4. un-titled

1.1K 125 6
                                    

Mau ngasih judul yang bagus buat ini?
Dan banyak banget typo alskks maafin

🔥🔥🔥

"Come on, Jake. You could do it. You're the bes-"

"Tuan Shim?"

Jake yang tadinya sedang asyik berbicara dengan dirinya sendiri pun langsung menegapkan tubuhnya di tempatnya berdiri.

"Iya, pak?" Sahut Jake, wajahnya tampak konyol sekarang karena merasa kaget dan agak takut juga. Takut ketahuan sedang mangkir dari kerjaannya sebentar untuk menyemangati dirinya sendiri. Keringat dingin mulai membasahi tangan dan juga pelipisnya. Dia rasa juga agak mules sekarang saking takutnya.

Lee Heeseung, orang yang baru saja menegur Jake menaikkan salah satu alisnya.

"Kamu ngapain disini?" Tanya Heeseung.

"Uh ... saya, uh ... "

Jake berdengung, ia tidak ingin jujur tapi kalau bohong ya apa alasan yang bagus? Masa mau bilang "Saya lagi ngomong sama Toki;si kucing kantor." kan ya gak lucu banget gitu. Bisa-bisa ia di rumahkan karena di anggap kurang waras sama atasannya.

Heeseung menyentuh bahu Jake pelan membuat pemuda Shim itu lagi-lagi kaget dan berhenti dari acara dengungan kurang pentingnya.

"Jake, ngomong sama aku secara personal sekarang. Kamu kenapa, hm? Ada yang sakit?" Tanya Heeseung, khawatir dengan keadaan salah satu staf yang juga adalah suaminya.

Shit. Boleh resign aja gak sih? Jake capek.

"Uh, aku gak apa kok Hee. Tadi lagi pengen ngudut aja."

Plak.

Itu suara Jake menutup mulut lemesnya sendiri. Sekarang Jake menyumpah serapahi dirinya dalam hati.

Dasar mulut lemes goblok gak guna banget, bisa-bisanya jujur. Dongo! AH! Dari puluhan orang kenapa harus dia sih yang datang?! Sekarang batinya sedang meronta-ronta, ingin mengubur diri sendiri di gundukan pasir bangunan belum rampung di depan kantor saja rasanya.

Heeseung tidak menunjukkan ekspresi apapun. Namun, tangannya yang bertengger di bahu Jake tadi mulai agak mencengkram bahu itu. Rasanya lumayan sakit kalau kata Jake.

"Sa-sayang. Aku gak ngerokok lagi kok, beneran."

Jake menyentuh tangan yang bertengger atau lebih tepatnya sedanf mencengkram bahunya. Ia gugup setengah mati, benar-benar sekarang perutnya mulas sekali rasanya ingin sekali ia menendang tubuh kurus jangkung suaminya itu lalu kabur dari sana, tapi ia tidak akan pernah tega melakukan hal kejam seperti itu. Lagi pula kalau Heeseung cidera kan dia juga yang repot.

Heeseung menghela nafasnya. Mengelus bahu yang tanpa sengaja ia cengkram, mengamit tangan Jake dan mencium tangan itu dengan lembut.

"Aku gak larang kalau kamu gak ada riwayat asma. Sayang, kurangin ya. Gak usah kalau perlu, aku tau kamu gak suka di atur. Aku ngerti Jake, aku juga laki-laki. Tapi, boleh gak kali ini kamu coba lebih keras lagi? Demi kamu, demi aku. Aku gak mau kamu pergi ninggakin aku."

Heeseung memeluk tubuh Jake, ia tidak mau Jake melihat air matanya. Namun, Jake tahu kalau suaminya itu sedang menangis.

Sialan, Jake jadi merasa bersalah sekarang.

Jake pun mengelus punggung Heeseung pelan, menyalurkan rasa sayangnya pada suaminya itu. Heeseung melepaskan pelukan mereka, lalu Jake mendongak ke arahnya. Dapat ia lihat wajah suaminya sekarang penuh dengan air mata.

Dihapusnya air mata itu dengan ibu jarinya, Heeseung memejamkan matanya saat jari Jake menyentuh wajahnya dengan sangat lembut.

"Maaf, ya ... aku bakalan terus berusaha. Tapi, boleh gak satu ... aja. Beneran, satu batang aja kali ini, ya ..."

Let's Go! [Heeseung x Jake]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang