EMPAT

124 19 0
                                    

Jangan tanya bagaimana nasib Lia selanjutnya, pasalnya gadis itu juga tak tau bagaimana nasibnya ke belakangnya. Membayangkannya saja Lia sudah geleng kepala, merasa ngeri sendiri jadinya.

Gadis itu tak bisa biasa saja, mengingat lawannya adalah keluarga bangsawan semua. Sedangkan dia tergolong kaum elite biasa yang gak ada apa-apanya sama mereka. Kalau sampai berita ini kesebar bisa habis hidupnya tak tenang.

Lia kembali ke rumah, gadis itu turun dari mobil Kenneth setelah pemuda itu membukakan pintu untuknya. Ken yang melihat ekspresi Lia hanya bisa menghela napas pelan, sebelum akhirnya mengelus pundak gadis itu. Merasa kasihan dia, pasalnya dia yakin gak akan ada kata baik-baik saja selanjutnya. Pasti ada sesuatu yang nanti akan mengejutkannya.

"Julie, tersenyumlah!" bisik Ken. Gadis itu mengangguk kecil, lalu mengulas senyuman kecil yang terlihat dipaksakan.

"Apa tak apa Ken?" tanya gadis itu. Ken terdiam, bingung akan menjawab seperti apa.

"Jangan terlalu dipikirkan, berdoa saja semoga gadis manja itu tak berulah!"

Iya, gadis manja yang dimaksud oleh Ken itu adalah Yera, seseorang yang akan dijodohkan dengan Harris. Lia gak tau apa mereka satu sekolah atau tidak. Pasalnya selama bersekolah dia belum bertemu dengan sosok Yera sama sekali, apa mungkin dia belum terlalu jauh mengeksplor RV yang megah?—entah Lia tak peduli tentang itu.

"Ya sudah, terima kasih Ken. Kau sudah mau mengantarku!" ujar Lia, pada pemuda berwajah tampan di hadapannya itu. Ken mengangguk pelan dengan senyuman yang selalu terpatri di wajahnya itu.

Setelah berbincang beberapa saat, Ken akhirnya memutuskan untuk kembali. Lia pun akhirnya masuk ke dalam rumah. Sepertinya benar kata Ken, Lia tak perlu memikirkannya terlalu berlebihan.

_____

Keesokan harinya waktu berjalan seperti biasanya. Tak ada kejadian apapun yang perlu Lia khawatirkan saat ini. Sepertinya dia terlalu percaya diri bahwa kejadian kemarin itu akan membuatnya terkena masalah. Jika dipikir lagi, memangnya dia siapa? Bersaing dengan Yera saja sudah tak masuk akal bagi dia. Jelas dia akan kalah.

Gadis itu pergi ke loker dimana dia menyimpan barang-barangnya. Hingga ia menemukan kertas bertuliskan X dengan spidol berwarna merah. Lia terus memandang kertas itu. Itu bukan milik dia, dan dia juga tidak paham dengan maksud adanya kertas itu. Sebelum tiba-tiba tubuhnya terguyur dengan air.

Lia tergagap. Rasanya hal ini membuatnya tak bisa bernapas untuk beberapa detik saat air itu mulai membasahi tubuhnya dengan cepat. Detik berikutnya otaknya baru bisa merespon betapa dinginnya air itu. Tak lama suara tawa terdengar dari beberapa orang yang melihat kejadian itu. Lia tak bisa melihat sang pelaku, mereka sudah pergi menjauh dari Lia saat itu. Entah kenal atau tidak yang jelas Lia tau, dia tak sedang memiliki masalah dengan siapa pun saat ini.

Lia terdiam untuk beberapa detik, mencerna apa yang sebenarnya terjadi padanya barusan. Ia menatap tubuhnya yang basah. Seragam yang ia pakai, rambut, semuanya tampak berantakan. Lia tampak melamun saat ia mendengar Felix memekik terkejut dari arah berlawan.

"Oh my god! Lia, what's happen?" pekiknya setengah berlari untuk mendekat ke arahnya.

Mendengar Felix terkejut, Ken, Jeffrey, James, Haris, serta Yasmine yang saat itu sedang bersamanya ikut terkejut juga melihat keadaan Lia. Mereka buru-buru menghampiri Lia. Sekarang sudah memasuki musim dingin, bayangkan saja di guyur seperti itu apa tidak kedinginan Lia.

"This is war!" celetuk Yasmine.

"Oh come on Yasmine, jangan mulai!" ujar Jeffrey malas.

"No... Jeff. Look at that!" Lia menunjuk kertas yang tadi Lia temukan. "Princess Yera, dia melayangkan perang dengan Lia."

"Oh god, this really bad news!" gumam Felix. "Lia are you okay?"

PRINCESS AND FIVE KNIGHTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang