik  oleh sahabat bundanya, gadis itu sudah pasrah dengan nasib selanjutnya, tubuhnya panas dingin bagaimana jika ia bertemu dengan om tadi, pertanyaan itu terus muncul dibenak gadis itu.

"bunda tolongin syera" ucap syera dengan suara kecil yang pastinya
tidak terdengar oleh sahabat wanita disampingnya ini.

DizevanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang