Karir Lin Ce Li di kepolisian Hongkong sebagai Senior Detective Inspector cukup cemerlang. Ia sangat ambisius. Ia negosiator dan interrogator yang ulung. Analisisnya tajam. Tembakannya juga paling jitu dibandingkan dengan kawan-kawannya di kepolisian. Ia juga dikenal sangat berani dan tidak takut mati. Hasil dari semua itu, Ia mempunyai apartemen yang cukup bagus di Hongkong di kawasan masyarakat kelas menengah. Ia tidak kaya, namun setidaknya sangat jauh dari kata kumuh.
Ce Li menyalakan lampu di kamar yang dulunya ditempati An Qi. Ia menarik napas sejenak untuk menguatkan dirinya sendiri. Sejak An Qi meninggal Ia belum memasuki kamar ini lagi. Hanya sesekali cleaning service dipanggil untuk membersihkan debu-debunya. Kini ketika Ia memasukinya kembali, Ia masih bisa merasakan aroma An Qi dan itu cukup menyesakkan dadanya.
"Dulu ini bekas kamar An Qi. Kau tidak keberatan tidur di kamar ini?" Tanya Ce Li
Shien Er menggeleng pertanda tidak keberatan
"Kau bisa mulai bekerja besok pagi. Kau lihat sendiri apartemen ini berantakan. Biasa An Qi yang mengurusnya hingga rapi. Aku terlalu sibuk bekerja sehingga tidak sempat mengurusi hal-hal yang seperti itu"
Shien Er mengangguk lagi "Aku mengerti" Meski kamar An Qi sangat bersih, Ia sendiri sudah melihat sepintas di ruang tamu banyak bungkusan snack dan kaleng-kaleng kosong bir bertebaran.
"Baiklah, selamat istirahat" merasa tidak bisa bertahan lebih lama lagi di kamar itu Ce Li pun berbalik. Namun seperti mendadak teringat sesuatu Ia kembali lagi pada Shien Er seraya mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya dan menyerahkannya pada Shien Er.
"Untuk belanja bahan makanan besok" Ce Li berkata padanya menjawab tatapan bertanya Shien Er.
"Tapi ini terlalu banyak" ucap Shien Er ketika melihat jumlah uang yang diberikan Ce Li.
"Gunakan sisanya untuk membeli keperluanmu sendiri, terutama pakaian yang layak" ujar Ce Li sebelum akhirnya meninggalkan kamar itu dan menutup pintunya.
Shien Er tertegun sendirian di kamar itu seraya berkata dalam hati Kenapa jadi begini? Keluhnya seraya mendengus.
Ia memandang berkeliling kamar itu dan mulai memeriksa isi lemarinya satu persatu. Baju-baju An Qi masih tergantung rapi disana. Seharusnya Lin Ce Li bisa mengijinkannya memakai pakaian An Qi. Namun Ia malah memberikan uang padanya untuk membeli pakaian lain. Tampaknya Ia memang tidak menginginkan Shien Er menyentuh barang-barang An Qi lebih jauh. Menempati kamarnya bahkan sudah lebih dari cukup untuk bertoleransi. Shien Er menaikkan sebelah alisnya. Toh, Ia juga tidak menginginkan pakaian-pakaian itu. Dilihat dari modelnya tampaknya An Qi wanita yang manis dan sederhana. Gaya berpakaiannya biasa saja namun terlihat nyaman. Sementara dirinya adalah wanita berselera tinggi. Ia tumbuh besar dengan barang-barang mewah berkualitas di organisasinya yang akan memberikan penghargaan tinggi kepada kesetiaan dan kepandaian. Dynasty. Sejak kecil Ia sudah dilatih keras namun berkelas. Dengan kecemerlangan yang dimilikinya, kemewahan dapat diraihnya dengan mudah dan Dynasty tidak pelit untuk hal itu. Namun untuk penyamarannya kali ini, sepertinya dia harus sedikit menahan diri.
Ia beralih memeriksa laci-laci di sebelah tempat tidur. Tidak ada sesuatu hal yang penting disana selain buku catatan belanja. Ia juga memeriksa laci-laci meja kerjanya dan hanya menemukan buku-buku laporan nilai, lukisan-lukisan yang berantakan yang sepertinya dibuat oleh anak-anak dan foto-foto murid-murid berseragam. Shien Er pun mengerti, An Qi adalah seorang guru taman kanak-kanak. Benar-benar wanita yang manis. Pikir Shien Er.
***
Esok paginya Inspektur Lin Ce Li terbangun dari tidurnya bukan karena alarmnya. Melainkan indera penciumannya menghirup sesuatu yang wangi dan menggiurkan seleranya. Ia pun teringat Ia telah memperkerjakan seorang asisten rumah tangga. Tampaknya pagi-pagi begini dia sudah mulai bekerja dan memasak.
