Senin, 1 Juli 2021
05:00
Seorang gadis berambut panjang beranjak dari tempat tidur dengan setengah sadar. Ia mengambil handuk yang tergantung lalu memasuki kamar mandi dengan mata sedikit terbuka.
Setelah selesai mandi, ia merapikan diri dengan memakai seragam sekolah. Ia terlihat begitu tidak bersemangat karena hari ini adalah hari pertama ia sekolah menjadi anak SMA. Bukan karena malas ataupun tidak suka menjadi anak SMA, tetapi dari TK sampai SMP, ia tidak pernah sekalipun mendapatkan teman.
"Aku takut ga dapet temen lagi ...." Azkia membuang nafas dengan kasar.
"it's ok, azkia, kamu pasti bisa, aku tau itu," lanjutnya dengan ceria menyemangati diri sendiri.
Kata orang, masa SMA adalah masa yang paling indah. Dengan itu, Azkia barjanji pada dirinya sendiri jika nanti ia sudah SMA, ia harus mendapatkan teman agar mendapatkan keindahan itu dan melupakan masa TK dan SD nya yang kelam.
Sewaktu TK sampai SD, Azkia selalu dibully karena tidak memiliki ibu, Azkia sangat heran dengan mereka, memangnya salah Azkia jika ia tidak memiliki ibu? ia pun tak menginginkan nya, ia juga ingin mempunyai ibu seperti anak-anak lainnya.
'Seperti apa ya rasanya memiliki ibu?.' itulah yang selalu dipikirkan Azkia sampai sekarang.
Jam menunjukkan pukul 05.35, Azkia segera keluar dari kamar dan turun menuju dapur untuk menyiapkan bekal.
Saat melewati ruang tamu, Azkia melihat pria ber jas hitam rapih sedang menatap layar ponsel nya dengan serius.
Ia segera menuju pria itu dengan semangat."Pah, Papah pulang jam berapa tadi? Kok aku ga denger suara mobil Papah?" Ya, pria paruh baya itu adalah papah–Brander Athaya–nya Azkia
"Apa Papah pulang nya tadi malam, ya?" lanjutnya masih dengan wajah cerianya.Brander Athaya berhenti melakukan aktivitasnya dan langsung menatap Azkia dengan tajam.
"Saya sudah bilang berkali-kali. STOP PANGGIL SAYA PAPAH, SAYA BUKAN ORANG TUA KAMU!!!" Bagai petir yang menyambar, ucapan papah nya membuat Azkia sangat terkejut.Hanya terkejut. Karena sudah terbiasa pria yang ia panggil papah itu membentak & tidak menganggap nya. Tetapi yang tadi itu benar-benar membuat Azkia sangat terkejut, papah memang suka teriak padanya, tetapi hari ini ia terlihat sangat marah, entah karena apa.
'papah pasti cape banget hari ini,' pikir Azkia.
Brander lanjut berbicara, "kalau bukan karena,"
"Pah."
Belum selesai Brander berbicara, anak sulung–Jibran Dareen Athaya–langsung memotong pembicaraan nya di ujung tangga dengan membawa koper hitam.
"Katanya Papah hari ini ada meeting di luar negeri? Saya bantu bawa koper nya, tapi bukannya sudah telat ya, Pah?" lanjutnya dengan muka datar.
"Ya, saya ganti jadwal keberangkatan nya."
Brander berjalan menghampiri Jibran lalu menggambil koper ditangan nya.
"Terimakasih. Saya tidak tau kapan akan pulang. Jika ada yang kamu inginkan, hubungi saya," ucap Brander kepada Jibran lalu pergi begitu saja melewati Azkia yang masih berdiri dengan senyum paksaannya.
Jibran menatap Azkia dengan tatapan datar. "Udah gue bilang berapa kali? Jangan ngobrol ataupun tunjukin muka lu depan papa."
"Tapi kenapa, Bang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR
Teen FictionDua saudara, abang dan adik, yang terpisah bertahun-tahun karena konflik antar orang dewasa. Ketika bertemu, mereka memiliki perasaan yang melebihi saudara. Apa yang akan terjadi pada keduanya?