BAB 5

2.3K 176 4
                                    

       Raja, apa sebenarnya yang ada di
                Singgasana kecilmu?


Suara guntur dari langit kelam kelabu tak membuatnya menolehkan pandangan dari kaca jendela yang tak hentinya di aliri oleh tetesan hujan yang jatuh dari langit.

Awan hitam semakin tebal dan semakin abu untuk menutup bumi dari cahaya kuning yang selalu menemani dunia dengan sinar hangat nya, seolah-olah awan kelabu itu ingin memiliki matahari untuk dirinya sendiri dan menjadi penghalang untuk Surya dan bumi.

Tadi, setelah Langit mengantarkannya ke kelas, laki-laki itu langsung pergi terburu-buru seperti sedang terjadi sesuatu ketika ia mendapat nontivikasi dari ponselnya.

Dan Lagi, Langa menunggu sahabat nya yang belum terlihat juga, padahal hampir jam istirahat.

Dan hari ini kelas 3 sedang merdeka karena guru-guru sedang mengadakan rapat tahunan, tak terkecuali kelas 1 dan 2.

"Langa!" Langa menoleh saat panggilan lembut itu memanggilnya.

"Mega!"

"Ke kantin yuk!"

"Emm, lutut aku sakit!"

"Hah, kok bisa, kamu gak bisa berdiri atau kakinya patah!"

"Ih...bukan, berdiri sih bisa, tapi ya...setiap jalan bakal kesakitan!"

"Pantesan dari tadi gak gerak cuma duduk mulu, eh ternyata kaki lo yang kadaluarsa!"

"Emang lo pikir tu kaki jelly kadaluarsa!" Suara bariton itu membuat mereka menoleh ke asal suara.

"Emang gua bicara sama lo Depot air!"
Mega memandang kesal sang lawan.

"Nyahut aja lampir!" Sekarang bukan Depa, tapi si tebing es Bryn yang ada di belakang di ikuti 2 curut tengik yang sedang berpose seolah-oleh mereka idol terkenal.

"Hey all, Kim Orion yang kece cambek, ada yang kangen!"

"Woi, karpet merah buat Ziu mana, kok lantai doang!"

"Emang situ siapa?, Syukur masih ada lantai keramik, kalo gak lantai kayu lo injek terbang ke muka plastik lo!" Anak-anak yang lain bersorak mendengar perkataan Mega.

Yang menjadi sasaran memberengut kesal.

"Dasar lampir!" Ziu maju mengejek Mega, sedangkan Orion memulai ritual tengiknya dengan menggoda cewek-cewek untuk meminta jajanan mereka, padahal anak sultan, tapi untuk perut sendiri pelitnya gak ketulungan.

"Dasar plastik!"

"Ee, perawatan gua miliaran ye Mak!"

"Ck, palingan cuma pemutih sepuluh rebuan lo olesin di wajah lo yang jerawatan, gitu doang bangga, ngakunya miliyaran!"

"Lo gak percaya amat sama gua kak, gua punya Bill nya tau!"

"Ah..lo tipu-tipu!"

Langa dan Depa saling pandang mendengar ocehan mereka lalu tertawa kecil seperti terhibur, sedangkan kan Bryn, Earphone masih bertengger di telinganya, tapi matanya tetap memandang lekat Mega.

"Dasar mak Lampir!" Bryn memdumel pelan dan tersenyum tampa ada orang yang melihatnya.

"Depa, Langit di mana!" Langa bertanya pada orang yang ada di depannya ini, yang ditanya hanya diam, tak tau harus menjawab apa.

"Gua gak tau dia dimana!"

Langa menghela nafas pasrah, Rajanya selalu menghilang sesuka hati.

"Sebenarnya kemana dia?, dan lagi, dia semakin berubah dan tertutup sama gua De'!"

Mega yang duduk di samping Langa menoleh mendengar lirihan itu, Bryn, Ziu dan Orion juga ikutan, di ikuti suara kunyahan kerupuk dari si tengik.

"Maksudnya apa Langa...!" Mega memegang bahu Langa yang lemah, jujur saja, ia butuh teman cerita sekarang.

"Gua ngerasa, ngerasa Raja itu semakin jauh tiap harinya, dan gua ngerasa gua itu seperti di nomor 2 kan, dan kalian tau, malam saat gua hubungi Orion dan Orion bilang dia gak ada di sana, paginya dia bilang dia sedang party sama kalian, dan gua tau, ad sesuatu yang dia sembunyikan dari singgasana kecilnya, apa ada orang lain di singgasana itu?"













DOBLE L | MY BAD BOY HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang