09

638 131 9
                                    

Suara langkah kaki menggema di lorong rumah sakit, mengabaikan tatapan perawat yang merasa kebingungan dengan gadis yang saat ini tengah berlarian, padahal dirinya masih menggunakan Toppuku Touman.

[Name] mendapat kabar bahwa sahabatnya ——Safira mengalami kecelakaan, membuat gadis tersebut langsung merebut kunci motor sangat kakak kemudian melesat pergi menuju rumah sakit yang di beritahu oleh orang itu.

Saat tiba, hal pertama yang dirinya lihat adalah Kakek dan Nenek Safira, ya Safira tinggal bersama Kakek dan Neneknya, ibunya meninggal saat melahirkannya sedangkan ayahnya pergi entah kemana.

[Name] berjalan mendekati dua insan berbeda jenis kelamin itu, salah satu dari mereka menoleh kita merasakan ada yang mendekat.

Wanita paruh baya yang merupakan nenek dari sang gadis yang sekarang sedang berada di ruang operasi mendekat ke arah sang gadis yang merupakan sahabat cucunya.

Saat berada di depan [Name] sang nenek langsung memegang kedua pundak sang gadis, sedangkan gadis hanya mentap kosong ke arah sang nenek, iris matanya seakan tidak memiliki binar kehidupan, mata yang sembab karena menangis dipelukan sang kakak, [Name] hanya diam menunggu apa yang akan dikatakan oleh sang nenek selanjutnya.

"[Name]-chan harus sabar, berdoa saja semoga Safira baik-baik saja."

[Name] mengangguk mendengar penuturan sang Nenek, bibirnya sama sekali tidak berniat membuka suara meskipun hanya untuk mengucapkan kata "Iya".

Tak lama Draken dan Mikey datang, Draken langsung terdiam melihat interaksi Nenek sahabat adiknya dengan adiknya itu, berjalan mendekat kearah [Name] membuat sang Nenek mengernyitkan kening hendak bertanya namun dipotong oleh sang gadis yang terpaksa berbicara.

"Dia kakakku dan juga temannya, Ken dan Manjirou."

Sang nenek mengangguk, kemudian memperkenalkan diri kepada dua orang pemuda yang ada di samping sang gadis.

"Saya Hizaruki Ikka dan di belakang saya Hazaruki Okkan kakek dan Nenek safira."

Mereka berlima pun memutuskan duduk sambil menunggu dokter keluar dari ruang operasi, Draken selalu saja melirik kearah sang adik yang terduduk dengan siku yang bertumpu pada paha sedangkan telapak tangannya menutup wajahnya.

Dirinya tidak dapat melihat jelas ekspresi apa yang di keluarkan oleh adiknya itu, sedangkan [Name] sedang mengingat kenangannya bersama Safira sewaktu kecil.

"[Name]-chan harus berjanji tidak menangis jika aku pergi, ya aku hanya pergi ke minimarket di sana. Aku janji akan kembali kesini."

"Iya!"

[Name] tersenyum miris didalam telapak tangannya mengingat kenangan itu, sebenarnya dirinya ingin menangis, menangis sekencang-kencangnya bahkan jika itu harus membuat suaranya serak.

'Aku akan menepati janjiku untuk tidak menangis meskipun kau berada di antara hidup dan mati, maka dari itu tepatilah janjimu dan kembalilah.'

•••

Waktu berlalu begitu cepat, tak terasa satu jam sudah di lewati oleh ke lima orang yang ada disana untuk menunggu seseorang yang saat ini berada di dalam ruang operasi.

[Name] masih pada posisi yang sama, namun akan sesekali melirik kearah pintu operasi yang tertutup rapat.

Hingga akhirnya, lampu yang semulanya berwarna merah kini berubah menjadi hijau bertepatan dengan seorang pria berpakaian operasi keluar dari ruangan tersebut.

Akuma No Shōjo •Tokyo Revengers x Readers•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang