03

14 2 0
                                    

Sendirian memang dapat mendatangkan ketenangan, tetapi jika terlalu sering sendiri, itu hanya akan mendatangkan kesepian.

_________________________________________

_________________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jibran Dareen Athaya

_________________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_________________________________________

Setelah pulang sekolah, Azkia segera membersihkan diri. Ia memutuskan untuk pergi ke supermarket membeli makanan karena perutnya sudah sangat berisik meminta untuk diisi, tentunya ia tidak akan lupa lagi membawa uang saku.

Di rumah hanya tersedia makanan-makanan instan yang tidak baik untuk dicerna setiap hari. Brander dan Jibran sangat jarang makan di rumah, mereka lebih memilih makan di luar masing-masing.

Bi Inah–pembantu rumah tangga–sedang pulang kampung seminggu yang lalu karena mendapat kabar anaknya yang sedang sakit. Biasanya, sehabis pulang Sekolah, makanan sudah tersaji dimeja makan. Tentunya makanan itu hanya disajikan untuk Azkia. Karena Brander dan Jibran sangat jarang berada di rumah.

Supermarket

Tidak banyak yang ingin Azkia beli, ia hanya membeli stok makanan untuk di kamar. Dirinya jarang sekali keluar kamar. Oleh karena itu, ia akan membeli banyak cemilan untuk dirinya nikmati entah itu untuk sambil menonton film atau membaca novel. Azkia akan keluar kamar jika memang seperlunya saja, seperti makan atau pergi mencari udara di luar.

Mungkin terlihat enak, tetapi tidak jika kalian merasakannya langsung. Di kamar sangatlah membosankan. Belajar, main handphone, makan, membaca, semua itu sudah berulang kali Azkia lakukan dan itu membuatnya semakin merasa bosan.

Banyak hal lain yang ingin ia lakukan, seperti remaja lainnya. Pernah Azkia meminta diajari memasak dengan Bi Inah, tetapi itu tidak berhasil. Ia malah mendapat bentakan dan amarah dari Papah dan Abangnya yang merasa terganggu.

Jibran selalu melarangnya untuk keluar dari kamar. Ia selalu berkata bahwa Papah tidak suka melihat Azkia berada di dekatnya dan menyuruhnya menjauh.

Memang benar, ketika Azkia keluar dan mendapati Papah berada di rumah, dirinya hanya akan mendapat bentakan. Tidak ada senyum tulus, tidak ada basa-basi. Jika melihat Azkia, Brander akan langsung menyerang Azkia dengan bentakan dan kata-kata yang sangat pedas atau mengabaikannya seperti angin lewat yang tak terlihat.

Tetapi itu tidak membuat Azkia menyerah untuk meluluhkan hati Brander. Ia yakin, Brander pasti punya alasan kenapa dirinya diperlakukan seperti itu. Sebenarnya, ada beberapa pikiran negatif yang dipikirkan Azkia, tetapi ia mencoba menghilangkan pikiran itu dan kembali berpikir positif pada keadaan yang sekarang.

Setelah selesai di supermarket, Azkia memutuskan untuk mampir ke kafe kopi yang tidak jauh dari supermarket. Ia mengambil tempat dekat kaca agar dirinya bisa meminum kopi sambil melihat pemandangan di luar.

Rasanya cukup tenang, tetapi ada yang kurang. Di luar sangatlah berisik dengan motor dan mobil yang berlalu-lalang, tetapi Azkia merasa sangat sepi. Entahlah, ia pun bingung kenapa dunia ini terasa sepi untuknya.

Ia tidak terlalu benci dengan kesendirian, ia hanya membenci kesepian. Padahal, jika di dunia ini tidak ada rasa kesepian, kesendirian hanya akan membuat orang merasakan ketenangan.

Oh, wow. Coba tebak apa yang Azkia lihat? Ia melihat Abang dan Pria yang memberinya dua buah roti memasuki kafe dengan dua teman lainnya.

Terkejut? Pasti. Ia tidak menyangka bahwa Pria yang ia temui terakhir kali di Sekolah adalah teman Abangnya.

Ingin menyapa rasanya, tetapi tidak memiliki keberanian. Azkia memutuskan untuk memandangi saja dari tempatnya. Lagi pula ia saja tidak mengetahui nama Pria itu.

Azkia terus menatap Pria itu. Kaos hitam dengan celana training hitam yang membuatnya terlihat sederhana, tetapi mampu membuat orang yang melihatnya jatuh hati.

Bukan Azkia, bukan Azkia yang jatuh hati. Mana mungkin ia jatuh hati pada orang yang bahkan belum ia ketahui namanya. Pria dingin yang menghempaskan tangannya hanya karena ia ingin berterima kasih, tidak mungkin ia jatuh hati dengannya.

Tidak banyak yang dilakukan, mereka hanya mengobrol lalu sibuk dengan handphone masing-masing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak banyak yang dilakukan, mereka hanya mengobrol lalu sibuk dengan handphone masing-masing.

Mulai bosan memandangi Jibran dan teman-temannya, Azkia memutuskan untuk pulang ke rumah. Di rumah pun sama membosankan. Entah apa yang akan dilakukannya.

Pastinya tidak akan bosan jika ia memiliki teman mengobrol seperti meja di sebrang sana. Ah ... Azkia sungguh iri dengan orang-orang yang memiliki teman.

_________________(´・_・')_________________

Ga ada dialog T_T

Jangan lupa vote & komen ya!! Terima kasih!!

TAKDIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang