Prolog

5 2 2
                                    

Pagi yang cerah dengan cahaya hangatnya, hari yang cukup indah untuk memulai hidup membosankan seperti biasa. Tanya bersiap, tanpa ekspresi menatap kaca untuk memastikan tiada yang memalukan pada dirinya hari ini. Tanpa bicara, tanpa sarapan, dan tanpa tergesa-gesa, huh sepertinya Tanya memang tidak bisa merubah sifat santainya itu, padahal waktu telah menunjukan pukul tujuh kurang seperempat, namun gadis berseragam itu masih berjalan santai untuk mengambil bukunya.

Tanya melangkah epat menuju kelasnya tanpa minat setelah dijemur 10 menit di gerbang sekolah oleh pak Jojo-staff parkir sekolahnya. Tas kura kura ninjanya yang begitu berat membuat langkah Tanya kian mengecil, sesaat dia berhenti didepan kelasnya sambal duduk sebentar untuk mengisi tenaga sebelum melangkah masuk kedalam kelas. Hari hari yang seperti biasa, pelajaran membosankan, terlebih lagi matematika, seperti yang saat ini berada didepannya. Pelajaran yang seperti sepaket dengan gururnya, sama sama membosankan.

"Tan pengen cilok ga?" Tawar Gea, teman sebangku yang paling cerewet dikelas

Barusaja bibir Tanya terbuka untuk menolak ajakannya, tiba tiba tangannya sudah ditarik oleh Gea menuju kantin.

"Gea memang manusia terpeka diDunia" batin Tanya dalam hati, fyi Tanya terlihat lebih ceria dan bertenaga setelah makan, apalagi ditraktir batagor mang Umay, tanya akan menjadi manusia pertama yang mengambil mangkok. Nyatanya moodnya membaik setelah makan

Sambil membawa satu kresek penuh jajanan ditangannya, Tanya melangkah pelan Bersama Gea menuju kelas, dengan bicara tentang beberapa hal kecil seperti teman pada umumnya. Menjadi siswa kelas 12 membuatnya santai bicara dengan siapa saja, tanpa ada rasa takut pada kakak kelas, takut salah ngomong lebih tepatnya.

"Kak" panggil seorang cowok tampan dengan iris mata coklat menghentikan langkah mereka berdua

"Lu kenal Tany?"

"Ga" ucap Tanya lirih

"Lama ga? kalo lama gue duluan" Gea menyerobot mengambil kantong kresek dari tangan Tanya

Entah sekian detik berlalu, pandangan Tanya masih terpaku pada pemilik mata cokelat yang berjalan kearahnya, tanya semakin tenggelam pada lamunannya, menyorot fokus pada pria tinggi yang sudah sampai tepat didepannya

Seorang pria bertubuh tinggi menyodorkan tangannya pada Tanya, mungkin bermaksud ingin berkenalan dengan pemilik pipi chuby didepannya.

Dengan wajah tanpa dosa, Tanya hanya melengos pergi mengejar temannya. Berusaha tak mau terganggu oleh siapapun, sekalipun manusia tampan dibelakangnya.

"Gue Bintang Tan"

kalimat singkat tersebut seolah menahan kaki Tanya untuk melangkah menjauh, membuat hati Tanya bergemuruh

"BINTANG? ANJIR DEMI APA LU BINTANG?"

Suara keras itu membuat Bintang tersenyum senang seolah sedang mendpat kupon gratis makan ramen

"Lu kira gue bakal jawab gitu?" Cepat cepat Tanya menggerakan kakinya kembali mengejar Gea

"Lu masih sama ya, masih terlalu susah buat didapetin, dan gue juga masih sama Tan, gue masih ditempat yang sama, nunggu elo nyariin gue, gue masih jadi orang yang merhatiin lu dari jauh biar senggaknya gue tau kabar lo buat ngobatin rasa kosong dihati gue"

Tanya berjalan menjauh dengan terus berusaha mendengarkan ucapan yang keluar dari mulut Bintang, pandangan matanya kososng, tanya merasa kakinya berjalan dengan sendirinya menjauhi suara yang membuat hatinya teriiris, berusaha melupakan semua yang didengarnya saat ini.

Katanya.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang