10.

152 38 5
                                    

Sekitar jam setengah enam sore, Elena baru sampai rumah. Jangan ditanya gimana kagetnya dia waktu ada mertuanya di rumah.

"Mama?"

Mama Gerrard tersenyum, "Kamu darimana aja? Mama nungguin kamu"

"Aku ada urusan ma tadi diluar" Jawab Elena sembari mencium tangan mertuanya, "Mama kapan sampainya?"

"Mama udah sampai Jakarta tuh dua hari yang lalu tapi mama kesini siang tadi"

"Kok mama gak bilang aku sih? Kalo tau mama kesini, kan aku bisa pulang lebih awal" Elena mencebik kesal.

Walaupun Elena sedang di masa tidak baik-baik saja dengan Johnny tetap saja harusnya lelaki itu bilang kan kalau mamanya datang?

Mama Gerrard terkekeh, "Mama juga tiba-tiba kok kesininya, keinget si kembar makanya mampir deh kesini"

"Mama nginep sini aja ya?"

"Eumm gimana ya.."

"Mamaaa~" Elena merajuk, "Nginep sin--"

"HYEJIN!!"

Terdengar suara bentakan dari lantai atas. Elena menatap tangga yang menuju lantai atas, "Ma, sebentar ya aku--"

"Kita sama-sama keatas ya?"

Elena dengan cepat naik keatas tangga begitu juga dengan mertuanya. Elena beneran gak ngerti sama isi kepala Johnny, kok bisa-bisanya marahin anak perempuannya padahal dulu dia sendiri yang kekeuh kalau anak perempuannya tidak boleh dibentak sama sekali.

"Ada apaan sih John? Sampe teriak-teriak begitu?" Elena menatap kamar Hyejin. Satu yang dia pikirkan, berantakan.

Elena kira Hyejin sendirian dikamar ternyata ada anaknya yang lain. Elena menatap dua anak laki-lakinya yang menunduk.

"Kamu kenapa nak?" Elena menghampiri Hyejin, "Sini sama mama"

"J-jangan jangan pegang"

"Hye.."

Hyejin mundur beberapa langkah.

"Mama salah apa sama kamu?" Tanya Elena bergetar. Airmatanya lolos.

Hyejin menggeleng, "Pergi.. Pergi.."

Elena memegang tangan anak perempuannya gemetar, "Nak, ini mama.."

"PERGIIIII!!" Hyejin menghempaskan tangan Elena. Benar-benar tidak ingin disentuh.

Kini Johnny ikut bersimpuh dilantai sembari memegang tangan anaknya, "Hyejin.."

"Aku benci mama.."

Mama Gerrard yang hanya memerhatikan cucunya di depan pintu, kini ikut masuk menatap kedua cucu lelakinya. Meminta penjelasan tapi nihil cucu lelakinya pun ikut terdiam ketakutan.

"Maafin papa ya nak.." Johnny memegang pipi anaknya, "Liat papa"

Hyejin menatap Johnny kosong. Elena tau kalau Hyejin kembali seperti dulu. Kejiwaannya terganggu karena tekanan dari rumah.

"Hyejin.." Panggil Elena.

Tetap diam tak bergeming.

"Disini semua sayang Hyejin" Elena menatap anak perempuannya berkaca-kaca, "Mama, papa, oma, opa, Hendery, Haechan. Semua sayang sama hyejin"

"Pembohong" Hyejin menatap tajam Elena.

Haechan langsung mendongak ketika Hyejin berkata seperti itu. Tatapannya sama persis seperti waktu Haechan masih belum akur dengan adiknya itu.

"Na, kamu keluar dulu ya biar aku yang ngomong sama Hyejin. Nanti kalo dia udah tenang, aku bakalan panggil kamu" suruh Johnny, "Kalian juga" ucapnya pada anak-anaknya yang lain.

HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang