Chapter 3

27 2 0
                                    


Fix. Ce Li jatuh cinta setengah mati pada masakan Shien Er. Terutama pada sup pangsit babinya. Ia tidak mau lagi makan pangsit babi di restoran manapun selain Shien Er yang buat. Setelah An Qi meninggal Ia hanya makan asal saja. Ia tidak pernah tahu ternyata makanan yang baik sangat berpengaruh untuk konsentrasi dan kinerjanya dikantor. Tadinya Ia memperkerjakan Shien Er hanya karena rasa iba, Ia tidak berharap lebih, namun sekarang tampaknya Ia menjadi ketergantungan. Ia terpaksa harus menambah porsi latihan fisiknya supaya tidak menjadi gendut. Shien Er kadang juga membuatkan lebih untuk teman-temannya Zi Jian dan Li Xian yang jadinya ikutan aji mumpung.

Ce Li mengijinkan Shien Er membersihkan kamarnya di hari Sabtu atau Minggu saat dirinya berada dirumah. Kamarnya memang dipasangi sensor pergerakan untuk berjaga-jaga jika ada yang menyusup, hanya dirinya dan An Qi yang mengetahui kode dan password untuk mematikan sensor. Saat itu Ia sedang berada di ruang tengah memelototi laptopnya ketika Shien Er sedang bekerja dengan vacuum cleaner. Suara vacuum yang berisik agak mengganggu konsentrasinya. Ketika Ce Li melirik dengan ekor matanya untuk memastikan berapa lama lagi bagi Shien Er untuk menyelesaikan pekerjaannya, mau tidak mau tertatap olehnya pinggul dan bokong Shien Er. Tubuh Shien Er sangat kencang dan atletis. Lekuknya terlihat jelas, bahunya juga tegap. Mungkin itu hasil bentukan karena Ia bekerja sangat keras di panti asuhan. Tapi kemudian Ce Li berpikir lagi, banyak teman-teman wanitanya di kepolisian yang sudah melalui latihan fisik yang keras, masih juga ada gelambir di perutnya dan lengan yang kurang kencang, bahunya juga tidak setegas Shien Er. Sepertinya dia menurunkan genetik yang bagus. Ce Li mengakui dengan lekuk sebagus itu, Shien Er terlihat lebih jenjang dan tinggi meski sebenarnya Ia tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan rekan kerja wanitanya Wang Li Xian yang tinggi besar, bahkan An Qi juga sedikit lebih tinggi dari dirinya. Ia sangat proporsional, seimbang dan seksi.

Ce Li memejamkan matanya kuat-kuat. Oke Lin Ce Li, sejak kapan kau punya pikiran mesum seperti ini? Ia pun kembali berkonsentrasi pada laptopnya dan berusaha mengabaikan suara berisik vacuum cleaner.

Beberapa saat kemudian Ce Li agak terkejut ketika Shien Er menghampirinya dan sudah lengkap memakai mantel.

"Kau mau kemana?" Tanya Ce Li

"Aku mau ijin pergi untuk belanja bulanan. Aku lihat di kamar mandimu barang-barang juga sudah pada habis"

"Oh baiklah"

Shien Er pun menyebrangi ruangan menuju pintu.

"Eh Shien Er!" Ce Li mendadak memanggilnya.

Shien Er bergeming menoleh kembali padanya

"Kuantar saja"

"Tidak apa-apakah?"

"Tidak apa-apa. Aku juga butuh udara segar" kata Ce Li yang sudah penat dengan laptopnya.

Ce Li membantu mendorong troli dalam diam seraya mengamati Shien Er memilih barang-barang sebelum melemparnya ke troli. Shien Er tampak cermat dan teliti sebelum memilih barang-barang. Ia juga menyadari merek-merek shampoo, sabun, gel rambut dan deodorant yang biasa dipakai Ce Li, padahal Ce Li tidak pernah memberitahunya. Ia tampaknya juga sudah menyusun menu-menu makanan hingga dua minggu ke depan sehingga dia sudah tahu bahan-bahan makanan apa yang harus di beli. Shien Er masih keras kepala mengantarkan makanan jika dia lembur dan Ce Li seperti biasa akan mengantarkannya kembali ke stasiun MTR terdekat. Ia masih trauma melepaskan teman wanitanya jalan malam-malam sendirian.

Pulang dari swalayan Ce Li tidak langsung balik ke apartemen. Melainkan Ia memarkir mobilnya di sekitar Avenue Star. Ia dan Shien Er duduk disana dalam diam seraya memandang menerawang ke lautan. Ce Li memejamkan matanya menikmati angin sore. Entah sudah berapa lama Ia tidak rileks seperti ini. Sudah hampir setahun sejak kematian An Qi, kesehariannya selalu diwarnai ketegangan. Perburuan Dynasty dan organisasi hitam lainnya masih terus berlanjut. Namun mereka sejauh ini belum bergerak lagi. Dynasty sepertinya kembali ke polanya yang lama, menunggu. Ce Li tampaknya juga harus berhenti sesaat, untuk menjernihkan kembali pikirannya.

"Mau apel?" mendadak Shien Er menawarkan sebuah apel dari satu kantung belanjaan kecil yang dibawanya.

Ce Li menerimanya "Xie xie (terima kasih)"

Lalu Shien Er mengeluarkan seember eskrim strawberry ukuran sedang untuk dirinya sendiri. Ce Li mengerutkan alisnya tampak iri.

"Sejak kapan kau beli eskrim itu?" Ce Li tidak ingat Shien Er memasukan eskrim itu ke troli

Shien Er menatapnya dengan posisi masih menggigiti sendok eskrim "Oh ini hadiah, kasir memberikannya belakangan setelah dibayar" sahutnya polos

Ce Li mengintip kantung belanjaan "Cuma satu?"

"Iya cuma satu"

"Kenapa aku dikasih apel bukan eskrim?" sungut Ce Li

"Oh kau mau?" Shien Er menawarinya

Ce Li nyengir "Becanda. Untukmu saja"

Diluar kontrol, Shien Er merasa jantungnya terhantam lunak ketika melihat cengiran itu. Hantaman yang menyenangkan. Ini pertama kalinya dia melihat Ce Li tersenyum setelah beberapa bulan tinggal bersamanya.

"An Qi...." Ce Li mendadak menyebut namanya seraya menerawang kapal-kapal cargo.

"Ehm?"

"Dia juga suka eskrim tapi yang rasa coklat"

Shien Er bergeming, tampaknya Ce Li mulai terbuka soal An Qi.

"Di freezer kulkas selalu penuh eskrim coklat"

"Tampaknya kau sangat mencintainya"

"Ah ya.... Jika hal itu tidak terjadi, seharusnya saat ini kami sudah menikah"

"Aku turut menyesal"

"Aku belum sempat berterima kasih, Shien Er. Karena kau mengembalikan kalungnya. Aku memberikan kalung itu pada saat ulang tahun terakhirnya"

"Aku hanya merasa, siapapun yang dimaksud An Qi pastinya sangat berarti. Karena itu aku berusaha untuk mengembalikannya"

Ce Li menghela napas "Seandainya saja dia tidak kesana malam itu..."

"Aku tidak mengerti. Kenapa dia bisa ada disana malam-malam?"

"An Qi adalah guru TK, jiwa sosialnya juga sangat tinggi. Dia suka mengajar anak-anak dikawasan kumuh disana. Seringkali dia tidak hanya mengajar. Namun juga mengurus mereka. Memberikan makanan, pendampingan dan merawat yang sakit. Jika sudah begitu Ia akan lupa waktu" Ce Li menggeleng kuat-kuat berusaha menyingkirkan bayangan buruk itu "Seharusnya aku menjemputnya malam itu"

"Seperti namanya. Dia memang malaikat"

Ce Li mengangguk "Tidak ada lagi yang seperti dia"

"Wajar jika kau sangat mencintainya" entah kenapa Shien Er merasa tidak suka dengan kata-katanya sendiri.

"Untungnya kau disana, Shien Er. Sehingga dia tidak perlu ketakutan seorang diri sebelum meninggal di tempat seperti itu"

Shien Er terdiam. Kau salah Lin Ce Li... Justru karena ada aku disana dia mati....

Dark Princess I & II (PUBLISHED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang