IV. Happiness

3 1 0
                                    

Hari dimana Aera bertemu dengan keluarganya yang mencarinya adalah hari dimana ia melihat neneknya menangis tersedu - sedu setelah bertemu dengannya dan mendengar cerita Aera dari Harin. Bahkan Dongju yang tidak ia kenal sebelumnya pun menangis. Aera tidak mengerti apa yang sedang terjadi, selama ini yang ia tahu hanyalah fakta bahwa ia telah di buang oleh keluarganya.

Harin menepuk pundak Aera pelan, "Mereka adalah keluarga yang benar - benar peduli padamu...yang tinggal bersamamu selama ini pun keluargamu, tapi seperti yang kau tahu, mereka tidak tulus menyayangimu...disinilah seharusnya kau berada" ucapnya pelan.

Mata Aera terasa panas, pandangannya memburam. Setetes air matapun lolos dari matanya, ia kembali mengingat perlakuan keluarga yang tinggal bersamanya selama ini. Tidak pernah ada seorang pun yang menangis untuknya, meskipun ia jatuh sakit, atau di ambang kematian, tidak pernah ada yang peduli dengannya.

Namun, Nenek dan sepupu yang baru saja ditemuinya menangis tersedu - sedu hanya karena mendengar cerita dari Harin yang merupakan sebagian kecil dari apa yang telah di alaminya. Semua itu terasa aneh dan Aera dapat merasakan ketulusan mereka ketika sang nenek mendekapnya dalam pelukan.

Saat itulah tangis Aera pecah. Seolah dinding yang selama ini ia bangun begitu tinggi roboh begitu saja. Hati yang begitu dingin kini terasa hangat, Aera yang tidak pernah bergetar meskipun disakiti oleh bibinya kini menangis seperti anak kecil yang sedang merajuk hanya karena mengingat perbuatan mereka semua.

--

Musim dingin telah terlewati, kini bunga mulai bermekaran di musim semi. Salju yang menumpuk telah hilang, sungai yang membeku telah mencair dan kembali seperti semula. Seperti kehidupan seorang Shin Aera yang kembali berjalan kembali.

Ia masih merenungkan apa yang terjadi padanya baru - baru ini. Mendapatkan teman baru dan bertemu dengan nenek yang menyayanginya, semua itu bagaikan mimpi. Kini ia sedang berbelanja ditemani oleh Dongmyeong dan Cya, mereka sedang mempersiapkan bahan makanan untuk menyambut kedatangan Yonghoon.

Aera terlihat menghela nafasnya, ia memikirkan jika hidupnya selama ini benar - benar kesialan sebelumnya, namun dalam dua bulan terakhir ia merasakan kesenangan yang berbeda. "Noona, kau baik - baik saja?" tanya Dongmyeong ketika melihat Aera melamun, "Ya, aku tak apa, hanya sedikit heran kenapa hidupku bisa se sial ini" jawabnya.

"Tidak seburuk itu" ucap Dongmyeong tiba - tiba, Aera pun menolehkan kepalanya, "Maksudmu?" ucapnya pelan, "Noona, kau sekarang sudah memiliki teman untuk bersandar, dapat melakukan hal yang kau sukai, dan bahkan kau menemukan orang yang sungguh - sungguh peduli padamu bukan?" Dongmyeong berucap panjang, yang lalu mendapat anggukan dari Aera.

"Noona, percayalah bahwa diluar sana masih banyak orang yang masih mencari tahu akan tujuan hidup mereka sepertimu sebelumnya, saat ini kau sudah lebih baik dan kami tahu itu, maka dari itu, sering - seringlah tersenyum, kau terlihat lebih cantik ketika tersenyum" 

Ucapan Dongmyeong membuat Aera tertegun. Setiap kata yang dilontarkan olehnya adalah kebenaran yang telah ia keathui. Namun ia masih terpuruk dalam kenangan masa lalu yang menyakitinya. Hatinya belum dapat berpindah dari kenangan pahit yang selama ini ia jalani, masih terasa sakit setiap saat ia mengingat satu persatu kejadian yang di alaminya. Betapa tidak adil hidup yang ia jalani selama ini.

Setelah keluar dari tempat perbelanjaan, Cya menyodorkan es krim kepada Aera. "Aku tahu kau sedang memikirkan perkataan Dongmyeong tadi Noona, sebaiknya kau makan es krim ini saja dulu..." ucapnya, Aera pun mengambil es krim itu dan memakannya.

"Perkataan Dongmyeong tidak ada salahnya..." ucap Aera pelan yang membuat kedua pria yang berjalan di depannya berhenti. "Mungkin aku memang lebih beruntung di bandingkan dengan orang lain, tidak seharusnya aku masih bersikap seperti ini" lanjut Aera.

"Itu benar.." ucap Cya sembari menghampiri Aera. Ia pun menggandeng tangan gadis itu lalu mengajaknya berjalan kembali. "Meskipun apa yang dikatakan Dongmyeong itu benar, bukan berarti kau harus bersikap lebih baik karena apa yang ia katakan...Noona, kau mempunyai hak atas apa yang kau rasakan, tidak ada yang dapat mengubahnya kecuali dirimu sendiri" ucapnya sambil menunjukkan senyum manisnya.

"Iya, aku juga tidak bermaksud untuk menegurmu noona, aku hanya ingin memberi tahumu saja jika hidupmu mungkin sudah menjadi lebih baik dari pada sebelumnya" sambung Dongmyeong dengan menunjukkan senyumannya.

Aera yang melihat tingkah kedua temannya itu pun tertawa pelan. Ia kini mengerti maksud perkataan kedua orang itu.

Mereka pun kembali dan menyiapkan segala sesuatu untuk menyambut Yonghoon yang akan segera kembali. Disana sudah ada Kanghyun dan Harin yang telah menata toko buku itu dengan rapi.

Yonghoon pun datang memasuki toko seperti biasa. Ia tampak senang ketika mendapat kejutan dari teman - temannya.

"Bagaimana kabarmu?" tanyanya pada Aera, "Aku baik - baik saja, ini sangat menyenangkan menyiapkan semuanya untuk seseorang yang akan datang!" jawab gadis itu dengan antusias. Kelima pria yang mendengar itu pun tersenyum dengan puas.

--

Seorang wanita berjalan dengan tenang menikmati angin musim gugur yang berhembus kearahnya. Dedaunan yang mulai berjatuhan pun menghujaninya dengan indahnya. Wanita itu tersenyum ketika melihat beberapa bunga yang ikut berjatuhan bersamaan dengan daun - daun yang gugur.

"Aera Noona!"

Wanita itu menoleh ketika mendengar suara familiar yang memanggilnya, ia langsung tersenyum ketika melihat orang yang memanggilnya berlari menghampirinya. "Kau sudah selesai bekerja?" tanya Aera ramah, orang itu pun mengangguk, "Ayo kita beli kue untuk nenek! Ia pasti akan senang, tapi apa yang akan ia sukai ya, Dongju?" ajak Aera pada sepupunya, Dongju. "Nenek akan suka apapun yang kau beli, kau kan cucu kesayangannya sekarang" ucap Dongju bergurau yang membuat Aera terkekeh pelan.

Mereka berdua pun berjalan bersama ke rumah mereka, dimana nenek mereka sudah menunggu dengan sup hangat buatannya sendiri.

--

CosmosWhere stories live. Discover now