"Teman Sekolah" Bagian 1

24 2 0
                                    

Sudah satu dekade masa berlalu namun serial Sepatu Darah belum menemukan noktah cerahnya. Coretan berbau ludir anyir ini tak kan pernah berakhir sampai nyawa siapapun yang menggoreskannya berakhir...

Goresan cerita kali ini akan digoreskan dengan bahasa anak muda.

***

Surya akan terus ada sampai masa hidupnya berakhir dan menjadi tara katai putih yang menunggu masanya. Namun, manusia itu tak selamanya abadi dan nampak. Ada kalanya manusia itu harus meninggalkan penderitaan dunia dan menunggu saatnya untuk dihakimi. Dan aku menantikan saat itu.

"Imel, ayo cepat mandi! Gak usah pakai bengong! Dasar anak tidak tahu diuntung!"

Teriakan yang benar-benar terduga. Itulah suara menyebalkan yang terceloteh dari mulut asisten rumah tanggaku yang masih muda dan cantik, Markonah. Entah mengapa aku sangat dendam dan benci kepadanya. Mungkin karena dia suka menikung dan mendekati orang-orang yang aku sukai. Dan dia sok kecantikan, padahal mukanya kalau dibandingkan dengan mukaku sangatlah berbeda jauh. Bagaikan galaksi Andromeda dengan kaki saya yang ternoda karena sudah menginjak sampah.

"Tuan Ryan, apa yang bisa saya bantu? Tuan Ryan sangat tampan dengan kemeja biru," kata Konah. Dengan nada manis dan menggoda dia menggoda Papa yang tampan dan baik hati. Tentunya papaku tidak kecantol dengan aksi murahan yang terkesan menjual dirinya sendiri seperti itu. Mamaku sangat galak, mengalahkan galaknya Markonah.

Aku pun pergi ke tempat favoritku dalam rumah mewah yang berisi sedikit orang ini. Aku membuka keran bathubku sambil menuang beberapa tetes saja bath foam supaya aku bisa mandi dengan nyaman. Yah, aku memang tipikal cewek hits yang tidak bisa lepas dari handphone. Saat mandi, foto selfie dulu saja, ah! Siapa tau banyak yang ngelike.

Aku pun mengambil foto selfie di bathub dan menguploadnya ke Instagram. Memang, akunku berisi foto-fotoku. Bahkan beberapa foto mengambil pose yang agak berani. Supaya banyak yang like dan comment, tentunya. Aku berterima kasih sekali sama cowok-cowok nakal yang sudah memberi comment dan like yang banyak. Supaya aku punya cowok yang banyak, aku kasih aja PIN BB ku di bio Instagramku. Ya, itu kenikmatan sendiri sih sebenarnya.

BRAKKKK!

"Aduh Imel, mandimu kok lama sekali sih!?" teriak seseorang dari luar.

"Iya, aku juga bakalan selesai kok akhirnya..."

"Alasan! Mama juga mau mandi, tau!" teriak Mama. Aduh, bawel banget sih Mama. Yang jelas, aku harus pakai baju dulu kalau mau keluar kamar mandi.

"Makanya, Ma, kalau mau mandi duluan ya silahkan, kalau aku mandi ya lama gini Ma," kataku beralasan. Dengan tatapan yang tidak suka, akhirnya Mama pun mengambil baju dan cepat-cepat mandi. Kalau Mama sih mandi pakai shower, jadinya tidak ada lima menit pun Mama sudah selesai.

"Gini lho, kalau mandi kayak Mama, yang cepat," kata Mama sambil mencoba untuk menceramahiku. Sorry Mom, anakmu ini sudah tidak mau lagi kalau harus mendengarkan kata-kata seperti itu. Sudah gak ngehits! Aku juga punya kebebasan untuk apapun, ya nggak?

"Tapi apa bersih Ma?" tanyaku. Ia hanya mengangguk sambil buru-buru mengambil tas kerjanya. Ia pun mengecupku, namun aku menolak. Bagiku, sentuhan dan ciuman dari cowok jauh lebih nikmat dan menyenangkan.

"Imel! Kalau dicium Mamanya itu harus mau! Anak juga anak sendiri, bukan anak orang lain..." kata Mama sambil membereskan tas kerjanya. Lalu ia mengambil kunci mobilnya dan menyetir sendiri. Kalau aku sih, aku berangkat ke sekolah naik mobil Lamborghini milik Papa.

"Mel, kamu kan sudah besar, sudah saatnya kamu coba untuk mandiri," kata Papa. Yaelah, siapa yang mau lama-lama tinggal sama kalian?

"Ya iyalah! Pa, agak cepetan makannya, ini Imel mau sekolah lho..." kataku.

Sepatu DarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang