17.

111 26 12
                                    

Pernahkah kamu merasa jika hidup itu adalah lelucon? Membuatmu tertawa, tersenyum lalu bersedih.

Johnny menatap foto yang dipegangnya sedaritadi, foto anak-anaknya yang berdiri di depan pagar rumah Julian. Johnny tersenyum miris melihatnya.

Baru sekarang ia mengakui jika dirinya menyesal menikahi seorang Elena.

Kun menceritakan semuanya tentang kejadian hari ini, kejadian yang tidak pernah ada di ekspektasi seorang Johnny. Menyakitkan sekaligus melegakan. Mengapa melegakan? Karna sekarang Johnny tau, apa yang harus ia pertahankan.

Johnny sudah baik untuk memberikan kesempatan pada Elena, tapi sayangnya perempuan itu tidak bisa. Mau ditarik sekuat apapun oleh dia dan anaknya, jika yang ditarik mempunyai pegangan lebih kuat apa itu tidak sia-sia?

Mungkin setelah ini ia akan mengumpulkan semua anaknya dan berbicara tentang ini. Tentang kehidupan selanjutnya.

Johnny mengambil ponsel yang ada di dalam sakunya lalu menyentuh kontak temannya, "Yong, bisa cariin gue pengacara?"

×××

"Balik sama gue lagi, Jin?"

Hyejin mengangguk mendengar pertanyaan Jaemin, "Iya, gapapa ya?"

"Ya gapapa lah, emang kenapa?" Jaemin tersenyum kecil.

Hari ini Hyejin memutuskan untuk pulang ke rumah, sekian lama ia di rumah om Jaehyun dan hari ini menurutnya hari yang tepat. Dia harus mencoba untuk mengikhlaskan dari sekarang.

Iya sekarang, kalau bukan sekarang, kapan lagi? Mengulur waktu akan semakin menyakitkan, kan?

Dunia ini lucu sekali. Masa iya, dia harus berbagi ibu dengan temannya sendiri? Memang benar, dulu dia mendoakan agar temannya bisa mendapat seorang ibu kembali tapi bukan ibunya sendiri!

Apa keluarganya terlalu sempurna maka itu Tuhan memberi hidupnya seperti ini? Apa banyak yang tidak suka pada keluarganya makanya berakhir seperti ini?

Klik!

Hyejin reflek mengedipkan matanya.

Tepat di depan wajahnya, Jaemin sedang memasangkan helm di kepalanya. Jaemin memegang kedua pipi Hyejin dengan tangannya, "Jangan bengong mulu"

Hyejin langsung mundur satu langkah. Sialan, .jantungnya berdebar lebih cepat dibanding biasanya.

"Kalo mau makein helm bilang dong," sungut Hyejin, "Untung kakak masih di dalem"

"Jin, gua gatau kalo ternyata hidup lu kaya gini. Soalnya yang gua liat lu bertiga tuh adem aja, maaf ya Jin" Tutur Jaemin.

"Iya, gapapa" Jawab Hyejin, "Kan lu juga gatau naa"

"Can i give you some hug?"

Hyejin lebih dulu memeluk Jaemin dibanding sang penanya. Tanpa semua orang tau, ini yang ia butuhkan. Bukan sebuah perkataan tetapi suatu perbuatan.

Hyejin merasakan jika dagu Jaemin bertumpu pada kepalanya dan kedua lengannya membalas pelukan Hyejin.

Bau manis parfum yang dipakai Jaemin menguar saat Hyejin memeluknya. God thank you for sending someone who understands my situation.

×××

Hendery berjalan menuju halaman depan rumah Soraya, berniat ingin memanasi motor temannya. Matanya fokus melihat kebawah sampai-sampai..

"Can i give you some hug?"

Hendery langsung menoleh begitu mendengar suara Jaemin. Karna yang ia tau, Jaemin keluar bersama dengan adiknya.

HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang