"Teman Sekolah" Bagian 2

14 1 0
                                    

"Papa ingin kamu berhati-hati terhadap teman sekolah kamu itu. Yang namanya Yuni," kata Papa.

"Ya, dia sih orangnya nyebelin Pa, emangnya ada apa sih, Pa?"

Papa memberiku sebilah pisau. Tentu saja aku tidak mengerti maksudnya apa, namun aku yakin hal ini sangatlah krusial dan dapat mengancam hidupku.

"Keluarga Yuni sudah lama melakukan tindakan yang semena-mena terhadap kemanusiaan di daerah ini. Setiap kali ada orang yang membuat hati mereka tergores hanya karena masalah kecil saja, mereka akan menyewa pembunuh bayaran. Sepertinya, kamu dan gankmu akan menjadi sasaran," kata Papa panjang lebar. Aku harus berhati-hati. Kalau bisa, aku harus membebaskan gank ini dari pengaruh Yuni si fashion bragger.

"Ya, Pa. Tapi apakah aku boleh membunuh Yuni beserta jajarannya, kalau ia berbuat sesuatu yang membahayakanku??"

"Tentu saja boleh, anakku. Nyawamu lebih berharga daripada apapun. Jika kamu dihukum, jalanilah! Anggap saja itu proses kedewasaan," Papa menjelaskan dengan senyum lalu mengelus kepalaku. Aku sangat senang.

***

Aku segera masuk ke dalam kamarku dan membuka laptopku. Ah, rupanya push emailku bekerja dengan baik. Ada e-mail dari Ascell.

From: ascellinetherese23@xxx.com
To:
Imelchencutiez@xxx.com
Subject: suicide
Imel, apa kamu tahu kalau barusan ada kasus percobaan bunuh diri di atap sekolah kita?
Sent from my zphone

He? Percobaan bunuh diri? Benar-benar mengagetkan! Aku tidak tahu, mengapa sekolah ini banyak banget kasusnya. Udahlah, banyak orang-orang freak yang ada di sekolah ini. Mereka bagaikan serangga pengganggu.

Re: suicide
From: imelchencutiez@xxx.com
To:
ascellinetherese23@xxx.com
He mosok?? Sebentar, aku akan mencoba mencari infonya di internet. Bisa kamu mengirimkan aku berkas-berkas yang berhubungan dengan kematiannya? Balas saja di SMS.

Aku tidak percaya! Aku harus segera mencari infonya. Kalau enggak, bisa dibilang kudet nih gue. Tapi di internet pun gak ada infonya.

"Imel, ayo kita berangkat ke sekolah!"

Papa berteriak dari balik pintu kamarku dengan kencang. Seakan-akan sesuatu yang urgent terjadi, ya memang urgent sih!

"Kenapa, Pa?"

"Kita akan selidiki kasus ini bersama-sama. Imel anakku, sudah saatnya kamu terlibat dalam menangani kasus-kasus seperti ini. Kebenaran harus kita tegakkan," kata Papa.

"Tapi, Pa, kita baru saja sampai rumah..."

"Tidak apa-apa! Jangan cerewet! Ayo ikut Papa!"

Papa menarikku ke dalam mobilnya. Dengan diiringi senyum dari Konah, kami meninggalkan rumah. Persepsiku terhadap Konah berubah. Ternyata ia adalah orang yang baik. Ia berlaku seperti itu karena ia sangat mencintai Papa, tapi ia tidak bisa bersama Papa karena perbedaan status.

"Pastikan dirimu selalu siaga," kata Papa.

Saat aku mengetik dengan laptopku, ternyata Papa membuatkan job desc dengan cepat.

"Sudah lihat belum, job descnya? Ini adalah misi tingkat B. Tidak sesulit misi tingkat A, memang. Tapi misi ini juga tidak mudah," kata Papa.

Kami mengobrol dengan santai sambil membicarakan apa saja yang harus kami lakukan. Sudah lama aku tidak diajak Papa menangani kasus seperti ini, jadi rasanya agak aneh dan seram-seram gimana gitu. Aku sih malas, cuma aku penasaran.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 14, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sepatu DarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang