02

16 3 0
                                    


Bel istirahat sudah berbunyi 10 menit yang lalu, tetapi Azkia masih terdiam di tempat duduk. Sayang sekali, ia lupa menyiapkan bekal karena kejadian tadi pagi. Sialnya, ia juga lupa membawa uang saku.

Ia melirik Aqilla yang masih nyaman di tempatnya. Terlihat Aqilla yang sedang menulis dibuku catatan berwarna merah. Rajin sekali, apa yang ditulis? Padahal tadi hanya perkenalan saja. Mungkin Aqilla juga lupa membawa bekal, setidaknya itukah yang Azkia pikir sekarang.

Ia berpikir untuk pergi ke kelas Jibran dan meminta uang saku agar ia bisa membeli makanan di kantin sekolah, tetapi ia segera menyingkirkan pikiran itu. Karena pasti abang nya itu akan sangat marah jika ia tiba-tiba datang ke kelas dan meminta uang.

Karena tidak ada yang Azkia lakukan, ia memilih pergi ke kamar mandi untuk membasuh muka. Meski lapar, ia harus menahannya sampai nanti pulang sekolah.

Azkia pov

Setelah selesai membasuh muka, aku segera kembali menuju kelas. Kamar mandi dan koridor nya terlihat sepi, mungkin para siswa dan siswi sedang beristirahat.

Saat aku sedang menuju ke kelas, tiba-tiba saja ada pria yang menyodorkan dua buah roti kepadaku.

Dia memberi roti kepadaku? Sungguh aku tidak mengenal pria ini, pria yang aku kenal hanya papah dan abang. Takut terjadi kesalahpahaman, aku tidak langsung mengambilnya. Aku menoleh ke kanan dan ke kiri, tetapi tidak ada orang lain selain aku dan pria ini.

Pria itu kembali menyodorkan roti yang dibawa nya.
"Ambil," katanya.

"Buat... Aku?"

"Iya, cepat ambil. Ga usah nolak."

Karena perutku terasa begitu lapar, akhirnya aku memutuskan untuk segera mengambil roti yang pria itu bawa, hitung-hitung untuk mengganjal rasa lapar saja. Lagipula dia tidak terlihat begitu mencurigakan. Wajahnya hanya datar tidak berekspresi, dia tidak begitu asing untukku, seperti pernah bertemu?

Seolah-olah tidak ingin berlama-lama denganku, pria itu segera pergi setelah roti yang dibawa nya ku ambil.

Karena belum mengucapkan terima kasih, aku memegang tangannya agar ia tidak pergi terlebih dahulu dan dapat mengucapkan terima kasih.

"Terima kasih untuk roti nya"

Pria itu langsung menyingkirkan tanganku lalu pergi begitu saja tanpa mengucapkan satu kata pun.

"Dingin banget, sih."

Kenapa semua cowo sikapnya dingin sekali kepadaku? Memangnya aku berbuat apa?

Author pov

Sesampainya di kelas, Azkia langsung menghampiri Aqilla. Ia memberi satu roti untuk teman pertamanya ini. Ternyata dugaan Azkia benar, temannya ini lupa membawa bekal, sama seperti nya. Aqilla sempat menolak rotinya, tetapi Azkia beralasan sudah kenyang dan hanya membutuhkan satu roti saja, alhasil Aqilla tidak bisa menolaknya.

Azkia duduk dibangku depan Aqilla milik orang lain. Kebetulan kelas tidak terlalu ramai karena jam istirahat.

Berbeda dengan Aqilla, ia dari jam pertama bahkan sampai jam istirahat tidak meninggalkan tempat duduk nya sama sekali.

Azkia tidak bisa, rasanya sangat risih untuk dirinya jika terdiam ditempat sampai berjam-jam. Oleh sebab itu, ia memutuskan untuk ke kamar mandi dengan alasan membasuh muka. Padahal ia hanya bosan di dalam kelas.

"Aqilla, kamu kenapa di kelas aja? Ga bosen?" Tanya Azkia dengan mulut yang masih dipenuhi roti.

"Ngga kok, kenapa harus bosan?"

"Yah... Soalnya gak ada teman bicara?" Azkia sempat bingung untuk menjawab pertanyaan Aqilla.

Bagi Azkia, tidak ada teman bicara tidak membuatnya bosan karena itu sudah jadi makanan sehari-hari nya.

Di SMP-nya dulu, kelas Azkia terasa ramai dengan anak-anak yang aktif berlarian di kelas sewaktu jam istirahat. Dirinya tidak terlalu merasa bosan saat itu walau tidak memiliki teman. Tetapi di kelas ini berbeda, tidak ada yang berlarian di kelas. Semua siswa dan siswi sibuk dengan urusannya masing-masing. Bahkan jarang ada yang mengobrol satu sama lain. Mungkin karena ini hari pertama masuk sekolah jadi masih terlihat canggung, tapi tetap saja ini sangat membosankan untuk Azkia.

"Ga ada teman bicara itu ga bikin aku merasa bosan kok, aku lebih suka diam dan merenung sendiri."

Azkia sedikit sedih dengan jawaban yang diberi Aqilla. Ia berpikir dirinya mengganggu Aqilla saat ini.
"Emmm, berarti kamu ga suka bicara sama aku, ya? Aku ganggu kamu, ya?"

"Bukannya ga suka, Azkia. Aku memang suka berdiam diri, tapi aku ga merasa terganggu kok kalo ada yang ajak aku bicara. Kamu ga ganggu aku, tenang aja, haha."

Azkia sedikit lega mendengarnya. Aqilla mempunyai pikiran yang lumayan dewasa yang membuat Azkia nyaman berada disisi nya. Mungkin Azkia beruntung bisa mengenal Aqilla untuk saat ini.

Guru fisika memasuki ruangan bersamaan dengan itu, bel berbunyi yang artinya jam istirahat sudah selesai. Para siswa dan siswi berhamburan memasuki kelas masing-masing. Azkia segera berpindah ke tempat duduknya karena pelajaran akan segera dimulai.

__________________(^o^)__________________

Kritik dan saran sangat diterima yaa!!

Jangan lupa vote dan comment.

TAKDIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang