1

440 50 0
                                    

Malam yang gelap, tepatnya pukul 00.27.

"hahhh akhirnya selesai misi hari ini" keluh seorang dengan rambut model ubur-ubur ungu.

"jangan mengeluh brengsek, yang menyelesaikan misi ini aku. Kenapa jadi kau yang mengeluh?!" ketus seorang lagi dengan rambut yang modelnya hampir sama hanya berbeda warna. Pink gulali.

"kerja bagus. bersihkan tempat ini sekarang." perintah seseorang dengan bekas luka disalah satu matanya.

"hei Kakucho, setidaknya beri kami pujian sedikit. Misi kali ini melelahkan loh" kesal seseorang dengan rambut panjang berwarna putih.

"heee, Kakucho santai sedikit saja, kita juga perlu rileks, tidak usah kaku seperti itu" ujar seseorang dengan rambut ungu hitam yang tertata rapi.

Sanzu Haruchiyo
Haitani Rindou
Kakucho Hitto
Hajime Kokonoi
Haitani Ran

Benar. Mereka adalah anggota penting Bonten. Perlu dijabarkan jabatan mereka?

Sanzu Haruchiyo, Orang nomor 2.
Haitani Brothers dan Kokonoi, executive Bonten
dan terakhir Kakucho, Orang nomor 3 Bonten.

Mereka baru saja menyelesaikan misi mereka hari ini. As always 'traitor'. Untung Sanzu tidak pernah bosan membunuh penghianat-penghianat itu.

Misi kali ini mereka seharusnya membunuh beberapa penghianat itu dan pergi. Seperti yang mereka lakukan sekarang.

Namun...

'heh-eh-eh'

"hei apa yang lucu? mengapa kalian tertawa tanpa ku?" ucap Rindou tak terima saat mendengar suara itu.

"ha? siapa yang tertawa? mendes*h kali" ujar Sanzu tanpa sensor, yang mendapat toyoran kepala dari Ran.

"jadi ini suara apa? seperti orang bengek saja" kata Koko. Kakucho hanya diam untuk mendengar suara itu lebih jelas.

'heh-huaaaaa-hiks'

Suara itu semakin membesar.

"eh suara apa itu? apa ada orang lain lagi selain kita?" kata Ran yang menyiapkan pistol nya untuk berjaga-jaga.

"seperti suara orang menangis, atau apa?" tanya Koko untuk memastikan.

"arah suaranya dari sana" ucap Kakucho yang sudah jalan didepan mengarah ke sumber suara lebih dulu.

Mereka berempat pun mengikuti Kakucho. Sanzu yang sudah siap dengan katana nya, Rin yang sudah siap mematahkan alat gerak mereka, Ran dengan pistolnya, dan Koko... eh dengan segepok uang?

"apa ini? tak ada apa-apa. Apa kita dijebak?" was-was Koko.

"tidak, lihat!" seru Kakucho saat menemukan seorang bayi yang sedang menangis histeris didepan mayat seorang wanita.

"heeee, aku kira apa, ternyata hanya bocah ingusan" ucap Sanzu yang lega dan meletakkan katana nya ditempat semula.

"apa itu ibunya? kasian sekali, masih kecil sudah menjadi piatu" kata Rindou acuh dan berbalik.

Ran pun mendekati bayi itu bersama dengan Kakucho. Ia mulai mengecek mayat yang kepalanya sedang dipeluk oleh bayi tersebut.

"sepertinya ini ibunya. mendiang ibunya maksudnya" ucap Ran.

"kau benar, kasian sekali dia akan bernasib sama dengan ku" ucap Kakucho yang tiba-tiba flashback kenangan dengan Izana (mayat).

Ran mendekat kebayi itu. "wah dia perempuan, apa yang harus kita lakukan kepadanya?"

"ya tinggalkan sajalah, apalagi? oh apa perlu kubunuh, biar lebih cepat" ucap Sanzu tak peduli. Ia ingin segera pulang, nyabu, tidur.

Koko sedari tadi hanya diam. Senasib dengan Izana flashback tentang Akane.

"tidak mungkin, keluarga bocah ini semua terbunuh. lihat!" kata Rin  sambil menunjuk ke dua mayat. "sepertinya ini ayahnya dan ini... kakaknya mungkin" lanjutnya.

"malang sekali nasib mu nak, semangat hidup" ucap Sanzu yang menatap malas ke mayat-mayat itu. Ia berjalan mendekati bayi itu dan berkata "ayah, ibu, dan kakakmu tidak bersalah, hanya saja mereka naif ingin melindungi satu sama lain. Sayang sekali kau tidak dilindungi"

"hoi Sanzu dia tidak mengerti, dan lihat kau membuatnya semakin takut" tegur Kakucho saat melihat bayi itu semakin memeluk kepala ibunya dengan kuat.

"hahhh melelahkan, jadi kita apakan bayi ini? jual saja biar dapat uang" kesal Koko yang sudah bosan.

"jangan, ginjal bayi belum terlalu dibutuhkan, kita bawa dulu dan rawat sampai besar, baru kita jual" saran Rindou.

Yaa, apa yang kalian harapkan? mereka kriminal kan.

"sudah cukup. Kita bawa dulu, dan tanya pada boss apa yang harus kita lakukan. Bagaimanapun kita harus bertanggungjawab, dia tidak terlibat dalam hal ini, kesialan saja yang menimpa orangtuanya" kata Kakucho yang mencoba untuk menggendong bayi itu.

"ha'i" Ran langsung mengikuti arahan Kakucho. kasian bayi itu-batin Ran.

"hei! apa kalian melupakan ku?! aku ini nomor 2 Bonten, harusnya kalian meminta persetujuan ku dulu dong?!" pekik Sanzu yang tertinggal dibelakang. Yang lain hanya mencuekkan nya, kecuali Rin. Sebagai teman tentu saja ia menertawakan Sanzu.

Apalagi?

27/10/2021
21.08

cr.art : moimoi060. on twitter

babysitting [bonten]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang